Di ujung malam yang tak berbintang,
namamu masih menggema di relung hati.
Wajahmu, yang dulu mengisi setiap sudut pikiranku,
sekarang hanya bayang-bayang yang tersisa,
terbawa angin, hilang bersama waktu.
namamu masih menggema di relung hati.
Wajahmu, yang dulu mengisi setiap sudut pikiranku,
sekarang hanya bayang-bayang yang tersisa,
terbawa angin, hilang bersama waktu.
Aku bertanya pada bulan,
di mana kamu sekarang?
Apakah angin membawa kabar tentangku,
atau apakah sepi sudah menjadi sahabatmu?
Dunia ini terasa lebih luas tanpa hadirmu,
seakan jarak yang memisahkan kita
adalah jarak yang tak bisa diukur dengan apapun,
selalu lebih jauh, selalu lebih dalam.
Setiap langkahku seakan mencari jejakmu
di setiap sudut yang kita lalui bersama,
di setiap kata yang dulu kita ucapkan.
Kini, hanya ada sunyi yang mengisi ruang,
dan rindu yang tak pernah terucapkan.
Aku masih berharap,
meski harapan itu sering terlupakan oleh waktu,
bahwa suatu saat,
entah bagaimana dan di mana,
kita akan bertemu kembali.
di mana kamu sekarang?
Apakah angin membawa kabar tentangku,
atau apakah sepi sudah menjadi sahabatmu?
Dunia ini terasa lebih luas tanpa hadirmu,
seakan jarak yang memisahkan kita
adalah jarak yang tak bisa diukur dengan apapun,
selalu lebih jauh, selalu lebih dalam.
Setiap langkahku seakan mencari jejakmu
di setiap sudut yang kita lalui bersama,
di setiap kata yang dulu kita ucapkan.
Kini, hanya ada sunyi yang mengisi ruang,
dan rindu yang tak pernah terucapkan.
Aku masih berharap,
meski harapan itu sering terlupakan oleh waktu,
bahwa suatu saat,
entah bagaimana dan di mana,
kita akan bertemu kembali.
Di tempat yang tak pernah kita kenal,
di waktu yang tak pernah kita rencanakan,
dengan cerita yang mungkin sudah berbeda,
tapi dengan rindu yang tetap sama,
di waktu yang tak pernah kita rencanakan,
dengan cerita yang mungkin sudah berbeda,
tapi dengan rindu yang tetap sama,
itu yang selalu kusemogakan.
No comments:
Post a Comment