
Seketika aku kehilangan kata-kata
Mulutku kaku dan terbungkam fakta
Hanya air mata yang mampu bercerita
Betapa pedihnya kehilangan di depan mata
Dunia Berkabung, berkalung duka penuh nestapa
Semua terasa begitu tiba-tiba
Alam mengamuk, seolah meluapkan segala amarah
Hujan, banjir, dan tanah longsor mengepung dari segala arah
Meluluhlantakkan semuanya menjadi semakin parah
Menyisakan jeritan tangis yang kehilangan gairah
Dan lihatlah…
Lihaaaatlah…
Lihat kehancuran yang telah terjadi
Harta, tahta dan nyawa tak ada yang abadi
Seketika lenyap dalam sekejap saja
Dunia tak lagi seindah kemarin
Terapung kata-kata digenangi luka yang perih
Meninggalkan jelaga di setiap sudut yang ingin kuraih
Menyajikan kehilangan yang tak bisa kurestui
Dunia tak lagi seindah kemarin
Terapung kata-kata digenangi luka yang perih
Meninggalkan jelaga di setiap sudut yang ingin kuraih
Menyajikan kehilangan yang tak bisa kurestui
Menyisakan rintihan sendu yang tak mampu kuobati
Tapi aku bisa apa?
Alam tak lagi berkawan mesra seperti yang lalu
Deru kehidupan kini telah berubah kelu
Meninggalkan seribu tanya yang enggan berlalu
Ini salah siapa?
Salah alam? Salah Tuhan?
Ataukah justru dosa kita sendiri?
Bumi yang terluka, mengamuk ketika miliknya dijarah
Dirampas paksa oleh manusia-manusia serakah
Ranah yang dulunya damai diusik
Pohon-pohon ditebangi,
Hutan-hutan digunduli,
Sampah dibiarkan berserakan,
Kegilaan mana lagi yang ingin kau lakukan?
Cukup! Tolong berhenti sekarang juga
Sadarlah… Sadarlah sebelum semua terlambat
Jangan biarkan petaka bertandang kembali
Air mata sudah cukup menangisi kemalangan yang ada
Di tengah riuh kepedihan meradang
Masih kulihat secercah harapan
Kawan, mari kita berpegangan tangan
Mari bersama kita menjaga alam ini,
Kita tanami lagi dengan pohon-pohon
Kita hijaukan hutan-hutan yang pernah gundul
Kita bereskan sampah-sampah yang tak terurus
Kawan, Percayalah…
Jika alam terawat dengan asri
Bencana tak akan pernah datang menghampiri
Sebab, dalang sebenarnya dari kepahitan ini, adalah kita sendiri.
Tapi aku bisa apa?
Alam tak lagi berkawan mesra seperti yang lalu
Deru kehidupan kini telah berubah kelu
Meninggalkan seribu tanya yang enggan berlalu
Ini salah siapa?
Salah alam? Salah Tuhan?
Ataukah justru dosa kita sendiri?
Bumi yang terluka, mengamuk ketika miliknya dijarah
Dirampas paksa oleh manusia-manusia serakah
Ranah yang dulunya damai diusik
Pohon-pohon ditebangi,
Hutan-hutan digunduli,
Sampah dibiarkan berserakan,
Kegilaan mana lagi yang ingin kau lakukan?
Cukup! Tolong berhenti sekarang juga
Sadarlah… Sadarlah sebelum semua terlambat
Jangan biarkan petaka bertandang kembali
Air mata sudah cukup menangisi kemalangan yang ada
Di tengah riuh kepedihan meradang
Masih kulihat secercah harapan
Kawan, mari kita berpegangan tangan
Mari bersama kita menjaga alam ini,
Kita tanami lagi dengan pohon-pohon
Kita hijaukan hutan-hutan yang pernah gundul
Kita bereskan sampah-sampah yang tak terurus
Kawan, Percayalah…
Jika alam terawat dengan asri
Bencana tak akan pernah datang menghampiri
Sebab, dalang sebenarnya dari kepahitan ini, adalah kita sendiri.
Keren bgt dong bikin merinding
ReplyDelete