Indonesia adalah negeri yang kaya akan sejarah dan budaya. Salah satu aspek unik dari kekayaan budaya Indonesia adalah aksara kuno yang digunakan di masa lampau. Aksara kuno ini merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang tidak hanya memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai lambang identitas dan kebudayaan.
Namun sayangnya, penggunaan aksara kuno di Indonesia saat ini sudah mulai tergeser oleh penggunaan aksara latin yang lebih praktis dan mudah dipahami oleh masyarakat luas. Hal ini membuat aksara kuno semakin jarang digunakan dan perlahan-lahan mulai tenggelam di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang ada.
Padahal, jika kita melihat lebih dalam, aksara kuno memiliki keunikan dan keindahan tersendiri yang tidak bisa dijumpai pada aksara latin. Selain itu, penggunaan aksara kuno juga memiliki nilai historis yang sangat penting sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya bangsa Indonesia.
Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia, kita perlu terus melestarikan dan mempelajari aksara kuno sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya dan identitas bangsa. Dan Tri Firmansyah membangun Sekolah Incung untuk menjaga kelestarian aksara kuno tetap tejaga hingga kini.
Sejarah dan Fungsi Aksara Incung di Masa Lalu
Banyak dari kita yang mungkin tidak tahu aksara Incung, terutama generasi muda masa kini. Hal ini sangat wajar, mengingat aksara Incung ini merupakan sistem penulisan yang digunakan oleh nenek moyang suku Kerinci kuno yang mendiami dataran tinggi Jambi, Provinsi Jambi pada masa lampau.
Kehadiran aksara Incung ini konon katanya sudah ada sejak abad ke-14 hingga abad ke-15 Masehi. Aksara ini diperkirakan muncul ketika pengaruh kebudayaan India dan Cina mulai masuk ke wilayah Nusantara pada masa itu. Makanya, aksara Incung ini dipercaya berasal dari aksara Brahmi, sebuah sistem penulisan kuno yang berasal dari India. Kemudian aksara Brahmi menyebar ke berbagai wilayah di Asia Tenggara, termasuk di wilayah Nusantara.
Dan seiring dengan perkembangan zaman, aksara Brahmi mengalami adaptasi dan perubahan di berbagai daerah. Di wilayah Kerinci, aksara Brahmi mengalami perkembangan menjadi aksara yang dikenal sebagai aksara Incung.
Contoh penulisan Aksara Incung dari suku Kerinci (Gambar dari IG @sekolah.incung) |
Secara bahasa, aksara Incung ini berarti miring, mencong atau terpancung yang diambil dari bahasa Kerinci Dahin (lama). Makanya, pada penulisan aksara Incung ini dibentuk dari berbagai simbol seperti garis lurus, patah terpancung, dan melengkung sehingga tampak sangat unik.
Aksara Incung ini terbilang sangat menarik, karena memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari aksara-aksara lainnya. Hal ini terlihat dari tulisan aksara Incung yang cenderung lebih sederhana dan lebih mudah diingat dibandingkan dengan aksara Brahmi.
Keberadaan aksara Incung yang unik ini memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Kerinci pada masa lalu. Dan biasanya aksara ini ditemukan tertulis pada tanduk hewan (kerbau dan kambing), potongan bambu, kulit kayu, kertas dan tulang untuk mencatat berbagai hal-hal penting.
Aksara Incung ditulis pada berbagai media, seperti tanduk binatang, bambu dan lain sebagainya (Gambar dari IG @sekolah.incung) |
Pada masa itu, Aksara Incung ini digunakan untuk menuliskan sejarah, silsilah keluarga, dan peristiwa-peristiwa penting lainnya. Selain itu, digunakan juga untuk menuliskan hukum adat dan peraturan-peraturan yang diterapkan di masyarakat kala itu.
Serunya lagi, aksara Incung juga digunakan untuk menuliskan karya sastra, seperti puisi, prosa berisi ratapan kesedihan dan juga cerita rakyat. Bahkan banyak juga ditemukan aksara Incung ini digunakan untuk menuliskan mantra-mantra yang dipercaya memiliki kekuatan magis.
Meskipun aksara Incung ini memiliki fungsi penting, namun seiring dengan perkembangan zaman penggunaannya semakin terpinggirkan. Hal ini disebabkan pengaruh kolonial pada masa penjajahan, dimana penggunaan aksara lokal seperti aksara Incung dilarang dan digantikan dengan penggunaan aksara latin. Selain itu, adanya perkembangan teknologi dan pendidikan formal yang menggunakan aksara latin juga turut menyebabkan penurunan penggunaan aksara Incung di masyarakat.
Maka untuk mencegah kepunahan aksara Incung ini, Tri Firmansyah melakukan upaya pelestarian agar aksara Incung ini tidak cepat punah dimakan waktu, salah satu caranya adalah dengan mendirikan Sekolah Incung untuk mengajarkannya pada anak-anak muda.
Sekolah Incung Hadir untuk Melestarikan Aksara Kuno
Tri Firmansyah, seorang pemuda asal Kerinci, Jambi, telah menorehkan sejarah penting dalam upaya pelestarian budaya lokal. Melalui inisiatifnya mendirikan Sekolah Incung, ia berhasil menghidupkan kembali aksara kuno Kerinci yang nyaris terlupakan.
Tergerak oleh keprihatinan akan semakin memudarnya aksara Incung di tengah gempuran modernisasi, Tri Firmansyah akhirnya mengajak teman-temannya untuk mendirikan Sekolah Incung pada tahun 2015 yang lalu. Ide ini muncul dari keinginan untuk berbagi pengetahuan tentang aksara Incung kepada generasi muda, serta menjaga agar warisan budaya leluhur ini dapat terus lestari.
Tri Firmansyah membangun Sekolah Incung untuk melestarikan aksara kuno agar tidak hilang di makan waktu (Gambar dari IG @sekolah.incung) |
Pada awal kehadirannya, Sekolah Incung hanyalah berupa komunitas kecil yang beranggotakan beberapa pemuda yang memiliki minat yang sama. Namun, seiring berjalannya waktu, komunitas ini terus berkembang dan mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat hingga saat ini.
Dan tujuan Tri Firmansyah mendirikan Sekolah Incung ini adalah untuk menghidupkan kembali aksara Incung dan mencegahnya dari kepunahan. Melalui sekolah ini, Tri ingin mengajak para generasi muda untuk belajar membaca dan menulis aksara Incung, sehingga mereka dapat menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur.
Agar semakin banyak anak muda yang tertarik belajar aksara Incung ini, Sekolah Incung juga terus mengembangkan materi ajar yang relevan dan menarik, sehingga pembelajaran aksara Incung menjadi lebih menyenangkan dan efektif. Bahkan, Sekolah Incung menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik lembaga pendidikan, pemerintah, maupun komunitas lainnya, untuk memperluas jangkauan dan dampak dari kegiatan pelestarian aksara Incung ini.
Sejak berdiri, Sekolah Incung telah banyak memberikan kontribusi bagi pelestarian aksara Incung. Ada berbagai cara yang sudah dilakukan, Sekolah Incung secara rutin menyelenggarakan kelas belajar aksara Incung untuk berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Selain itu, Sekolah Incung telah mengembangkan kurikulum pembelajaran aksara Incung yang komprehensif dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Bahkan Sekolah Incung juga telah menerbitkan buku-buku panduan dan media pembelajaran aksara Incung untuk mendukung proses belajar mengajar.
Mengenalkan aksara Incung pada generasi muda (Gambar dari IG @sekolah.incung) |
Tak hanya itu, Sekolah Incung pun aktif mengadakan berbagai kegiatan sosialisasi untuk memperkenalkan aksara Incung kepada masyarakat luas dengan mengajarkannya pada sekolah-sekolah, komunitas, kampus, bahkan secara online melalui webinar.
Berkat usahanya ini, Tri Firmansyah bukan hanya mampu tetap melestarikan aksara Incung yang hampir punah, namun ia pun berhasil mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Award dari Astra pada tahun 2020 yang lalu untuk bidang pendidikan.
Dan untuk bisa mendapatkan apresiasi ini tentu tidak sembarang orang bisa menerimanya, karena SATU Indonesia Awards ini merupakan sebuah ajang penghargaan bergengsi dari Astra yang diberikan khusus bagi anak bangsa yang telah berkontribusi membangun bangsa dengan memberikan manfaat bagi masyarakat dan mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi.
Dan perjuangan Tri Firmansyah dalam mempertahankan aksara Incung ini harus terus kita dukung bersama, karena aksara Incung ini akan memberikan banyak potensi yang luar biasa di masa kini dan masa depan jika terus dijaga dengan baik.
Potensi Pengembangan Aksara Incung di Masa Depan
Meskipun aksara Incung ini merupakan aksara kuno pada masa lalu, bukan berarti keberadaannya hanya menjadi sejarah dan tidak memiliki nilai di masa depan. Justru aksara kuno seperti ini, tetap punya nilai jual di masa depan jika kita bisa memanfaatkannya dengan baik.
Keberadaan aksara Incung yang memiliki keunikan ini, sejatinya punya potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan kita di zaman yang modern ini. Sebab, aksara Incung ini memiliki potensi yang luar biasa bila dikembangkan dengan serius pada bidang-bidang berikut ini:
1. Pendidikan
Aksara Incung ini dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah, terutama di daerah Kerinci dan sekitarnya, sebagai mata pelajaran muatan lokal. Hal ini akan membantu melestarikan budaya lokal dan meningkatkan rasa bangga terhadap warisan leluhur.
Selain itu, aksara Incung ini juga bisa menjadi media pembelajaran baru, seperti untuk pengembangan buku pelajaran, aplikasi, dan permainan edukatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif.
2. Pariwisata
Tulisan aksara Incung dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata di Kerinci. Misalnya, dengan membuat papan nama jalan, prasasti, atau produk kerajinan tangan beraksara Incung yang bisa sekaligus menjadi produk cendera mata, seperti pakaian, tas, topi, tote bag, dompet, atau perhiasan sehingga dapat menjadi oleh-oleh khas dari Kerinci atau provinsi Jambi.
3. Teknologi
Aksara Incung ini dapat juga dikembangkan menjadi font digital, sehingga akan memudahkan penggunaan aksara ini dalam berbagai media digital, seperti dokumen, presentasi, desain grafis dan produk digital lainnya. Bahkan dengan kecanggihan teknologi, aksara Incung bisa juga dibuatkan aplikasi penerjemahnya ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya, sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam mempelajari dan menggunakan aksara ini.
4. Seni dan Budaya
Aksara Incung dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam menciptakan karya seni rupa, seperti lukisan, patung, batik atau karya lainnya. Selain itu, aksara Incung dapat juga digunakan untuk menghidupkan kembali tradisi sastra kuno dan menciptakan karya-karya sastra modern yang unik sehingga tetap relevan dengan zaman sekarang.
5. Ekonomi Kreatif
Keberadaan aksara Incung ini bisa juga dimanfaatkan oleh UMKM lokal untuk membuat produk-produk kreatif berbasis aksara Incung, seperti kain batik, kerajinan tangan, motif pada keramik, produk kuliner, atau produk lainnya. Bahkan menariknya lagi, aksara Incung ini bisa digunakan sebagai branding untuk produk-produk lokal, sehingga memberikan nilai tambah dan daya tarik tersendiri.
Dengan melihat potensi aksara incung ini di masa depan, maka perjuangan Tri Firmansyah dalam mempertahankan aksara Incung melalui Sekolah Incung patut didukung, karena potensi aksara Incung di masa depan sungguh luar biasa. Meskipun tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam mengembangkan aksara Incung ini ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, seperti terbatasnya sumber daya manusia dan dana yang tersedia untuk kegiatan pelestarian aksara Incung. Selain itu, minat masyarakat, terutama generasi muda terhadap aksara Incung juga masih terbilang rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan kerja sama atau kolaborasi dari berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, akademisi, dan pelaku industri kreatif untuk terus bergandengan tangan menggaungkan aksara Incung ini secara konsisten, agar aksara kuno ini dapat menjadi warisan budaya yang bisa terus memberikan manfaat bagi masyarakat seluas-luasnya.
Referensi:
- https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/aksara-incung-satu-satunya-aksara-lokal-di-sumatra-tengah
- https://jambi.antaranews.com/berita/321023/melihat-lebih-dekat-aksara-incung-di-museum-jambi
- https://www.kompas.com/stori/read/2023/11/22/090000979/aksara-incung-dulunya-digunakan-oleh-suku-kerinci
- https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Incung
No comments:
Post a Comment