Ciptakan Keberlanjutan dengan Kopi Lokal


Kopi lokal Indonesia memang memiliki cita rasa yang juara. Berbagai varian kopi dari berbagai daerah di Indonesia menawarkan rasa yang unik dan khas, sehingga sulit untuk ditandingi oleh kopi dari negara lain. Bahkan kopi Indonesia sudah dikenal di kancah internasional sebagai salah satu kopi terbaik di dunia.

Indonesia memiliki berbagai jenis varietas kopi yang tumbuh di berbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali, Toraja, dan masih banyak lagi yang lainnya. Setiap daerah memiliki ciri khas tanah dan iklim yang berbeda, sehingga menghasilkan kopi dengan rasa dan aroma yang berbeda pula.

Ketika kita menikmati kopi lokal yang ada di berbagai daerah di Indonesia, maka kita akan merasakan berbagai macam rasa dari setiap tegukan kopi yang kita minum. Dan berbicara tentang kopi lokal ini, saya pun jadi teringat dengan acara Eco Blogger Squad (EBS) yang juga membahas tentang kopi lokal juara.


Kopi Lokal Tak Hanya Juara, Tapi Ciptakan Keberlanjutan

Senang banget kemarin (Minggu, 27 Oktober 2024), saya terpilih untuk ikutan kegiatan offline program pertama yang diadakan oleh Eco Blogger Squad (EBS) yang bertempat di Anomali Coffee, Setiabudi One, Jl. HR. Rasuna Said Kav. 62 Kuningan, Jakarta Selatan.

Dalam kegiatan ini, Eco Blogger Squad (EBS) membahas tentang Nature’s Bounty: Drafting Sustainable Wonders with Local Coffee dengan narasumber Kak Noverian Aditya yang merupakan Founder Java Kirana dan Kak Donna Elvina Amelia yang merupakan Head of Indonesia Coffee.

Acara offline Eco Blogger Squad kali ini membahas tema yang seru tentang bagaimana menciptakan keberlanjutan dengan kopi lokal

Acara ini sungguh menarik, karena membahas tentang bagaimana menciptakan keberlanjutan dengan kopi lokal. Sebab, pada dasarnya kopi lokal ini merupakan salah satu komoditas yang sangat penting dan juga membanggakan bagi Indonesia.

Dan sebagian besar kopi yang dihasilkan di Indonesia ini berasal dari petani kecil yang dikelola secara individu di daerah-daerah pedesaan. Namun, sayangnya masih banyak petani kopi lokal yang menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan budidaya kopi lokal ini, terlebih dalam mengakses pasar yang lebih luas dan menjaga lingkungan yang berkelanjutan.

Untuk itu, dibutuhkan peran dari pihak lain untuk turut membantu para petani kopi lokal melalui edukasi dan pembinaan yang terarah, agar mereka bisa menghasilkan kopi lokal yang berkualitas, karena pangsa pasar untuk kopi ini sangat besar.

Kak Noverian menjelaskan potensi kopi lokal Indonesia bahkan menjadi nomor empat di dunia 

Seperti yang diungkapkan oleh Kak Noverian Aditya, bahwa kopi sangat digemari di dunia, ada sekitar 2,25 miliar cangkir kopi dikonsumsi setiap harinya, dan ada sekitar 500 miliar cangkir kopi per tahun di seluruh dunia. Jika diasumsikan, itu artinya setiap orang di dunia minum 3 cangkir kopi per hari.

Ini menunjukan, bahwa kopi punya peluang pasar yang besar. Bahkan Indonesia kini menjadi negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia. Dan Indonesia mampu memproduksi 642.000 metrik ton kopi per tahun, dengan kalkulasi sebagai penyumbang 6% kopi di dunia.

Untuk itu, dalam hal ini, Java Kirana hadir untuk menjembatani kesenjangan antara sisi hulu dan hilir kopi dengan bertindak sebagai aggregator. Dalam hal ini, Java Kirana akan membantu petani dengan menyediakan pengetahuan, dukungan teknis, dan akses pasar untuk membantu mereka memperoleh peluang yang lebih baik.

Dengan membantu petani kopi seperti ini, diharapkan para petani dapat lebih fokus pada budidaya kopinya sehingga mereka dapat memperoleh lebih banyak keuntungan karena peningkatan produktivitas dan penurunan biaya produksi.

Selain itu, Java Kirana juga menjalankan usahanya dengan konsep ekonomi restoratif, sebuah pendekatan ekonomi yang menitikberatkan pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, bukan hanya pada profit semata. Untuk itu, dalam hal ini, Java Kirana fokus pada 3 aspek, yaitu:
  1. Aspek Sosial: menghadirkan program yang didedikasikan langsung untuk kesejahteraan petani kopi, juga memberi bantuan langsung untuk manajemen perkebunan petani, serta membangun sistem yang jelas agar petani mendapatkan harga yang sewajarnya.
  2. Aspek Profit (financial): bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan berkelanjutan yang stabil, dan terus mencari peluang ekspansi, agar bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang lebih baik.
  3. Aspek Lingkungan (planet): Mengolah perkebunan secara organik, melakukan pengelolaan sumber daya dan limbah, mengedepankan pendekatan permakultur (rancangan sistem kehidupan yang berkelanjutan), dan melakukan pembatasan penggunaan bahan kimia dan zat buatan lainnya.
Dengan menerapkan ekonomi restoratif ini, ternyata memberikan berbagai manfaat yang dapat meningkatkan keberlangsungan bisnis dan memberikan dampak positif pada lingkungan melalui praktik berkebun yang berkelanjutan. Bisnis kopi yang menerapkan pendekatan ini juga akan memiliki posisi yang lebih kuat di pasar global dan memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat lokal.

Kak Donna menjelaskan uapaya Anomali Coffee dalam menciptakan ekosistem kopi berkualitas di Indonesia

Senada dengan itu, Kak Donna juga menuturkan bahwa Anomali Coffee bersama dengan Anomali group (PT Kopi Asli Indonesia, Indonesia Coffee Academy, PIJAK) juga terus berupaya untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan kopi berkualitas tinggi di Indonesia.

Dalam hal ini, Anomali Coffee berfokus pada mengkurasi dan mempromosikan biji kopi lokal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Bekerja sama langsung dengan para petani kopi untuk menghasilkan kualitas dan keberlanjutan produk.

Dan untuk memastikan kualitas kopi yang disajikan kepada para pelanggannya adalah yang terbaik, maka Anomali Coffee melakukan berbagai langkah dan memastikan setiap langkah dilakukan dengan standar tinggi mulai dari awal hingga akhir menjadi secangkir kopi yang nikmat untuk disajikan pada pelanggannya.

Nah, salah satu upaya yang dilakukan oleh Anomali Coffee untuk mendapatkan biji kopi terbaik adalah dengan membangun Coffee Farmers Anomali Partnership, yaitu kemitraan Anomali Coffee dengan petani kopi yang ada di seluruh Indonesia, karena hal ini merupakan kunci utama dalam upaya untuk menyediakan biji kopi yang berkelanjutan.

Dan untuk membangun kemitraan dengan para petani kopi ini, maka Anomali Coffee melakukan berbagai hal, seperti melakukan pelatihan dan edukasi, memberikan harga yang adil, menghadirkan dukungan infrastruktur, membuka akses ke pasar, menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan, serta mengedepankan transparansi.

Selain melakukan kolaborasi dengan petani kopi, Anomali Coffee juga bekerja sama dengan beberapa petani di komoditi lain seperti buah maram dan nanas untuk dijadikan sesuatu produk baru yang menarik yang dapat disajikan kepada customer Anomali Coffee.

Anomali Coffee menggunakan packaging yang ramah lingkungan

Dan menariknya lagi, Anomali Coffee juga ikut melakukan upaya menjaga lingkungan berkelanjutan dengan menghadirkan kemasan yang lebih ramah lingkungan dan bebas dari plastik. Upaya ini terlihat dari penggunaan kemasan gelas es untuk takeaway, kantong untuk takeaway, hingga tempat untuk takeaway makanan juga menggunakan ecofren box yang ramah lingkungan.

Dengan berbagai upaya tersebut, Anomali Coffee telah membuktikan, bahwa bukan hanya bisa meningkatkan nilai bisnisnya saja, namun tetap menjalin kerja sama yang baik dengan petani kopi lokal, serta tetap turut menjaga lingkungan berkelanjutan melalui berbagai kegiatan yang ramah lingkungan.


Belajar Menyeduh Kopi dengan Metode Manual Brewing

Tak hanya mendengarkan cerita tentang kopi, dalam acara ini kami pun diajarkan cara menyeduh kopi oleh Kak I Putu Yoko dengan menggunakan metode manual brewing, yaitu proses menyeduh kopi secara manual tanpa menggunakan mesin atau alat elektronik, melainkan menggunakan kertas penyaring khusus untuk menyeduhnya.

Kak Yoko menjelaskan cara membuat kopi dengan metode manual brew

Salah satu keunggulan dari menyeduh kopi dengan manual brewing adalah dapat mengontrol setiap langkah proses pembuatan kopi. Dengan metode ini, kita dapat menyesuaikan rasio kopi dan air sesuai dengan selera. Selain itu, kita juga dapat mengontrol suhu air dan waktu ekstraksi yang akan mempengaruhi rasa dan aroma kopi yang dihasilkan.

Untuk menyeduh kopi menggunakan metode manual brew ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu Pour over, yaitu metode menyeduh kopi dengan menuangkan air panas secara perlahan-lahan ke atas bubuk kopi yang telah dituangkan ke dalam dripper atau wadah tempat menyeduh kopi. Sedangkan Immersion yaitu metode menyeduh kopi dengan cara merendam bubuk kopi ke dalam air, dengan metode ini, kita bisa mengontrol suhu air, jumlah bubuk kopi yang digunakan, dan juga durasi perendaman.

Dan dalam praktik membuat kopi kali ini, kami diajarkan metode manual brew pour over (V60 Dripper) yaitu menyeduh kopi secara manual menggunakan alat khusus berbentuk kerucut yang disebut dripper yang terbuat dari bahan yang kuat akan suhu tinggi, seperti kaca.

Potret pembuatan kopi dengan metode manual brew V60 dripper

Nah, cara membuat kopi dengan metode manual brewing pour over (V60 Dripper) ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Siapkan air panas dengan temperatur sekitar 90-95°C dan 15gram kopi yang sudah digiling, serta siapkan juga gelas dan V60 dripper di atas timbangan
  2. Tuang air panas sedikit untuk membasahi paper filter dan pastikan jangan sampai menggenang yang bertujuan untuk menghilangkan bau kertas agar tidak mempengaruhi rasa kopi
  3. Masukkan kopi yang telah digiling ke dalam V60 dripper yang sudah dilapisi paper filter dengan merata
  4. Tuang air panas pada bubuk kopi yang ada dalam V60 dripper tersebut dengan gerakan memutar yang konstan secara perlahan
  5. Tuangan air pertama untuk blooming atau mengeluarkan karbon dioksida. Proses penuangan air ini dilakukan hingga timbangan menunjukkan 30 ml. Jika sudah, tunggu sekitar 45 detik.
  6. Setelah itu, lakukan penuangan kedua untuk mendapatkan keasaman. Tuang hingga 80 ml, kemudian tunggu lagi sekitar 45 detik atau hingga setengah sisa air di dripper turun ke gelas
  7. Selanjutnya tuangkan lagi air untuk penuangan terakhir sebanyak 150 ml, kemudian tunggu selama sekitar 30 detik lagi
  8. Sebelum tetesan berhenti, angkat dripper dari gelas agar seduhan yang terakhir tidak ikut tercampur, karena bisa mempengaruhi rasa.
  9. Setelah itu tuangkan kopi ke dalam cangkir untuk dinikmati
Dari proses ini, ternyata menyeduh kopi menggunakan metode manual brew pour over (V60) ini terbilang cukup mudah dan praktis. Meskipun begitu, kita harus melakukan tahapannya dengan baik dan benar, karena setiap proses tersebut berpengaruh pada cita rasa kopi yang akan dihasilkan.

Jadi, jika kita ingin menikmati kopi dengan rasa dan aroma yang lebih kompleks serta lebih berkualitas, maka menyeduh kopi dengan metode manual brewing ini bisa jadi pilihan, karena kita bisa mengontrol setiap langkah proses pembuatannya untuk mendapatkan minuman kopi yang sesuai dengan preferensi dan selera yang kita inginkan.


10 comments:

  1. Nice article. Salut saya dengan usaha Java Kirana - aggregator - yang mau mendampingi para petani kopi dalam rangka peduli pada kesejahteraan masyarakat (khususnya petani kopi) dan lingkungan yang berada di sekitarnya. Jadi menumbuhkan rangkaian kerja yang berkualitas dan tidak fokus pada profit semata. Saya membaca bahwa usaha seperti ini nyatanya adalah salah satu cara untuk lebih menjaga kehidupan dan kelestarian bumi.

    Saya juga lagi belajar nih berbagai cara menghidangkan kopi dan sudah mencoba yang manual dripper ini. Asik banget loh ternyata. Setelah beberapa kali nyoba, sekitar sebulan lah berhasil bikin yang pas di lidah.

    BTW kopi Indonesia tuh luar biasa loh. Dalam beberapa kali perjalanan ke LN dan mampir ke banyak coffee shop, kopi negara kita tuh sering banget digunakan oleh mereka. Pernah juga ikut pameran dan ada beberapa booth kopi. Itu laris banget. Tamunya banyak sekali dan mereka berhasil menandatangani kesepakatan kerja sama yang tidak sedikit.

    Semoga suatu saat - di masa yang akan datang - Indonesia mencapai peringkat PERTAMA sebagai penghasil kopi terbaik di dunia. Tidak di rangking empat lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba Annie, Java Kirana konsepnya bagus, memperhatikan petani kopi lokal juga. Semoga kopi lokal kita terus maju dan menjadi peringkat pertama di dunia ya. Aamiin...

      Delete
  2. Senangnya bisa ikut acaranya Eco Blogger Squad
    Saya setuju dengan pemakaian kopi lokal karena manfaatnya yang berkelanjutan
    Selain meminimalkan dampak perubahan iklim (efek transportasi), juga ditanam petani lokal yang akan mencari varietas terunggul
    Caranya sederhana, mulai dengan memesan kopi lokal ketika sedang ngafe ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya acara Eco Blogger Squad ini seru banget, kebetulan tema kali ini bahas tentang kopi lokal. Dan betul Mba Maria, kita dukung kopi lokal dengan memesan kopi lokal saat sedang ngopi di cafe-cafe ya.

      Delete
  3. Cara buat manual brewing v60 dripper ini diajarkan juga sama kakak saya.. Haha.. sama persis. Emang hasilnya enak ya.. Cuma dalam hati "mau minum kopi aja lama banget ya" Hahaha.. Tapi saya malah dapat filosofinya bahwa utk menghasilkan sesuatu yang bagus butuh proses yang tidak sebentar.. Eeeaa.. Btw, saya kayaknya sering denger deh anomali coffee nih, tapi blm pernah nyobain. Jadi pengen nyobain deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mba Ade, bahwa untuk mendapatkan kopi yang nikmat butuh proses yang tak sebentar, jadi melatih kesabaran juga ya hehehe

      Delete
  4. Banyak yang suka sama kopi memang. Sebenarnya daku juga suka, cuma kadng² aja buat yang hehe.
    Dan pangsa pasar buat kopi ini memang besar. Jadi kudu semangat tingkatkan kopi lokal kita biar selalu jadi tuan di rumah sendiri

    ReplyDelete
  5. Sejujurnya, ada rasa penasaran ingin mencicipi setiap jenis kopi asli Indonesia. Tapi sayang, lambung tidak bersahabat. Jadi mencicipinta dari tulisan tulisan saja.

    ReplyDelete
  6. Anak-anakku tuh yg paham rasa kopi dan punya favorit dari daerah mana di Indonesia gitu. Jadi kalau aku jalan-jalan mau oleh-oleh kopi lokal, misalnya ke Flores atau Sumatera. Malah engga berani oleh-oleh kopi, karena takut salah beli. Haha...
    Sampai sekarang sih aku cukup kopi dari Point Coffee Indomaret aja...wkwkwk

    ReplyDelete
  7. wah keren sih ini. aku jadi inget, temen smk tu dulu ada yang jadi trainer kopi gini dan juga buka toko di pagaralam.

    ReplyDelete