Meskipun zaman terus berkembang dan semakin canggih, namun tidak dipungkiri bahwa saat ini masih ada masyarakat yang hidup dalam suasana yang jauh dari kemajuan, hidup dalam kondisi serba kekurangan, bahkan menerjang malam dalam kegelapan karena tidak adanya listrik yang menerangi.
Miris memang, namun begitulah keadaanya, listrik belum mampu menjangkau desa-desa di pelosok, kehidupan masyarakat mendadak “lumpuh” ketika malam tiba, mereka terpaksa tidur lebih cepat karena kegelapan memaksa warga tidak bisa beraktivitas lagi.
Tidak adanya akses listrik seperti ini tentu menjadi hambatan untuk kemajuan sebuah desa, karena pada dasarnya listrik merupakan salah satu elemen yang memiliki peran penting untuk percepatan pertumbuhan dan kebangkitan sebuah desa untuk menjadi maju.
Sebab listrik sejatinya bukan hanya mampu memberi penerangan saja, namun keberadaanya bisa meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian masyarakat menjadi lebih baik, termasuk memberikan kemudahan hidup dan juga hiburan bagi masyarakat.
Menyadari begitu pentingnya peran listrik untuk mempercepat kemajuan sebuah desa, maka Harianto Albarr atau yang biasa akrab disapa Hari ini tergerak hatinya untuk mencetuskan listrik bagi kampungnya agar kehidupan warga di sana tak terkungkung dalam kegelapan terus menerus.
Harianto Albarr membuat kincir air pembangkit listrik |
Pemuda lulusan dari Fakultas Kimia, Universitas Negeri Makassar ini memiliki impian agar kampung Ampiri yang terletak di lereng bukit Coppo Tile, Desa Bacu Bacu, Makassar – Sulawesi Selatan ini bisa menikmati listrik layaknya masyarakat di tempat yang lain.
Sebab di tempatnya, jangankan untuk menonton televisi, listrik untuk sumber penerangan saat gelap saja tidak dapat terpenuhi secara merata di Desa Bacu Bacu, Makassar, Sulawesi Selatan tempatnya lahir tersebut. Untuk itu, Hari bertekad ingin menghadirkan listrik bagi warga desanya, agar bisa cepat keluar dari kegelapan yang ada selama ini.
Untuk itu, pada saat liburan kuliah pada tahun 2008, Hari memutuskan untuk membuat pembangkit listrik bagi desanya, karena ia menyadari betul bahwa salah satu faktor yang menghambat kemajuan desanya tercinta ini adalah ketiadaan sumber listrik yang memadai.
Untuk itu, dengan semangat yang kuat meskipun dengan pengetahuan yang terbatas, Hari yang merupakan pemuda lokal pertama yang meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi ini mulai mempelajari berbagai teknik pembuatan pembangkit listrik dari sejumlah literatur yang ada, agar bisa mewujudkan impiannya menghadirkan listrik untuk desanya tersebut.
Maka dari hasil belajar yang ditekuninya dan melihat kondisi lingkungan desanya, Hari menyadari bahwa desanya ini memiliki potensi yang bagus untuk membuat pembangkit listrik mikrohidro atau membuat kincir air pembangkit listrik karena adanya limpahan air yang ada di desanya tersebut.
Namun dalam upayanya untuk membangun kincir air untuk pembangkit listrik ini, ternyata pemuda ini diremehkan oleh sebagian warga desanya, namun Hari tidak menyerah begitu saja, karena ia yakin usahanya untuk menghadirkan listrik dengan cara ini pasti akan berhasil.
Air sungai diubah menjadi listrik dengan turbin - (Foto: KBR.id) |
Dan benar saja, berkat kegigihan dan juga bantuan sebagian warga yang ada, akhirnya mereka berhasil membendung sungai dan memanfaatkan batang pohon aren untuk menjadi pipa yang mengalirkan air hingga mencapai generator bekas. Dan kemudian lahirlah energi mikrohidro meskipun terbilang kecil pada awalnya, yaitu tak sampai 1.000 watt atau hanya mampu menyalakan lampu berkekuatan 5 watt. Tetapi hal itu menjadi kali pertama kampung Ampiri diterangi listrik.
Meskipun daya yang dihasilkan masih terbilang kecil, namun upaya tersebut membuktikan bahwa usaha Hari berhasil, pembangkit listrik sederhana yang ia buat sudah bisa menerangi desanya pada saat malam hari, ada cahaya yang menerangi langit malam, tak segelap malam-malam kemarin.
Seiring dengan berjalannya waktu, berbagai upaya dan pembenahan terus dilakukan, hingga pada tahun 2012, Hari kemudian melakukan penataan ulang instalasi listrik yang ada dan tidak lagi menggunakan kincir angin, namun energi dari air Sungai Ampiri diubah menjadi listrik dengan menggunakan turbin.
Dimana cara kerja dari mikrohidro ini terbilang mudah, yaitu pertama-tama air dibendung terlebih dulu, lalu kemudian dari turbin itu menggerakkan dinamo sehingga menjadi energi listrik dan langsung dialirkan ke rumah-rumah warga melalui kabel-kabel.
Tak henti di situ saja, Hari terus berusaha untuk terus melakukan berbagai upaya agar daya listrik yang ada bisa terus naik, sehingga listrik tersebut bisa dimanfaatkan semakin luas oleh masyarakat banyak. Meskipun sejak tahun 2016 secara resmi Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun sudah mengalirkan listrik di desa tersebut, namun warga Desa Bacu Bacu tetap menggunakan pembangkit listrik gagasan Harianto Albarr, karena listrik dari PLN tidak mengalir setiap saat.
Kini, tenaga listrik gagasan dari Hari ini tak hanya mampu menerangi rumah-rumah warga yang ada saja, tapi juga dimanfaatkan untuk kebutuhan menerangi sekolah dan juga masjid yang ada. Bahkan kini para warga bisa menikmati acara hiburan di televisi, membeli kulkas untuk membuat dan menjual es, memasak nasi dengan rice cooker, dan berbagai kegiatan lainnya.
Dan yang terpenting, kini anak-anak bisa belajar dengan sangat nyaman di malam hari dengan penerangan yang memadai, tidak lagi menggunakan lampu minyak dengan cahaya seadanya. Kini, kehidupan di Desa Bacu Bacu telah berubah, menjadi desa yang terang benderang.
Mesin turbin yang mengubah air sungai menjadi listrik - (Foto: KBR.id) |
Keberhasilan Hari dalam mewujudkan pembangkit listrik tenaga air ini tak hanya membuat masyarakat Desa Bacu Bacu bahagia, namun juga telah menginspirasi desa yang lain untuk melakukan hal serupa agar desa-desa lain pun bisa keluar dari kegelapan yang membelenggu mereka selama ini.
Bahkan Hari sudah memperkenalkan karyanya ini hingga ke berbagai desa di daerah lain seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Dengan harapan, agar apa yang telah diupayakannya ini, bisa juga diterapkan pada desa-desa yang lain, agar pemerataan listrik bisa dirasakan oleh banyak masyarakat Indonesia, terutama bagi desa-desa yang belum dialiri listrik sama sekali.
Berkat segala upaya dan sumbangsihnya dalam menghadirkan listrik bagi masyarakat Desa Bacu Bacu sehingga bisa menikmati kehidupan yang lebih baik seperti sekarang ini, maka tidak heran Harianto Albarr dinobatkan sebagai salah satu penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2012 untuk bidang teknologi.
Dari sini kita belajar, bahwa keinginan baik yang dilakukan dengan baik, maka memberikan hasil yang baik pula, tak hanya berdampak baik untuk diri sendiri, tapi juga memberikan manfaat baik bagi masyarakat luas. Berawal dari segenggam impian, kini Harianto Albarr telah menyalakan banyak harapan!
*****
- https://kbr.id/galeri_foto/06-2018/mantri_listrik_dari_desa_bacu_bacu/96324.html
No comments:
Post a Comment