Tampak gas buang dari kandaraan menyebabkan polusi udara - Sumber Gambar: CNBIndonesia.com |
Di kota-kota besar Indonesia, kepadatan kendaraan adalah pemandangan yang begitu lazim terlihat setiap hari, terlebih di saat jam berangkat dan pulang kerja. Kemacetan yang terjadi menyebabkan gas buang dari kendaraan menjadi banyak, sehingga menimbulkan polusi yang mencemari udara.
Dan pencemaran dari gas buang kendaraan bermotor disebabkan oleh penggunaan bahan bakar minyak (BBM) beroktan rendah, sehingga menjadi salah satu penyumbang permasalahan serius pada kesehatan manusia, dan juga penyebab terjadinya pencemaran udara yang merusak lingkungan.
Maka untuk mengatasi hal ini, salah satu upaya yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bersama KBR adalah menggelar diskusi publik secara virtual untuk mendorong penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan pada masyarakat luas, dan demi mewujudkan Program Langit Biru, (03/03).
Diakui oleh Bapak Tulus Abadi selaku Ketua Pengurus Harian YLKI, bahwa acara ini merupakan bentuk konkret YLKI bergandengan tangan dengan pemerintah, masyarakat, operator (Pertamina) yang memiliki visi yang sama untuk secara konsisten mewujudkan dan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ramah lingkungan.
Sebab saat ini, BBM yang berasal dari energi fosil di Indonesia masih sangat dominan di masyarakat, yaitu lebih dari 85 persen, padahal BBM dari energi fosil ini mempunyai dampak yang serius bagi kelangsungan lingkungan hidup dan juga kesehatan manusia.
Bahkan diakui oleh Bapak Tulus, bahwa polusi udara yang terjadi itu diakibatkan oleh penggunaan BBM yang mencapai 75 persen dari total polusi dari sumber bergerak. Itu artinya, pencemaran udara dan lingkungan akibat penggunaan BBM tidak ramah lingkungan dari kendaraan kita masih sangat tinggi.
Dimana hal ini dipicu oleh penggunaan BBM kotor (bensin premium, solar) yang menyebabkan krisis udara bersih, sehingga menjadi penyebab gagalnya program langit biru di Jakarta, Bodetabek, dan juga kota-kota lainnya di Indonesia.
“Jakarta memiliki indeks kualitas udaranya (Aiq Quality Index/AQI) yang terus menurun, berada pada kisaran skor 175 yang masuk kategori tidak sehat.” Ujar Pak Tulus.
Selain itu, belakagan ini juga terus terjadi juga fenomena perubahan iklim global (Global Climate Change) yang juga bisa menyebabkan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi. Seperti terjadi kerusakan ekosistem, kekeringan, banjir, kekurangan pangan, penyebaran penyakit, menyebabkan mencairnya es di kutub, dan bencana alam lainnya.
Maka dalam menyikapi semua kondisi ini, pada November 2015 yang lalu, Presiden Jokowi telah menandatangani Paris Protocol yang berisi kesanggupan Indonesia dalam mereduksi emisi gas karbon antara 29-40 persen pada 2050 mendatang.
Dan untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah Indonesia sudah menggagas kebijakan dengan spirit yang sama, yaitu menjalankan Program Langit Biru untuk mereduksi gas karbon dengan menggunakan jenis BBM ramah lingkungan.
Dimana dulu pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo pernah membentuk Tim Reformasi Mafia Migas yang diketuai oleh Bapak Faisal Basri. Dimana salah satu rekomendasi dari Tim Reformasi Mafia Migas ini adalah pemerintah diminta untuk menghapus BBM premium.
Dan saat itu PT Pertamina menyanggupi hal tersebut dengan meminta jeda waktu 2 tahun (hingga 2017). Dan pada tahun 2017 pemerintah akhirnya mengendalikan secara ketat BBM premium di daerah Jamali (Jawa, Madura, Bali), namun ironisnya, pada pertangahan tahun 2018 kebijakan tersebut dibatalkan oleh pemerintah karena faktor politisi (pemilu).
Padahal, untuk bisa mewujudkan Program Langkit Biru ini, sebanarnya sudah ada sejak 25 tahun silam dan diatur oleh Kementerian LH via Permen LH No. 15 Tahun 1996 dan Kepmen LH No 141/2003, tentang pengaturan emisi gas buang pada ranmor (BBM standar Euro 2).
Sejalan dengan itu, dijelaskan juga oleh Bapak Dasrul Chaniago selaku Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK bahwa di KLHK pun sudah mengeluarkan peraturan, yaitu Permen KLHK No. 20/2017 yang membahas terkait baku mutu emisi gas buang Kendaraan bermotor dengan menggunakan BBM standar Euro 4.
Jadi dalam hal ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak tahun 2017 sudah menentukan standar baku mutu atau standar BBM yang seharusnya digunakan, yaitu batasan (Research Octane Number) RON dalam produk bensin yakni minimal 91 dengan kandungan sulfur 50 ppm, serta ambang batas cetane number (CN) minimal 51 dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm untuk produk solar.
Maka dari itu, diakui oleh Bapak Dasrul bahwa untuk mobil keluaran terbaru (September 2018 sampai sekarang) sudah diproduksi dengan teknologi terkini yang mendukung penggunaan BBM Euro 4, sehingga lebih ramah lingkungan dan juga membuat perform kendaraan tetap stabil dan awet untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk itu, Indonesia harus bergegas menggunakan BBM Euro 4 yang ramah lingkungan ini, sebab pada kenyataannya, jika dilihat dari emisi kendaraan bermotor Indonesia relatif tertinggal untuk di Asean. Dimana Indonesia masih menggunakan standar Euro 2, sedangkan Filiphina sudah menggunakan Euro 4 ditahun 2019, Thailand menggunakan Euro 4 tahun 2015 dan mentargetkan tahun 2023 menggunakan Euro 5. Sementara Singapura menggunakan Euro 6 sejak tahun 2017 dan Vietnam Euro 4 tahun 2017.
Untuk mewujudkan Program Langit Biru maka kendaraan harus menggunakan BBM ramah lingkungan - Sumber Gambar Syahidsund (pixabay.com) |
Selain itu, hadir juga oleh Bapak Faby Tumiwa dari Institute for Essensial Service Reform (ILSR) yang mengungkapkan bahwa untuk mewujudkan penggunaan BBM Euro 4 yang ramah lingkungan ini diperlukan kebijakan dan regulasi yang jelas dan juga sikap yang konsisten dari pemerintah, sehingga penerapan penggunaan BBM yang ramah lingkungan ini bisa benar-benar sejalan dengan Program Langit Biru.
Sebab dari hasil penelitian yang dilakukan, ternyata ditemukan bahwa kualitas BBM yang beredar di Indonesia ini ternyata ada 97 persen yang masih berada dibawah standar. Seperti masih banyaknya ditemukan BBM premium dengan spesifikasi RON 88 dengan kandungan sulfur maksimal 500 ppm, sedangkan solar hanya mengandung cetane number (CN) 48 dengan kandungan sulfur yang masih cukup tinggi yaikni maksimal 2.500 ppm.
Maka jika memang pemerintah ingin penerapkan penggunaan BBM yang ramah lingkungan untuk mendukung program langit biru ini, maka pemerintah harus menetapkan kebijakan yang jelas, dan menjalankannya dengan tegas, transformatif dan sinergis serta konsisten untuk mendorong masyarakat agar secepatnya beralih menggunakan BBM ramah lingkungan.
Namun diakui juga oleh Bapak Faby bahwa dari hasil penelitian yang dilakukannya menunjukan bahwa penggunaan bahan bakar minyak (BBM) oleh masyarakat saat ini sangat ditentukan oleh harga dan juga ketersedian BBM sebagai referensi utamanya.
“Masyarakat akan membeli apa yang ada di pasaran dengan harga yang paling murah, sebab tidak banyak masyarakat yang tahu, bahwa untuk mobil keluaran pabrikan tertentu harus menggunakan jenis BBM dengan standar kualitas tertentu.” Ujar Bapak Faby.
Namun lebih lanjut beliau berujar, bahwa di pulau Jawa sejak dibatasi BBM premium, maka masyarakat beralih ke pertalite dan pertamax menjadi naik. Itu artinya, secara perlahan kita bisa mengalihkan penggunaan BBM premium ke BBM yang lebih yang lebih ramah lingkungan.
“Penggunaan BBM premium bisa dikurangi secara bertahap, yang dibarengi dengan edukasi untuk meningkatkan awareness masyarakat terkait pentingnya menggunakan BBM ramah lingkungan.” Ujar Bapak Faby.
Menggunakan BBM Ramah lingkungan banyak untungnya, ramah bagi lingkungan, bagus untuk kesehatan dan awet untuk kendaraan. - Sumber Gambar: bandung.panduanwisata.id |
Sejalan dengan itu, Bapak Deny Djukardi dari PT Pertamina (Persero) juga menuturkan bahwa saat ini Pertamina terus melakukan berbagai upaya agar masyarakat bisa menggunakan BBM dengan kualitas yang lebih baik dengan polutan yang lebih rendah, agar lingkungan hidup ini tetap lebih sehat.
Dan untuk mendukung terwujudnya program langit biru dengan penggunaan BBM ramah lingkungan, pihak Pertamina juga sudah melakukan berbagai program untuk masyarakat, selain memberikan edukasi terkait pentingnya menggunakan BBM yang ramah lingkungan, Pertamina juga memberikan program potongan harga atau diskon secara bertahap untuk produk BBM pertalite dengan harga hampir sama dengan harga BBM premium.
“Ternyata dari program ini, terlihat secara statistik bahwa penggunaan BBM ramah lingkungan semakin meningkat, dalam arti konsumsi premium saat ini sudah turun.” Ujar Bapak Deny.
Meski tidak dipungkiri oleh Bapak Deny, bahwa saat ini Pertamina masih menyediakan BBM premium, namun Pertamina juga terus meningkatkan pasokan atau ketersediaan BBM ramah lingkungan, sehingga diharapkan masyarakat lebih banyak yang memilih untuk menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Selain upaya tersebut, ke depan Bapak Deny juga berharap agar jumlah varian BBM di Indonesia tidak banyak, sebab saat ini ada enam jenis, diharapkan bisa dikurangi sehingga jumlah BBM jadi lebih efisien dan juga lebih ekonomis untuk BBM yang ramah lingkungan.
“Indonesia ini mungkin salah satu negara di ASEAN yang memiliki varian BBM yang sangat banyak, ada 6 varian, sedangkan di negara lain paling banyak ada 4 atau hanya 2 varian saja, sehingga masyarakat lebih fokus dalam penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan.” Ujar Bapak Deny.
Dan mungkin selama ini, banyak masyarakat yang menilai bahwa BBM ramah lingkungan harganya lebih mahal, namun pada kenyataannya, untuk pemakaian jangka panjang, justru penggunaan BBM ramah lingkungan bisa memberikan banyak manfaat, baik untuk lingkungan, bagus untuk kesehatan masyarakat, dan juga membuat performa kendaraan jadi lebih gesit, serta mesin dan komponen vital kendaraan lain jadi lebih awet dan tidak mudah rusak.
Maka dari itu, mulai saat ini, masyarakat tidak perlu khawatir lagi untuk menggunakan BBM ramah lingkungan, karena dengan menggunakan BBM yang ramah lingkungan, maka program langit biru pun akan bisa kita capai, sehingga lingkungan kita tetap terjaga, dan taraf kesehatan kita pun akan terus membaik.
Meski kita semua tahu, bahwa untuk mewujudkan Program Langit Biru ini tidak semudah membalikan telapak tangan, namun bukan berarti juga ini hal yang mustahil untuk bisa diwujudkan. Hanya saja, semua pihak, mulai dari pemerintah sebagai pemangku kekuasaan hingga masyarakat, harus benar-benar mau saling bekerjasama sesuai dengan perannya masing-masing secara sungguh-sungguh.
Namun selain itu, upaya lain yang bisa juga kita lakukan untuk mendukung Program Langit Biru ini adalah dengan beralih dari penggunaan transportasi pribadi ke transportasi massal, dan juga diperbanyak menanam pohon dan juga ruang terbuka hijau, agar gas buang dari kendaraan dapat terurai dengan cepat.
Meskipun untuk merasakan manfaat tersebut tidak bisa secara instan, karena mungkin butuh waktu dalam jangka panjang, namun kita harus percaya, bahwa semakin cepat kita menggunakan BBM yang ramah lingkungan ini, maka itu artinya, kita sudah melakukan investasi bagi kendaraan, lingkungan dan juga kesehatan masyarakat untuk jangka yang panjang.
Jadi, mari kita bersama-sama untuk menyukseskan program langit biru dengan menggunakan BBM yang ramah lingkungan mulai dari sekarang!
Yah, merubah kebiasaan masyarakat untuk tidak sekedar mementingkan "murah" adalah sebuah perjuangan yang panjang. Tidak mudah karena mindset yang cenderung mementingkan murah daripada efek kerusakan yang dihasilkannya.
ReplyDeleteTapi mau tidak mau, hal itu harus dimulai dari sekarang kalau tidak mau negara ini tertinggal dan kerusakan lebih besar terjadi akibat penggunaan BBM yang tidak ramah lingkungan