Hati-hati menjaga hati, jangan
sampai ke lain hati. Upss… maaf kok saya malah jadi menyanyikan lagu itu ya. hahaha
jadi kali ini saya lagi ingin membahas tentang salah satu organ vital manusia
yang bernama hati. Iya hati manusia itu mempunyai peranan penting dalam tubuh manusia,
bahkan hati mendukung hampir setiap organ dalam tubuh kita.
Makanya, jika hati kita sudah
bermasalah maka semuanya akan kacau, untuk itu sangat penting bagi kita untuk
menjaga kesehatan hati kita supaya tidak bermasalah, karena bila fungsi hati
manusia sudah tidak bisa berjalan dengan baik, maka berbagai masalah akan
terjadi. Dan salah satu penyakit yang terkait dengan hati adalah Hepatitis.
Apa itu Hepatitis?
Hepatitis terdiri dari dua kata,
yaitu hepar yang artinya hati dan itis yang berarti radang,
jadi hepatitis adalah terjadinya peradangan
pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis. Dan ada 5 jenis virus
hepatitis ini yaitu A, B, C, D dan E yang mana karakteristik dari masing-masing
virus ini berbeda-beda sehingga penangananya pun berbeda-beda juga.
Namun penyakit Hepatitis B yang paling banyak diderita oleh masyarakat, diperkirakan ada 2 milyar orang di dunia yang telah terinfeksi Hepatitis B dan sekitar 240 juta merupakan pengidap virus Hepatitis B kronis. Sedangkan penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan 170 juta orang, dan ada sekitar 1.500.000 penduduk dunia yang meninggal setiap tahunnya disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C.
Dan Indonesia merupakan negara dengan pengidap Hepatitis B nomor dua terbesar di dunia setelah Myanmar diantara negara-negara anggota WHO SEAR (South East Asian Region). Dimana diperkirakan 23 juta penduduk Indonesia pernah terinfeksi virus Hepatitis B, sedangkan diperkirakan ada sekitar 5 juta penderita hepatitis C.
Dan hepatitis ini bisa menjangkiti
siapa saja, dan tidak semua kasus hepatitis ini menimbulkan gejala dan ataupun
jika ada, gejalanya cukup samar pada tahapan awal dalam kisaran 80% kasus, dan
20% kasus lainnya bisa menunjukan gejala dengan tingkat yang bervariasi.
Untuk itu, penyakit hepatitis ini
dikategorikan penyakit kronis bahkan disebut sebagai silent killer lantaran banyak diantara kita yang baru mengetahui
bahwa dirinya terinfeksi setelah berada pada tahap lanjut atau kronis, bahkan
sudah terjadi sirosis dan kanker hati.
Menyadari betapa berbahayanya
penyakit hepatitis ini, maka Kementerian Kesehatan beberapa waktu yang lalu (27/07/2018),
mengadakan acara temu Blogger dalam rangka memperingati hari Hepatitis Sedunia
ke 9 (9th World Hepatitis Day) yang digelar di Ruang Naranta Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan.
Hadir dalam acara ini dr. Wiendra
Waworuntu, M.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung Kementerian Kesehatan, dan Dr. dr. Adri Sanityoso Sulaiman, SpPD-KGEH
selaku Sekretaris Jendral PB Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia (PPHI) dan
dipandu oleh Eyang Anjari selaku moderator.
Deteksi Dini Hepatitis Selamatkan Generasi Penerus Bangsa (Kiri - kanan): Eyang Anjari - dr. Wiendra - Dr. dr. Adri |
Terselenggaranya acara ini
merupakan rangkaian dari upaya pemerintah untuk mensosialisasikan kepada
masyarakat bahwa virus hepatitis berdamppak sangat serius terhadap kesehatan
masyarakat, terlabih Indonesia adalah negara endemis tinggi Hepatitis.
Manyadari kenyataan ini, maka
penyakit hepatitis ini dikategorikan sebagai permasalahan kesehatan dunia yang
serius, termasuk di Indonesia. Maka dari itu, pihak pemerintah, dalam hal ini
Kementerian Kesehatan sengaja mengangkat tema “Deteksi Dini Hepatitis,
Selamatkan Generasi Penerus Bangsa” supaya masyarakat Indonesia semakin sadar
betapa berbahayanya penyakit Hepatitis ini, karena 1 dari 4 pengidap akan
meninggal karena kanker atau gagal hati.
Penyakit Hepatitis ini bukan
hanya bisa merenggut banyak nyawa, namun juga untuk penyembuhannya juga butuh
biaya yang besar. Misalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk 1 kasus sirosis
ternyata mebutuhkan biaya sekitar 1 milyar dan 1 kasus kanker hati membutuhkan
biaya sekitar 5 miliar. Sungguh angka yang fantastis bukan?
Untuk itu, sangat penting bagi
kita untuk mengerti bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit hepatitis
ini agar kita dan anak-anak kita bisa hidup sehat dan bahagia untuk
Cara penularan Hepatitis
Pahami cara penularan hepatitis lalu hindarilah |
Perlu kita semua tahu, bahwa
ternyata “Penularan Hepatitis 100 kali
lebih berisiko daripada HIV AIDS” dan itu artinya, betapa berbahayanya
penyakit hepatitis ini jika tidak ditangani dengan serius. Untuk itu, sangat
penting kita pahami bagaimana sebenarnya cara penularan dari penyakit hepatitis
ini.
Hal ini perlu kita tahu, agar
kita bisa mencegah ataupun menghindari cara penularan dari penyakit yang
menakutkan ini. Adapaun cara penularan virus Hepatitis ini berbeda-beda,
Misalnya Hepatitis A dan Hepatitis E
biasanya cara penularannya melalui tinja dari orang yang terinfeksi ataupun
lewat makanan ataupun minuman yang sudah terkontaminasi.
Jadi setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar tersebut, maka gejala yang dirasakan oleh orang-orang yang terkena virus hepatitis A dan E ini diantaranya: Demam, lesu, nafsu makan berkurang, mual, muntah, nyeri pada perut bagian kanan atas, air kencing berwarna teh, ada muncul warna kekuningan pada mata dan kulit. Namun semakin muda usia anak maka gejala yang muncul umumnya tidak khas bahkan tidak memberikan gejala.
Sedangkan untuk Hepatitis B, C
dan D itu ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya yang telah
terinfeksi. Namun penularan penyakit Hepatitis B secara vertikal yang ditularkan
oleh seorang ibu kepada bayinya saat di kandungan ataupun melahirkan mempunyai
peluang 95% besarnya. Sedangkan untuk penularan
hepatitis B, C dan C secara horizontal sebanyak 5% yang biasanya penularannya
melalu darah atau cairan namun dengan cara yang berbeda.
Perlu kita ingat, siapa pun berpeluang tertular Hepatitis B ini, namun ada bebera sekelompok orang ini yang memiliki resiko lebih besar terkena Hepatitis B, diantaranya:
- Bayi dari ibu yang penderita Hepatitis B
- Bekerja dengan darah atau produk darah (kecelakaan jarum suntik)
- Pengguna jarum suntik tidak steril atau bergantian
- Pengguna tatto, tindik, pisau cukur, jarum perawatan wajah, menicure / pedicure tidak steril
- Pengggunaan sikat gigi dengan penderita Hepatitis B
- Pasangan Homosex
- Sering berganti-ganti pasangan
Sedangkan untuk Hepatitis C penularannya melalui darah dan cairan tubuh penderitanya. Dan gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita Hepatitis B dan C adalah seperti: Cepat lelah, demam, mual, nyeri perut, dan nafsu makan berkurang.
Cara Pencegahan Hepatitis
Jika kita sudah mengerti
bagaimana virus hepatitis itu menular seperti yang sudah dijelaskan di atas,
maka tentu saja kita harus menjauhi segala kemungkinan yang bisa memancing
virus itu datang ke tubuh kita.
Untuk itu, sangat penting bagi
kita jalankan adalah bagaimana menjaga kebersihan makanan dan minuman, serta menghindari
alat-alat yang tidak steril yang menyentuh tubuh kita serta menjauhi hubungan
seksual yang tidak aman.
Penularan hepatitis bisa dicegah mulai dari menjaga kebersihan seperti rajin cuci tangan |
Namun penularan di sisi lain yang
tak kalah pelik adalah penularan dari seorang ibu ke anaknya. Dimana peluang
seorang Ibu yang mengidap hepatitis B lebih besar untuk menularkan kepada
anaknya. Maka dari itu, sangat penting kita memahami bagaimana cara pencegahan
supaya hepatitis B pada Ibu ke anaknya ini bisa diminimalisir.
Sebab, setiap tahun terdapat 5,3
juta ibu hamil, dimana HBsAg reaktif pada ibu hamil rrata-rat 2,2% sehingga
setiap tahun diperkirakan terdapat 120.000 bayi akan menderita hepatitis B dan
95% berpotensi mengalami hepatitis kronis (sirosis dan kanker hati) dalam waktu
30 tahun ke depan.
Untuk itu, ada beberapa hal yang
harus dilakukan oleh seorang Ibu sebagai startegi untuk mencegah penularan
hepatitis B pada buah hatinya sedini mungkin, di antaranya:
- Ibu hamil harus melakukan pemeriksaan screening Hepatitis B.
- Bila Ibu hami terdiagnosa terinfeksi Hepatitis B maka harus melakukan konsultasi kepada dokter seperti apa penangan lebih lanjutnya.
- Semua bayi yang baru lahir diberikan vaksin HBO kurang dari 24 jam setelah kelahiran.
- Bayi dari Ibu hamil yang mengalami HBsAg harus mendapatkan tambahan vaksinasi HBIG dan Vitamin K kurang dari 24 setelah kelahiran.
- Ibu hamil dengan hepatitis B (HBsAg reaktif) untuk melahirkan di fasilitas layanan kesehatan atau rumah sakit tatalaksana Hepatitis B.
Perlu kita ingat baik-baik untuk bayi
yang lahir dari Ibu yang mengidap Hepatitis B ini harus mendapatkan Vaksin HBO
dan HBIG serta Vitamin K kurang dari 24 setelah kelahiran dan padaa umur 2 – 4 bulan harus
rutin mendapatkan vaksin Uniject/HBO 3 dosis vaksin hepatitis B (boster).
Jadi, begitu pentingnya kita
melakukan deteksi sedini mungkin terhadap hepatitis ini karena dengan begitu
kita sudah berusaha menyelamatkan diri dan anak-anak kita sebagai generasi
penerus bangsa ini dari penyakit yang mematikan itu.
Jangan pernah sepelekan sekecil
apapun jika ada gejala yang kurang beres pada diri kita, pemeriksaan dan
deteksi sedini mungkin akan membuat kita bisa secepatnya mencari cara untuk
mencegah dan mengobati penyakit ini lebih awal. Namun berikut ini hal-hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari faktor resiko dari Hepatitis B dan C, diantaranya:
- Tidak menggunakan alat-alat pribadi (sikat gigi, pisau cukur, pemotong kuku) secara bergantian
- Tidak melakukan tatto, tindik dengan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian (seperti pengguna narkoba suntik)
- Tidak menggunakan alat pengobatan tradisonal yang tidak steril (akupuntur, alat-alat bekam)
Dan perlu kita ingat, penyakit
hepatitis adalah infeksi peradangan hati yang disebabkan oleh virus, maka
menerapkan pola hidup bersih dengan menjauhi hal-hal di atas serta sering menjaga keberihan diri yang diawali dengan sering mencuci tangan dengan sabun adalah
cara terbaik untuk melindungi diri dari hepatitis.
Salam,
Hidup Sehat!
No comments:
Post a Comment