Waktu itu masih pagi, sekitar jam
6 pagi, selepas subuh saya masih lanjut tidur lagi lantaran masih ngantuk
karena begadang ngerjain tugas, namun tiba-tiba susana hening itu menjadi
berubah riuh, gempa yang sangat dahsyat membat orang-orang seketika panik pagi
itu.
Dan saya masih ingat dengan
jelas, ketika buku-buku yang tertata rapi di dinding kamar jatuh melantai,
gelas dan piring lepas dari rak dan ikut melantai juga, belum lagi di luar
kamar saya dengar orang-orang teriak-teriak dengan sangat kencang suruh saya
cepat keluar kamar.
Ya, 27 Mei 2006 adalah salah satu
bencana gempa yang sangat besar selama saya kuliah di Jogjakarta, dan bahkan
pada peristiwa itu, salah satu teman kosan saya ada yang patah kakinya karena
tertimpa atap kos-kosan.
Itu hanya salah satu dari banyak
bencana yang terjadi di hidup kita, bahkan sudah tidak terhitung lagi berapa
banyak bencana yang sudah terjadi di negeri ini, dan tak terhitung pula berapa
banyak nyawa dan juga harta benda yang ikut hilang karena bencana tersebut.
Untuk itu, kewaspadaan dan kesiapsiagaan semua komponen masyarakat sangat
diperlukan untuk mengantisipasi adanya bencana ini.
Hal ini bisa kita awali dari diri kita pribadi dan kelurga sebagai lingkungan terkecil dari sebuah masyarakat, sebab kesiapsiagaan individu akan mampu menyelamatkan dari bencana. Hal ini pun terbukti dari hasil kajian dan survei yang dilakukan di Jepang terhadap kejadian gempa Great Hansin Awaji (1995) yang menunjukkan bahwa persentase korban selamat dalam durasi ‘golden time’ disebabkan oleh (1) Kesiapsiagaan diri sendiri sebesar 35%, (2) Dukungan anggota keluarga 31,9%, (3) Teman/Tetangga 28,1%, (4) Orang lewat 2,60%, (5) Tim Penolong 1,70%, (6) Lain-lain 0.90%.
Dari data di atas jelas terlihat
bahwa kesiapsiagaan individu dan keluarga menjadi begitu penting sehingga bisa
membuat kita selamat dari potensi bencana. Untuk itu, kesiapsiagaan seperti di
atas sudah sepatutnya menjadi kesadaran bagi setiap orang mengingat Indonesia
temasuk Negara yang juga rawan bencana.
Bencana tanah longsor |
Tidak bisa kita pungkiri,
keberadaan Indonesia yang secara fakta geologis dan hidrometeorologis menunjukan
bahwa Indonesia memiliki potensi bencana seperti gempa bumi, tsunami, erupsi
gunung api, banjir, longsor, kekeringan, dan angin puting beliung yang kerap
mengancam maka sangat penting bagi setiap warga masyarakat untuk memiliki jiwa
kesiapsiagaan ketika bencana datang.
Bahkan menurut data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa ada 2.372 bencana terjadi
sepanjang 2017 yang mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 377 jiwa.
Maka dari itu kita sangat perlu melakukan kesiapsiagaan bencana supaya kita
bisa selalu mawas diri atas segala bencana yang terjadi.
Melihat fakta ini dan merasa
pentingnya mengajak masyarakat untuk selalu bersikap siap siaga, maka Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) pun akhirnya menetapkan setiap tanggal 26 April
sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB).
Apa itu Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB)?
Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB)
ini sebenarnya telah diinisiasi oleh BNPB sejak tahun 2017 yang lalu, namun
baru pada tahun 2018 ini dicanangkan dan ditetapkannya Hari Kesiapsiagaan
Bencana pada 26 April 2018.
Dan setiap tanggal 26 April kini ditetapkan sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana
karena tanggal 26 April juga bertepatan dengn momen dikukuhkannya UU No.24/2007
tentang Penanggulangan Bencana, sekaligus peringatan 11 tahun disahkannya UU
tersebut.
Hari Kesiapsiagaan Bencana adalah hari penanggulangan bencana yang
diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bertujuan
untuk mengajak semua komponen masyarakat, mulai dari jajaran pemerintah hingga
masyarakat biasa untuk meluangkan waktu satu hari untuk melakukan latihan
kesiapsiagaan bencana secara serentak.
Dimana dengan adanya Hari Kesiapsiagaan Bencana ini maka masyarakat
diharapkan bisa membudayakan latihan secara terpadu, terencana dan
berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan
masyarakat menuju Indonesia Tangguh
Bencana.
BNPB mengharapkan dengan adanya HKB
yang dilakukan serentak oleh semua pihak setiap tahun sebagai latihan evakuasi
bencana bersama maka bisa memperkuat kesiapsiagaan masyarakat sehingga masyarakat
bisa mengenal ancaman risiko di sekitarnya, mampu mengelola informasi
peringatan dini, memahami rambu peringatan, serta mengurangi kepanikan dan
ketergesaan saat evakuasi yang biasanya justru menimbulkan korban dan kerugian.
Untuk itu, latihan evakuasi
bencana harus diawali dari diri kita pribadi, keluarga dan komunitas sebagai
elemen terdepan dalam menghadapi bencana. Maka dengan kesiapsiagaan yang
melekat pada elemen tersebut menjadi pondasi ketangguhan negara terhadap
bencana. Dan hal inilah yang menjadi fokus utama dan sasaran aksi gerakan Hari
Kesiapsiagaan Bencana 2018 yang menggangkat tema ‘Siaga Bencana dimulai dari diri kita, keluarga dan komunitas.’
Belajar Sigap Bencana Melalui Simulasi Bencana di Kantor BNPB
Untuk itu, kemarin tanggal 26
April saya berkesempatan hadir dalam rangkaian acara simulasi bencana yang
dilangsungkan di Kantor Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) yang beralamat di jalan Pramuka Kav.38 Jakarta
Timur.
Acara simulasi yang saya ikuti
ini benar-benar semuanya dikondisikan dalam keadaan sebagaimana bencana pada
umumnya. Kebetulan kemarin kita dikondisikan dalam situasi gempa yang akhirnya
berujung pada kebakaran. Dan gempa
memang sering bangat melanda Indonesia, dan bisa dibayangkan betapa paniknya
jika kita yang berkantor di gedung-gedung bertingkat tinggi seperti di Jakarta
ini, pasti kehadiran gempa dan kebakaran begitu menakutkan.
Tiba-tiba bunyi sirine yang menunjukan
bahwa ada bencana sehingga membuat semua karyawan yang tengah asyik bekerja dan
diminta oleh pihak keamanan untuk segera melindungi diri di bawah meja, dan
selang beberapa waktu, lalu semua karyawan dievakuasi untuk segera meninggalkan
ruangan dengan melawati tangga darurat sebab semua lift sudah dimatikan.
Simulasi belancana gmpa dan kebakaran |
Dan selama turun lewat tangga
darurat ini, pihak keamanan tak henti-hentinya meminta semua orang untuk tetap
melindungi kepala dan tetap tenang serta tidak panik apalagi dorong-dorongan,
karena sikap tenang saat evakuasi ini juga yang akan menentukan keselamatan
semua orang.
JANGAN PANIK!
sebab panik akan membuat suasana
menjadi semakin kacau dan berantakan!
Acara simulasi belum selesai
meski semua orang-orang yang di dalam gedung sudah ke luar ke halaman gedung.
Namun sekarang giliran mobil pemadam kebakaran dan ambulans yang datang, para
petugas kebakaran langsung mencoba memadamkan api (api buatan) yang melahap
bagian-bagian gedung.
Situasi simulais pertolongan korban bencana |
Dan orang-orang yang masih
terjebak di lantai-lantai gedung dievakuasi oleh pihak keamanan dengan berbagai
metode penyelamatan, sehingga orang-orang yang terjebak tadi satu per satu
akhirnya bisa turun dengan selamat.
Sungguh melihat orang-orang yang
diturunkan dari ketinggian hanya menggunakan tali itu mmebuat saya ikutan takut
dan khawatir, kaa benar-benar lagi mengalami bencana kebakaran benaran.
Simulasi saja sebegitu tegangnya saya, gimana jika benaran ya?
Tapi itulah inti dari acara
simulasi ini, dimana masyarakat
diajarkan untuk tetap tetang dan selalu bersikap siap siaga agar bisa berpikir
dan bertindak cepat dalam menyelamatkan diri ketika bencana datang.
Dan melalui momentum peringatan Hari
Kesiapsiagaan Bencana ini, ternyata BNPB mengajak semua pihak baik intansi
pemerintah, swasta/lembaga usaha, lembaga/organisasi/NGO, sekolah/kampus,
komunitas, dan individu/perorangan untuk ikut berpartisipasi dalam simulasi
kesiapsiagaan bencana tersebut.
Kita harus tangguh melawan bencana - Doc. BNPB |
Dan total peserta yang
berkomitmen untuk ikut dalam acara simulasi di Hari Kesiapsiagaan Bencana
melalui latihan evakuasi bencana serentak di seluruh nusantara hingga malam ini
(25/6) pukul 21.00 berjumlah 30.069.804 peserta dari pemerintah, organisasi,
sekolah dan keluarga.
Melalui simulasi ini, masyarakat
diajarkan terlebih dahulu untuk memahami bencana apa yang mereka hadapi
ditempat tinggalnya, maka dengan mengetahui dan memahami bencana yang dihadapi,
maka masyarakat dapat lebih tanggap dalam menyelamatkan diri.
Selain itu, latihan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan seluruh komponen
bangsa dalam menghadapi potensi bencana di Indonesia. Dalam situasi darurat,
pengambilan keputusan secara cepat dapat meningkatkan peluang selamat dan
meminimalkan dampak kerugian baik harta juga jiwa.
Sebab kurangnya kewaspadaan dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman yang ada di lingkungan
sekitarnya karena kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
karakteristik bencana dan risikonya.
Itulah kenapa dibutuhkan latihan
dan persiapan seperti simulasi seperti saat ini, karena BNPB merasa perlu menyiapkan masyarakat untuk siap siaga,
tangguh dan mandiri seandainya ada bencana yang datang, karena masyarakat yang
selamat dari bencana, sebagian besar karena dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Konferensi Pers - Kesiapsiagaan dimulai dari diri kita |
Dan momentum Hari Kesiapsiagaan
Bencana 2018 ini mengangkat tema "Siaga bencana dimulai dari diri kita,
keluarga, dan komunitas" yang didukung dengan tagline "Siap untuk
Selamat! (#SiapUntukSelamat)" yang dimaksudkan agar memberikan pemahaman
arti pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana di sekitar kita.
Mulailah dari diri kita, keluarga dan lingkungan atau komunitas agar mampu
menghadapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat.
Bahkan Bapak Willem Rampangilei selaku Kepala BNPB menuturkan bahwa “Masing-masing
keluarga perlu menyepakati rencana menghadapi situasi darurat dengan beberapa
skenario, karena aksi yang perlu dilakukan bisa menjadi berbeda untuk kondisi
yang berbeda. Skenario dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga sesuai
jenis bahaya yang mengancam. Dalam setiap skenario, disepakati siapa melakukan
apa, dan bagaimana caranya.”
Bapak Willem menilai bahwa
kesiapsiagaan diri (individu) dan keluarga menjadi begitu penting dalam membuat
kesepakatan pada saat ‘prabencana’ bersama oleh seluruh anggota keluarga agar
mereka lebih siap menghadapi situasi ketika darurat bencana sehingga bisa lebih
sigap dalam bertindak untuk menyelamatkan diri dan keluarga ketika bencana
datang.
Selain itu, Bapak Wisnu Widjaja selaku
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB juga mengungkapkan bahwa “Kesiapsiagaan
individu dan keluarga menjadi begitu penting, mengingat faktor yang paling
menentukan untuk keselamatan diri dari potensi bencana adalah penguasaan
pengetahuan yang dimiliki oleh diri sendiri.”
Bapak Wisnu menekankan bahwa
rencana kesiapsiagaan yang disusun tersebut harus dikomunikasikan dengan
anggota keluarga di rumah, kerabat yang ada dalam daftar kontak darurat, serta
mempertimbangkan sistem yang diterapkan lingkungan sekitar dan pihak berwenang.
Kesiapsiagaan terhadap bencana dimulai dari diri kita - Doc. BNPB |
Dan bila rencana tersebut sudah
disepakati bersama, maka keluarga perlu
melakukan simulasi secara berkala agar tidak panik dalam situasi darurat.
Dengan informasi yang cukup dan rencana yang telah disepakati sebelum terjadi
bencana, diharapkan dapat memperlancar berbagai proses pengambilan keputusan
oleh setiap anggota keluarga dalam situasi darurat.
Untuk itu, melalui Hari
Kesiapsiagaan Bencana 2018 ini, maka setiap individu diharapkan dapat membangun
kesadaran dan kewaspadaan terhadap bencana agar harapan kesiapsiagaan keluarga sebagai pondasi ketangguhan negara terhadap
bencana dapat terwujud dan berjalan dengan lancar nantinya.
Informasi lebih lanjut
·
Website: https://siaga.bnpb.go.id/hkb/
·
Twitter: @HKB_26APRIL
·
IG: HKB_26APRIL
·
Facebook: Hari Kesiapsiagaan Bencana
·
Youtube: hkb_26APRIL
·
E-mail: hkbn.bnpb@gmail.com
dari pengalaman sendiri kemudian mengalami simulasi dan mempelajari tiap detilnya bagaimana seharusnya menghadapi bencana. lengkap ya bang. memang sebagai warga negara yg termasuk rawan bencana, pengetahuan sprti ini harus selalu update
ReplyDeletepenting banget bagi kita untuk siap-siaga terhadap datangnya bencana yaa Mas, jadi gak kaget saat bencana itu benar-benar datang.
ReplyDeleteSemoga kita selalu diberi keselamatan, amiin