Hallo teman-teman, kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman jalan-jalan lagi, iya jalan-jalan yang sangat seru dan begitu berkesan dalam beberapa hari yang lalu. Yups kemarin tanggal 29 dan 30 November 2017 saya bersama teman-teman blogger lain berkesempatan jalan-jalan ke daeah Cianjur - Jawa Barat.
Dalam perjalanan dua hari satu
malam ini banyak kegiatan seru yang kami lakukan. Setelah menempuh perjalanan
sekitar tiga jam dari Jakarta menuju Cianjur, maka kami langsung mendatangi
sebuah kampung yang bernama Kampung
Tabrik yang berada di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur
– Jawa Barat.
Kampung ini menjadi tujuan utama
kami kunjungi karena ada yang istimewa dari kampung yang satu ini. Iya kampung
ini bukan sembarang kampung, namun kampung ini begitu istimewa dengan segala pesona yang masih tersembunyi dan kami ingin menguaknya. Banyak sekali informasi dan pengalaman seru yang saya dapatkan saat saya mendatangi kampung
ini.
Saat sampai di kampung ini saja, kami langsung disambut dengan sebuah
pertunjukan seni beladiri pencak silat yang dipadukan dengan musik tradisonal Sunda yang
sangat kental. Adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini begitu
kompak saat menunjukan antraksinya kepada kami semua. Kalian keren!
Jujur saya sangat takjub
dibuatnya, saya pribadi merasa sangat tersanjung disambut dengan persembahan
atraksi sekeren ini, persembahan pemyambutan yang membuat saya merasa diterima
begitu hangat di kampung Tabrik ini. Terima kasih adik-adikku, kalian keren! :)
Mengenal Program Ecofarming di Kampung Tabrik
Selain itu, yang membuat saya semakin
terpukau dengan kampung Tabrik ini bukan karena keindahan alamnya saja, tapi
saya juga semakin suka dengan kampung ini setelah mengetahui bahwa kampung
Tabrik ini begitu peduli dengan lingkungan. Hal ini terlihat dari bagaimana
para petani di sini bercocok tanam dengan menerapkan Program Ecofarming.
Program Ecofarming yang diterapkan di kampung ini merupakan bagian
dari program corporate social
responsibility (CSR) dari PT Tirta
Investama (Danoe Aqua) Cianjur. Hal ini dilakukan oleh Danone AQUA sebagai wujud
kepeduliannya kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.
Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh Bapak Jarot Partoyo
selaku Koordinator CSR Pabrik AQUA Cianjur. Beliau mengatakan bahwa konsep
Ecoframing ini merupakan konsep pertanian yang ramah lingkungan atau pertanian
organik yang artinya para petani dalam bercocok tanam tidak menggunakan pupuk
maupun pestisida berbahan kimia sehingga hasilnya lebih sehat.
Pemilihan kampung Tabrik sebagai
salah satu kelompok masyarakat yang dibidik oleh Danone Aqua dalam kegiatan CSR
ini tentu saja bukan tanpa alasan. Kampung Tabrik ini merupakan salah satu area
penyangga bagi perusahan Danone Aqua Cianjur yang tidak boleh tercemar alamnya dengan
bahan kimia. Karena bagaiaman pun, jika penggunakan bahan kimia dan pestisida
pada tanaman yang berlebihan dan terus menerus nantinya akan mengganggu
kualitas kesuburan tanah dan kualitas air di dalam tanah, dan jika hal ini
dibiarkan terus menerus tentu akan berdampak buruk bagi lingkungan dan
masyarakat di daerah tersebut dan di sekitarnya.
Jadi di kampung ini sekarang
sudah menerapkan program Ecofarming dan meninggalkan cara bertani secara
konvensional yang menggunakan pestisida dan bahan kimia dalam bertani. Awalnya
para petani di kampung Tabrik ini sangat sulit untuk beralih dari cara bertani
konvensional, namun setelah melalui brebagai edukasi yang diberikan oleh pihak
Danone AQUA akhirnya membuat para petani di kampung Tabrik ini sadar akan
bahaya penggunaan pupuk dan pestisida berbahan kimia yang kerap mereka gunakan
selama ini.
Jadi dengan penerapan Program Ecofarming
ini memungkinkan tanaman terbebas dari kontaminasi bahan kimia, dimana kita
tahu bahwa bahwa bahan kimia sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Selain itu,
Program Ecofarming ini bukan hanya dapat meningkatkan angka produktivitas, tetapi
juga bisa mendongkrak nilai penjualan produk pangan organik tersebut.
Maka dengan itu, Bapak Jarot pun
menuturkan bahwa dengan menerapkan Program Ecofarming ini memberikan banyak
manfaat yang sangat bagus bagi manusia juga alam, yaitu Petani akan menghasilkan produk pertanian yang sehat, dan masyarakat yang
mengkonsumsinya pun menjadi sehat serta alam pun menjadi sehat. Semua
komponen menjadi sehat adalah harapan yang sejalan dengan slogan Danone yaitu “one
planet, one health” yang selalu percaya bahwa makanan yang sehat
berawal dari lingkungan yang sehat sehingga masa depanpun menjadi sehat.
Sungguh melalui program
ecofarming ini, masyarakat tidak hanya dibina dalam membudidayakan tanaman
saja, tetapi juga dibantu sampai kepada proses pemasaran hasil panennya.
Sehingga masyarakat benar-benar bisa merasakan secara langsung bagaimana
bantuan yang diberikan oleh Danone Aqua ini benar-benar nyata dalam kehidupan mereka.
Budidaya Paprika melalui Program Ecofarming
Siapa yang tidak tahu buah
paprika? Itu loh buah yang memiliki nama latin Capsicum annuum L. Iya buah yang memiliki rasa manis dan
sedikit pedas dari suku terong-terongan atau solanaceae ini memiliki warna
yang bermacam-macam, ada warna merah, hijau, ungu dan juga kuning. Dan Paprika
ini biasanya dijadika topping pada pizza, campuran salad dan berbagai jenis
olahan makanan lainnya karena kaya akan manfaat yang baik bagi tubuh kita.
Pohon Paprika di Kampung Tabrik - Doc.Mas Gayuhedi |
Buah yang satu ini kaya akan
kandungan Vitamin C yang mampu menjaga kesehatan sistem imun dan peremajaan
kulit, selain itu mengandung phytochemical
dan beta-carotene yang merupakan
antioksidan dan agen anti inflamasi yang baik bagi tubuh. Selain itu kandungan Capsaicin dapat menurunkan kolesterol
jahat, mengontrol diabetes, meredakan nyeri dan inflamasi, bahkan juga kaya
akan vitamin E yang mampu menjaga kecantikan serta kesehatan kulit secara alami
dari dalam. Dan masih banyak lagi sederet manfaat lain dari buah ini.
Ternyata Paprika yang kaya akan
manfaat bagi tubuh ini dibudidayakan juga di Kampung Tabrik ini loh. Namun
paprika yang ditanam di sini hanya yang berwarna merah dan hijau saja. Tapi paprika
di kampung ini sangat spesial, mau tahu kenapa? Karena Paprika di sini
dibudidayakan dengan program Ecofarming yang ramah lingkungan.
Iya dengan melihat letak
geografis kampung ini, yang berada di atas ketinggian 1.000 dpl maka Danone
AQUA melihat potensi ini untuk memberikan edukasi tentang pembudidayakan
Paprika kepada para petani di Kampung Tabrik ini, karena kondisi lingkungan
kampung ini dinilai sangat bagus untuk ditanami paprika karena dengan ketinggan
tersebut maka paprika yang nanti dihasilkan akan memiliki kualitas yang bugus.
Dan benar saja, kemarin saat saya melihat langsung paprika yang dihasilkan oleh petani di kampung Tabrik ini benar-benar bagus, buahnya besar dan segar-segar bangat. Saya makin senang karena diperbolehkan untuk memetik langsung dan membawanya pulang. *Saya happy hehehe
Dan benar saja, kemarin saat saya melihat langsung paprika yang dihasilkan oleh petani di kampung Tabrik ini benar-benar bagus, buahnya besar dan segar-segar bangat. Saya makin senang karena diperbolehkan untuk memetik langsung dan membawanya pulang. *Saya happy hehehe
Segarnya Paprika Hasil Panen dari Kampung Tabrik |
Kampung Tabrik mulai
membudidayakan Paprika ini sejak tahun 2016 yang lalu melalui pembinaan dan
pelatihan tentang bagaimana membudidayakan Paprika yang baik dan benar oleh
Danone AQUA. Tidak hanya pembinaan dan pelatihan, saat itu diberikan juga modal
berupa 6 buah green house seluas 200 meter persegi sebagai medium budidaya
paprika.
Para petani benar-benar dibekali
tentang ilmu dan cara bertani yang benar sehingga bukan hanya hasil pertanian
yang sehat yang ingin didapatkan tetapi juga lahan pertanian tetap terbebas
dari unsur kimia yang merusak tanah, dan pastinya para petani paprika
diharapkan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan ketika memanen paprikanya.
Pemilihan paprika yang ditanam di
kampung Tabrik ini juga karena cara membudidayakan paprika dinilai tidaklah
terlalu sulit bagi para petani, dimana prosesnya pertama-tama campurkan arang
sekam dengan kompos organik, lalu dimasukan ke dalam polybag, setelah itu,
masukan bibit paprika dan diletakan dalam green
house. Dimana satu green house bisa menampung sekitar 1000 pohon paprika.
Kenapa harus ditanam di dalam green house, apa sih gunanya?
Paprika ditanam di dalam green
house bukan tanpa alasan, keberadaan green
house yang dibangun dengan bambu dan didesain dengan sedemikian rupa dengan pemberian pelindung disekeliling
dinding dan atapnya dengan kain dan plastik khusus itu tentu saja bermaksud
untuk melindungi tanaman paprika supaya tidak terpapar langsung dari matahari, air
hujan, angin, kelembaban serta terlindungi dari berbagai hama dan penyakit yang menyerangnya.
Selain itu, kegunaan lain menggunakan green house adalah kita dapat menanam tanpa mengenal musim, karena kondisi di dalam green house dapat kita manipulasi sehingga memungkinkan tanamanan tetap tumbuh dengan baik tanpa tergandung dengan lingkungan luar. bahkan penggunaan green house diyakini bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, karena pemberian nutrisi dan kondisi lingkungan di dalam green house dapat dikendalikan dengan mudah sesuai kebutuhan tanaman sehingga kualitas dan kuantitas hasil panen akan lebih baik. Dan pastinya dengan adanya green house yang terawat dengan baik, tentu saja akan menghasilkan buah paprika organik yang tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia untuk mencegah datangnya hama penyakit.
Ini salah satu contoh green house yang sedang dibangun dengan bambu |
Selain itu, kegunaan lain menggunakan green house adalah kita dapat menanam tanpa mengenal musim, karena kondisi di dalam green house dapat kita manipulasi sehingga memungkinkan tanamanan tetap tumbuh dengan baik tanpa tergandung dengan lingkungan luar. bahkan penggunaan green house diyakini bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, karena pemberian nutrisi dan kondisi lingkungan di dalam green house dapat dikendalikan dengan mudah sesuai kebutuhan tanaman sehingga kualitas dan kuantitas hasil panen akan lebih baik. Dan pastinya dengan adanya green house yang terawat dengan baik, tentu saja akan menghasilkan buah paprika organik yang tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia untuk mencegah datangnya hama penyakit.
Oh iya, green house juga bisa digunakan untuk memanen air hujan yang dialirkan
ke embung, ataupun dialirkan ke sumur resapan. Dan untuk membuat air di embung
tetap steril dan untuk mengurangi bakteri maka diberikan tanaman enceng gondok
dan ikan di embung tersebut.
Selain itu, disekitar bangunan green house ditanami dengan bunga yang
punya bau tak sedap (semacam bunga tahi ayam) yang berfungsi untuk mengusir dan
membelokan segala jenis serangga dan hama yang ingin masuk ke dalam area green
house ini.
Jadi penerapan green house ini adalah untuk
meminimalisir datangnya berbagai hama dan penyakit yang menyerang paprika
sehingga dengan demikian maka penggunaan pestisida dan bahan kimia berbahaya
pun tidak berlaku di sini.
Oh iya, untuk proses dari
penanaman benih hingga panen paprika ini dibutuhkan waktu sekitar 7
bulanan untuk masing-masing green house,
dimana proses penanaman setiap green
house diatur waktunya, sehingga hasil panen antar green house tidaklah sama. Hal ini dilakukan agar proses panen
paprika akan terus ada sehingga petanipun akan terus mendapatkan penghasilan
dari masing-masing green house
tersebut.
Dan sejauh ini dengan mengadopsi konsep
bertani yang menerapkan program ecofarming ini, para petani sudah mulai banyak
mendapatkan manfaatnya. Jadi berpindah dari bertani model konvensional ke ecofarming adalah pilihan terbaik.
Seperti yang dituturkan oleh Pak Uden Suherlan selaku ketua kelompok tani di kampung Tabrik ini, bahwa mereka bukan
hanya mendapatkan banyak ilmu baru seputar bertani yang aman dan sehat, tetapi
juga secara ekonomi pun para petani merasakan adanya peningkatan pendapatan
setelah merubah cara bertani yang sebelumnya konvensioanal ke ecofarming yang
ramah lingkungan ini.
Ada 2 manfaat utama yang sangat
menonjol yang dirasakan oleh Pak Uden dan petani paprika di kampung Tabrik ini setelah
menerapkan program ecofarming ini, yaitu:
1.
Manfaat
bagi kesehatan,
Setelah melalui edukasi dari Danone, kini para petani sudah mulai paham tentang arti pentingnya kesehatan. Seperti yang diakui oleh Pak Uden banyak informasi yang sebelumnya tidak tahu kini menjadi tahu, yang dulunya tidak bisa menjadi bisa. Sebagai contohnya seperti saat menyemprot tanaman jangan sambil merokok, ataupun saat mengaduk pupuk atau pestisida tidak baik menggaduk dengan tangan secara langsung karena itu berbahaya bagi kesehatan, dan masih banyak informasi lain yang selama ini dikira oleh para petani hal yang biasa tapi pada kenyataannya sangat berbahaya bagi kesehatan mereka.
Setelah melalui edukasi dari Danone, kini para petani sudah mulai paham tentang arti pentingnya kesehatan. Seperti yang diakui oleh Pak Uden banyak informasi yang sebelumnya tidak tahu kini menjadi tahu, yang dulunya tidak bisa menjadi bisa. Sebagai contohnya seperti saat menyemprot tanaman jangan sambil merokok, ataupun saat mengaduk pupuk atau pestisida tidak baik menggaduk dengan tangan secara langsung karena itu berbahaya bagi kesehatan, dan masih banyak informasi lain yang selama ini dikira oleh para petani hal yang biasa tapi pada kenyataannya sangat berbahaya bagi kesehatan mereka.
Selain itu, hal yang penting juga adalah hasil
pertanian yang mereka panen tak lagi terkontaminasi dengan pestisida dan bahan
kimia yang mengancam kesehatan manusia. Dan dengan minimnya penggunaan
pestisida berbahan kimia tersebut maka tanah, udara dan air yang ada di kampung
Tabrik ini juga tetap terjaga kelestariannya dari kontaminasi bahan kimia
berbahaya.
2.
Manfaat
secara ekonomi,
Tidak bisa kita pungkiri, Danone tidak hanya membantu
masyarakat untuk menghasilkan pertanian yang sehat saja, tetapi Danone membantu
hingga dengan proses pemasaran produk pertanian di pasaran. Sehingga kini, Para
petani sudah tidak perlu khawatir mencari pasar untuk memasarkan hasil
pertanian mereka karena kini pasarnya sudah jelas.
Dan kini, para petani kini sudah bisa mendapatkan
keuntungan bersih antara Rp. 3-4 juta per bulan, namun jika lagi puncak musim
panen bisa tembus hingga 6 jutaan per bulan. Dan, untuk perkilogramnya, paprika
merah bisa dijual dengan harga Rp. 30.000. Sementara itu, untuk paprika hijau,
bisa dijual dengan harga Rp. 25.000 per kilogramnya. Dan kini permintaan pasar
semakin meningkat, dan itu menjadi memotivasi para petani di sini untuk terus
berupaya menghasilkan paprika yang banyak namun tetap dengan kualitas yang
baik.
Dan setelah sukses dengan 6 buah
green house yang ada, maka kini pada tahun 2017 para petani sudah menambah 3
green house lagi untuk membudidayakan paprika ini. Penambahan green house ini
tentu saja sejalan dengan menggeliatnya permintaan pasar akan buah paprika
organik dari kampung Tabrik yang terus meningkat.
Banyak macam sayuran yang dibudidayakan di kampung Tabrik |
Selain Paprika, di kampung Tabrik
ini para petani juga melakukan budidaya tomat, wortel, cabe dan jenis sayuran lain
yang juga sudah menggunakan Program Ecofarming. Kini setelah merasakan banyak
manfaat menggunakan program Ecofarming, maka masyarakat di sini sudah mulai terbiasa
dan sudah meninggalkan metode pertanian konvensional.
Menyumbang Sebatang Pohon untuk Menghijaukan Bumi
“Barang siapa yang menanam pohon, maka dia akan memanen kebahagiaan”
saya pernah membaca kalimat itu tapi saya lupa membacanya di mana, namun saya
sangat setuju dengan kalimat tersebut. Sebab menanam pohon terlebih yang
menghasilkan buah dan bisa dimakan oleh orang lain itu bisa menjadi ladang
pahala yang terus mengalir meskipun kita sudah meninggal. Subhanallah ya!
Dan berbicara tentang menanam
pohon ini, saya jadi ingat kegiatan seru saat saya menanam pohon di kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango di kawasan Cianjur, Jawa Barat. Iya di sana saya dan teman-teman blogger
yang lain diajak untuk ikut menanam pohon sebagai bentuk kepedulian dan
dukungan kita untuk menghijaukan hutan.
Kegiatan menanam pohon ini
sekaligus sebagai bagian dari acara peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) yang
jatuh pada tanggal 28 November yang lalu. Makanya kami diajak untuk menanam
pohon di Taman nasional Gunung Gede Pangrango yang memiliki lahan konvertasi seluas 24.000 hektar ini.
Dan Bapak Agus yang dari Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango mengakui bahwa kegiatan menanam pohon ini
merupakan salah satu program rutin yang telah berjalan selama tiga tahun
belakangan dengan PT. Tirta Investama (Danone Aqua) melalui kegiatan CSR
Restorasi yaitu penananaman dan pemberdayaan masyarakat melalui budidaya
tanaman.
Bahwa diyakini dengan menghijaukan
hutan adalah salah satu cara kita peduli pada lingkungan kita, karena hutan adalah
paru-paru dunia yang harus kita jaga. Sebab pohon-pohon di hutan bukan hanya
bisa menghasilkan oksigen bagi kita, tetapi juga dapat membantu mencegah
terjadinya tanah longsor dan banjir yang kerap kita lihat pada akhir-akhir ini
di berbagai tempat di Indonesia. Bahkan mendukung keberlangsungan kehidupan
satwa liar, melindungi lingkungan terhadap banjir dan longsor serta menjaga
keberlangsungan ketersediaan air bagi masyarakat luas yang hidup di sekitar wilayah
Gunung Gede Pangrango ini.
Menanam pohon sejatinya tidaklah
sulit menurut saya, terlebih jika bibit pohon sudah disediakan seperti kemarin
itu. dan kemarin saya menanam pohon Rasamala atau bahasa latinnya Altingia
Excelsa Noronha. Dimana pohon Rasamala ini merupakan jenis kayu hutan yang memiliki tinggi 40 - 60 meter, dan konon katanya kayu rosamala ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena kuat dan awet.
Menanam pohon untuk keabadian hutan |
Jadi pertama kita harus menggali
tanah sebagai lubang untuk menanam pohon, dan sebelum menanam pohon, sebaiknya
kita meremas atau memadatkan tanah yang ada pada polybag pohon tersebut, lalu
melepaskan plastik polybag dari tanamanan tersebut dan kemudian menaruh pohon
secara perlahan pada lubang yang sudah
disedikan, lalu perlahan kita timbun atau kubur kembali lubang pohon tersebut
sambil tanahnya ditekan-tekan supaya pohonnya bisa tertancap kuat dan menyatu
dengan tanah. Dan jangan lupa menancapkan sebilah kayu untuk diikatkan
disamping pohon yang baru kita tanam tersebut supaya pohonnya bisa tegak ke
atas. Lalu kemarin kita juga harus memasang barcode yang berisi nama kita pada
masing-masing pohon yang kita tanam tersebut yang sekaligus menandakan siapa
yang menanam pohon tersebut. Jadi jika kita ke sana lagi kapan-kapan kita bisa
lihat bagaimana pertumbuhan pohon yang kita tanam tersebut.
Sungguh saya sangat senang bisa
ikut terjun langsung dengan menanam pohon ini, semoga kontribusi yang kecil yang
kami lakukan ini dapat memberikan manfaat yang berarti di masa yang akan datang
seiring dengan bertumbuhnya pohon-pohon yang telah ditanam tersebut.
Semoga kegiatan seperti ini terus
ada dan dilakukan bukan hanya di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
saja, tapi juga di berbagai tempat lain di Indonesia supaya gunung-gunung di
Indonesia kembali hijau dengan hutan-hutannya yang rindang.
Menyelami Keindahan Curug Goong yang Tersembunyi
Setelah selesai melakukan aksi
menanam pohon, maka kami pun diajak untuk melihat keindahan sebuah curug yang bernama
Curug Goonng yang masih terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango di kawasan Cianjur, Jawa Barat.
Pesona Curug Goong Cianjur yang masih tersembunyi |
Iya, penamaan air terjun yang
diberi nama Curug Goong ini konon katanya berasal dari kisah mistis yang masih
kental menjadi cerita masyarakat sekitar. Dimana nama Goong diambil karena
masyakat sekitar pernah mendengar permainan musik gong menjelang tengah malam
dan berasal dari air mancur tersebut. Maka sejak saat itu, air terjun tersebut
dinamakan Curug Goong.
Dan Curug Goong ini tidak jauh
dari Kampung Tabrik, Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Cianjur. Butuh waktu
sekitar 20 – 30 penit perjalanan dari gapura desa. Namun untuk mencapai Curug
Goong ini butuh perjuangan, jalanannya lumayan terjal dan licin lantaran
sebelum kami ke sana sempat turun hujan.
Kawasan menuju curug ini memang belum
dikelola sebagai objek wisata, makanya belum ada fasilitas apapun di sana,
bahkan belum ada pegangan yang aman saat turun menuju curug yang terjal tersebut.
Kita kudu hati-hati melangkah, jika tidak kita bisa terperosok ke jurang dengan
pohon-pohon yang rimbun itu.
Bahkan saya melepaskan alas kaki
saya karena takut licin dan tergelincir, dan memang lebih aman untuk melangkah
tanpa alas kaki sih menurut saya. Dan jika saat ini teman-teman main ke sini,
sebaiknya minta dtemani warga sekitar supaya ada yang menuntun saat kita
melangkah turun ataupun naik mengingat medan untuk mencapai Curug Goong ini
masih belum ditata dengan baik.
Tapi semangat untuk mencapai
Curug Goong semakin menggebu ketika deru air terjun itu mulai terdengar dengan
jelas, kaki saya seolah ingin berlari dan cepat-cepat untuk mencapai dasar
Curug Gooong itu. dan meski masih melihat Curug Goong dari jauh saya seketika
terpesona dibuatnya, tampak terlihat air terjun yang sangat cantik di balik
hijau pohon yang rimbun.
Dan benar saja, setelah saya
sampai di hadapan Curug Goong ini, saya benar-benar terpukau dengan keindahan
air terjun yang tingginya sekitar 40 meter ini. Airnya yang jernih terjun bebas
dan membawa embun yang dihempaskan oleh angin sehingga membasahi tubuh saya
yang berdiri di bibir tebing di depan air terjun.
Air tejun yang dingin berada di
tengah rimbunan pohon ini sungguh lukisan keindahan alam yang sangat luar biasa
cantiknya. Dan di sisi sebelah kiri air terjun yang deras itu ada juga aliran
air terjun yang mengalir namun dengan jumlah air yang lebih kecil yang
melengkapinya dan membuatnya menjadi kian cantik.
Oh iya, ke depan nanti curug ini
akan dikelola menjadi tujuan wisata yang dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur
yang lebih baik oleh pemerintah setempat bersama PT AQUA Investama sebagai
kawasan Agrowisata yaitu tempat wisata bernuansa alam dan pertanian, karena seiring
dengan makin meningkatnya jumlah pengunjung yang datang ke lokasi ini di setiap
minggunya, meski saat ini wisatawan yang datang ke sini masih warga Cianjur dan
sekitarnya.
Keindahan Curug Goong ini bikin betah berlama-lama di sini |
Saya sebenarnya masih pengen main berlama-lama menikmati keindahan air terjun ini, namun apa daya, waktu sudah menuju gelap dan membuat kami harus segera bergegas pulang sebelum hujan deras kembali turun.
Namun nantinya diharapkan Curug
Goong ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan dari seluruh penjuru negeri
ataupun dari luar negeri karena memang pesona Curug Goong ini memang sangat
layak untuk dikunjungi.
***
Masih ada cerita seru lainnya
dari perjalanan saya ke Cianjur ini, tapi BERSAMBUNG ke Serunya Wisata Tour di Pabrik AQUA Cianjur.
Tempatnya asik banget ya Wan. Masih asri, pantes hasil panennya juga bagus, plus sehat. Ditunggu keseruan cerita selanjutnyaa :D
ReplyDeleteSeru bangat Bang jalan-jalannya, dan baca ceritanya serasa ikut ke sana juga saking lengkapnya hehehe
ReplyDeleteBaca lanjutannya juga akh :)
Paprikanya duhhhhh, jadi pengen lagi itu paprika, renyah dan mania, kek makan tomat mentah
ReplyDeleteMak pernah tuh ke Curug Goong Cianjur tp dulu waktu msh kinyis kinyis. Cianjur memang salah satu sentra penghasil sayur ya. Tp Mak belum pernah sih lihat kebun paprika. Ih asik bgt itu pastinya. Seru bisa ikut nanam pohon
ReplyDeleteUwooowww, kith punyak paprikaaa. Seger2 bangeeetttzzz.
ReplyDeleteKeknya daerah yg bisa ditanamin buah dan sayur yg unik2 tuh mesti jauh banget dari ibukota ya.
aku kok gak paham ya kecamatan Gekbrong di mana, padahal pak suami orang cianjur, tapi kurang familiar sama kecamatan itu
ReplyDelete