A: Si Megi itu kok gemuk bangat ya, padahal masih anak-anak?
B: Iya sampai susah bergerak begitu. kasihan ya!
Penggalan cerita di atas pernah
saya dengar dari tetangga saya, mereka membicarakan seorang anak kecil yang
tubuhnya gemuk bangat padahal masih usia sekolah dasar. Alhasil dia sering
kesusahan bergerak dan juga kesusahan saat mencari pakaian yang muat bagi tubuhnya.
Ternyata pertumbuhan tubuh Megi yang gendut ini lantaran dibiasakan oleh orangtuanya makan-makanan cepat saja, dan makanan apapun yang dinginkannya selalu dituruti oleh orangtuanya, padahal belum tentu itu sehat untuk anak kecil seusianya.
Berdalih supaya anak tidak rewel sering kali menjadikan orangtua Megi menuruti semua kemauan sang anak. Dan dengan bangganya orangtua Megi meyakini bahwa anaknya yang gemuk itu tandanya sehat karena doyan makan, tidak seperti anak-anak lain yang kesusahan saat makan.
Ternyata pertumbuhan tubuh Megi yang gendut ini lantaran dibiasakan oleh orangtuanya makan-makanan cepat saja, dan makanan apapun yang dinginkannya selalu dituruti oleh orangtuanya, padahal belum tentu itu sehat untuk anak kecil seusianya.
Berdalih supaya anak tidak rewel sering kali menjadikan orangtua Megi menuruti semua kemauan sang anak. Dan dengan bangganya orangtua Megi meyakini bahwa anaknya yang gemuk itu tandanya sehat karena doyan makan, tidak seperti anak-anak lain yang kesusahan saat makan.
Tuh kan, ternyata masih ada orang tua yang
merasa bangga bila memiliki bayi atau anak yang bertubuh gemuk, mereka beranggapan itu
sangat sehat, lucu dan menggemaskan. Padahal itu adalah kondisi kelebihan berat bada yang berarti terjadi penumpukan lemak
sehingga nantinya memiliki risiko penyakit tidak menular.
Melihat hal ini, perlu adanya
perubahan pemahaman di masyarakat bahwa anak yang gemuk belum tentu sehat. Jadi tubuh yang gemuk itu tidak
selamanya sehat loh. Untuk itu, memperhatikan pola makan dan kegiatan
anak sebaiknya dikontrol supaya anak tetaplah tumbuh sehat sebagaimana
semestinya.
Sebab anak-anak yang sehat adalah
impian semua orang tua, namun masih ada orang tua yang memanjakan anaknya
dengan aneka makanan tanpa memperhatikan apakah makanan dan minuman tersebut
baik bagi kesehatan mereka. Orang tua masih ada yang lebih memilih “praktis”
dengan membelikan anaknya junk food,
ataupun menyetok makanan yang cepat dibuat padahal mengandung pengawet, hal itu
jelas-jelas itu tidak bagus bagi anak-anak.
Selain itu, masih ada juga orang
tua yang belum faham tentang bagaimana sebenarnya pola makanan yang sehat itu.
hal ini terbukti dari semakin banyaknya anak-anak yang mengalami gizi buruk
ataupun obesitas dan sederet masalah kesehatan lainnya.
Untuk itu dalam momentum
memperingati hari kesehatan nasional dan hari anak sedunia 2017 maka Yayasan
Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bekerjasama dengan Dharma Wanita
Persatuan (DWP) Kementerian Pemuda dan Olahraga, mengajak kementerian, LSM, dan
koalisi pemerintah dan organisasi masyarakat pemerhati pangan anak serta
masyarakat untuk melakukan penandatanganan Komitmen Bersama dalam rangka
mewujudkan Generasi Emas 2045.
Suasana acara untuk mewujudkan Generasi Indonesia Emas 2045 |
Acara yang digelar di Museum
Olahraga Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ini mengangkat tema “Melindungi Anak
Indonesia dari Pangan yang Tidak Sehat” pada tanggal 19 November 2017 sengaja
membahas hal ini karena diprediksi pada tahun 2015 – 2035 Indonesia akan
mengalami potensi kerugian hingga Rp. 71 ribu triliun akibat penyakit tidak
menular. Evidence & Analytics yang merupakan lembaga riset kesehatan yang
berbasis di Mancester – Inggris, menyebutkan kerugian itu merupakan akumulasi
dari biaya pengobatan dan berbagai pengeluaran sebagai dampak penyakit,
termasuk hilangnya produktivitas penderita di usia kerja.
Besar juga ya ternyata biaya yang
harus dikeluarkan untuk menangani penyakit tidak menular ini. Dan jika
ditelisik, angka tersebut tidak hanya menjadi tanggungan orang per orang tapi
juga nantinya akan berdampak pada kerugian Negara secara umum, hal ini tentu
saja akan menimbulkan kerugian secara materi akibat biaya berobat serta
kerugian akibat berkurangnya produktivitas kita yang juga berdampak pada
terhambatnya pembangunan.
Melihat hal ini tentu saja
menjadi keresahan semua orang, hal ini pun diungkapkan oleh dr. Winny Gunarti selaku Ketua Yayasan
Abiphraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) “Untuk menekan potensi kerugian
Negara tersebut, yang perlu dilakukan adalah melindungi anak-anak dari resiko
terkana penyakit tidak menular. Karena anak-anak hari ini yang akan menjadi
generasi penggerak Indonesia di masa mendatang. Dengan melindungi anak-anak
hari ini, kita turut melindungi generasi emas Indonesia 2045.”
Tapi sebenarnya beban kerugian
tersebut sebenarnya bisa ditekan hingga Rp. 16.900 triliun bila pemerintah bisa
mengatasi angka kematian akibat penyakit tidak menular seperti jantung dan
diabetes. Bahkan ternyata data Riskesdas 2013 menunjukan prevelensi diabetes di
Indonesia cenderung meningkat yaitu dari 5,7% pada tahun 2017 menjadi 6,9% pada
tahun 2013. Bahkan seramnya lagi, ternyata diabetes tercatat sebagai pembunuh
nomor 3 di Indonesia.
Sungguh sangat mengkhawatirkan ya
ternyata diabetes ini, untuk itu sebagai orang tua harus bisa memperhatikan dan
menjaga pola makanan anak-anak. Dimana menu makan harus mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh bukan hanya yang diinginkan anak-anak.
Senada dengan hal tersebut, Bu
Winny juga menegaskan “Biasanya anaka-anak menyukai makanan yang manis, yang
mengandung gula tinggi. Padahal kita tahu, bila anak sudah terbiasa dengan
makanan manis akan mengganggu pola makan anak dan juga tumbuh kembangnya,
resiko kerusakan gigi, obesitas, daan ancaman diabetes.”
Untuk itu, orang tua sebagai guru
terdekat bagi anak dalam rumah tangga tentu sangat diharapkan dapat teredukasi
dan bisa memilah nutrisi yang dibutuhkan oleh anak dan yang tidak baik bagi
anak. Dan jangan sampai terjebak dengan promosi makanan dan minuman tidak sehat yang makin marak
terjadi dimana-mana belakangan ini.
“Kami
menghimbau produsen untuk dapat lebih bertanggung jawab dalam beriklan,
Dan
pemerintah juga lebih peduli terhadap persoalan ini” – Ibu dr. Winny Gunarti -
Jelas dari penuturan tersebut di atas, Ibu Winny mengharapkan semua
kegiatan promosi produk makanan dan minuman melalui berbagai media, baik cetak,
elektronik harus selaras dengan program Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) yang
digagas oleh pemerintah. Kementerian Kesehatan sangat peduli dengan pola hidup
sehat masyarakat untuk menyukseskan program nasional ini.
Ingat! SKM itu bukan Susu |
Himbauan ini juga tertuju untuk
para produsen produk Susu Kental Manis (SKM) agar jangan menyesatkan masyarakat
dengan mengkampanyekan bahwa SKM adalah susu, padahal SKM itu bukanlah susu.
Sebab SKM itu ternyata memiliki kandungan lemak dan gula yang sangat tinggi,
dan sebaliknya kandungan protein dan kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
justru sangat rendah. Bahkan konon katanya SKM itu bisa menjadi penyebab badan
menjadi gemuk karena tingginya kandungan lemak dan gula.
Dan kenyataan tentang SKM ini
masih banyak belum diketahui dan disadari oleh para orang tua, jika hal ini
terus dibiarkan tentu akan sangat berbahaya bagi anak-anak mereka. Dan SKM
jelas bukan susu karena SKM itu mengandung tinggi gula, Rendah Protein dan
Kalsium.
SKM itu Tinggi Kandungan GulaKandungan gula dalam SKM sangat tinggi jika dibandingkan dengan jenis susu yang lain (susu bubuk, suhu UHT, dll). Dalam satu takaran saji yang tertulis pada kemasan SKM (4 sendok makan SKM dilarutkan dengan 150 mL air hangat) dengan kandungan gula sekitar 20 gram atau setara dengan 2 sendok makan gula.Padahal WHO sangat menganjurkan untuk anak usia 1-3 tahun maksimal 28 gram gula per hari atau setara dengan 3 sendok makan, sedangkan untuk anak usia 4-6 tahun maksimal 40 gram gula per hari atau setara dengan 4 sendok makan. Padahal anak biasa mengonsumsi susu sehari 2 kali, yaitu pagi ketika sarapan dan malam ketika akan tidur, belum lagi jika anak mengonsumsi makanan lain yang mengandung gula seperti permen, kue dan biskuit. Maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika sudah begini, obesitas dan penyakit diabetes serta penyakit lainnya seperti jantung dan stroke siap menanti anak-anak kita.
SKM itu Rendah Kandungan Protein & KalsiumKetika mengonsumsi SKM sebagai minuman susu dengan mengikuti saran penyajian yang tertulis pada kemasan SKM maka akan mendapatkan asupan protein hanya 3 gram saja. Sementara asupan protein yang dibutuhkan anak usia 1-3 tahun dan 4-6 tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia adalah 26 gr/hari dan 35 gr/hari. Berarti jumlah protein yang didapatkan dari segelas SKM sangat sedikit dan kandungan kalsium dalam SKM paling rendah dibandingkan dengan jenis susu yang lainnya. Padahal masih banyak masyarakat yang memberikan susu kepada anaknya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan protein dan kalsium anak.
Untuk itu, SKM sebaiknya hanya
dikonsumsi oleh orang dewasa saja itupun jangan terlalu sering. Misalnya sebagai
topping penambah rasa pada makanan dan minuman, seperti untuk es buah, martabak
manis, aneka kue dan sebagainya, dan SKM itu bukan untuk dikonsumsi sebagai
minuman layaknya susu oleh anak-anak bahkan bayi.
inilah anak-anak yang menjadi calon pemimpin masa depan |
Namun anehnya, hingga saat ini
saya masih melihat produk SKM yang masih dipromosikan melalui berbagai media
dengan menggunakan anak-anak dan diiklankan sebagai susu untuk anak-anak. Promosi
semacam ini sunguh menyesatkan masyarakat karena dapat berdampak buruk bagi
anak-anak, misalnya obesitas dan terjangkit penyakit diabetes sejak dini.
Melihat hal ini, tentu pemerintah
sebagai pemangku kekuasaan harus mengaturnya secara tegas, sebab jika tidak,
bukan hal yang mustahil kedepan nanti Indonesia akan menghadapi ancaman
kesehatan dan ekonomi yang cukup serius karena harus menanggulangi masalah
obesitas dan diabetes yang dapat menjalar ke berbagai penyakit degeneratif
lainnya.
Jangan sampai anak-anak Generasi Emas ini menjadi korban SKM |
Untuk itu, iklan SKM yang
menyatakan bahwa SKM adalah susu yang bergizi untuk anak harus dilarang, dan
pemerintah harus segera menerbitkan peraturan perundang-undangan yang jelas dan
tegas. SKM boleh diiklankan tetapi bukan sebagai susu untuk anak, dan hanya
diiklankan sebagai penambah rasa atau topping pada makanan atau minuman saja.
Kenapa ini harus dilakukan
secepatnya oleh pemerintah?
Sebab hal itu akan memicu meningkatnya
jumlah penderita penyakit diabetes, jantung dan sebagainya, dan nantinya akan
berujung juga kepada akan tingginya risiko kerugian negara untuk mengobati
penderita obesitas, diabetes, darah tinggi dan penyakit turunan lainnya
tersebut.
Makanya, daripada Negara
mengeluarkan anggaran yang sangat besar untuk biaya penyembuhan penderita
penyakit diabetes, jantung dan sebagainya nantinya, Untuk itu, ketegasan
pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tentu sangat berperan penting dalam hal
ini. Misalnya adanya kerjasama antara Kementerian Kesehatan dengan Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM) dalam menerbitkan berbagai kebijakan yang terkait
dengan pengontrolan pangan dengan kadar gula dan lemak tinggi serta dikonsumsi
oleh anak-anak.
Sehingga dengan adanya aturan
yang jelas dan tegas, diharapkan para Produsen SKM bisa menghentikan segala
iklan yang menyebutkan bahwa SKM adalah susu, masyarakat jangan terus
disesatkan dengan iklan yang salah. Namun di sisi lain, kita sebagai orang tua
pun, harus aware juga dengan hal semacam
ini, dan jangan lagi terkecoh dengan iklan SKM yang masih marak saat ini.
Selain itu, para orang tua juga
harus turut dalam melakukan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Hal ini digalakan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia karena GERMAS merupakan upaya promotif
dan preventif masyarakat dengan tujuan untuk:
- Menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan.
- Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk.
- Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.
- Penguatan sistem kesehatan; Pendekatan siklus hidup; Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); dan berfokus pada pemerataan layanan.
Dimana gerakan ini akan dimulai
dengan 3 fokus kegiatan, yaitu meningkatkan
aktifitas fisik, konsumsi
sayur dan buah, serta deteksi
dini penyakit tidak menular (PTM) maka dengan menerapkan 3
kunci utama ini diharapkan apa yang menjadi tujuan dari GERMAS ini nantinya
bisa tecapai.
Selain bergerak aktif, anak-anak dibiasakan untuk konsumsi buah dan sayur juga |
Dan hal yang paling mudah yang
bisa kita lakukan adalah mengajak seluruh anggota keluarga terlebih anak-anak
untuk terbiasa melakukan banyak kegiatan fisik dan bergerak secara rutin
melalui olahraga agar tubuhnya selalu sehat dan bugar. Karena jika tubuh anak
sehat maka anak-anak akan menjadi mudah menyerap pelajaran dengan baik. Makanya kemarin juga semua anak diajak melakukan senam poco-poco bersama. Selain itu, anak-anak juga dikenalkan dengan macam buah-buahan supaya nantinya doyan untuk makan buah.
Untuk itu, melalui momentum Hari
Kesehatan Nasional 2017 kemarin maka semua pihak diajak saling bahu-membahu
untuk ikut bersosialisasi dan mengedukasi masyarakat dengan menandatangani
komitmen bersama yang diakukan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia,
FOKBI, Dewan Kesehatan Rakyat, PP Muslimat Fatayat NU, KPI, KPAI, dan HIMPAUDI untuk
melindungi anak dari pangan yang tidak sehat.
Penandatangan Komitmen Bersama |
Semoga dengan penandatangan
komitmen bersama ini, maka target pemerintah untuk mewujudkan Generasi Emas
Indonesia di tahun 2045 akan tercapai, yaitu menjadikan anak-anak yang terlahir
saat ini tumbuh menjadi pribadi yang sehat jiwa dan raganya sebagai bekal meraka
untuk memimpin negeri ini di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment