Sungguh penutupan sore hari Selasa
(22-Nov-2016) yang menyenangkan, lantaran saya bisa kembali menonton gala
premier film terbaru karya anak bangsa yang menghadirkan film yang sangat menghibur
dan juga mendidik, setelah seharian pusing menghadapi sidang kasus penjambretan
handphone yang saya alami beberapa waktu yang lalu.
Bertempat di XXI Epicentrum –
Kuningan, saya menghadiri pemutaran perdana
film 25 Hari di Eropa yang disutradarai oleh Mas Aditya Gumay, dimana sebelumnya Mas Aditya juga telah sukses melahirkan
beragam film seperti Emak Ingin Naik Haji, Ummi Aminah, Ada Surga Dirumahmu, Lenong
Bocah, Rumah Tanpa Jendela dan juga Sayap Kecil Garuda.
Dan kini menjelang akhir tahun 2016, Mas Aditya kembali membuat sebuah Film yang berjudul 25 Hari di Eropa “Mencintai Indonesia Tanpa Syarat” yang merupakan sebuah film bergendre Drama Remeja dengan mengusung cerita yang mengupas tentang perjalanan para anak muda Indonesia ke daratan Eropa dalam rangka memperkenalkan kebudayaan Indonesia melalui tari, musik dan lagu Indonesia ke masyarakat dunia.
Memperkenal Seni Budaya Indonesia di Eropa |
Film ini dihiasi oleh wajah-wajah
baru yang penuh dengan talenta yang luar biasa, sebut saja ada Diza Reffengga,
Qya Guz Ditra, David Ari, Gelar Mahendra, Salsa Chairul, Lady Salsabyla,
Prayoga Khadifa, Putri Nur Pratiwi, Diana Novita, Adenin Adlan, Vita Valeska,
Genta Windy, Rah Syaputra, Richard Ricardo, Ray Chandra, Ingga Pratama, dan
group band Hivi. Namun tidak hanya pendatang baru, tapi film ini juga didukung
oleh para pemain senior seperti Atiek
Kanser, Ferry Salim dan juga Nungky
Kusumastuti.
Para Pemain Film 25 Hari di Eropa |
Film yang skenarionya ditulis
oleh Adenin Adlan ini menceritakan perjalanan
yang dilalui oleh para remaja Indonesia dalam mementaskan seni budaya Indonesia
di manca Negara, melintasi 9 kota di Empat Negara Eropa, sehingga saat menonton
film ini kita akan disuguhkan segala keindahan Belanda, Prancis, Swiss dan
Jerman yang mempesona.
Selain untuk tujuan
memperkenalkan seni dan budaya Indonesia pada dunia, film ini juga penuh dengan
konflik dan permasalahan yang membuat film ini menjadi penuh warna. Mulai dari
masalah percintaan remaja, persahabatan juga persoalan keluarga dikemas dalam
film ini begitu apik. Bahkan film ini juga memperlihatkan tentang bagaimana
pencarian jati diri dan kemampuan para anak muda ini dalam beradaptasi dengan
lingkungan baru selama berpetualang di Eropa.
Ketika cinta hadir dalam sebuah persahabatan |
Pada film ini kita akan
diperlihatkan tentang bagaimana persoalan dunia remaja dipaparkan dengan cara
yang ringan. Tentang bagaimana anak muda ini menyikapi gejolak cinta yang hadir, tentang bagaimana ketika
anak muda terserang cinta yang datang tanpa alasan, lalu membuat hatinya
kepayang dengan debaran jantung yang tak karuan kala melihat seseorang yang dinaksirnya.
Dan anehnya, kata-kata seketika mandul dan tak mampu terlahir dari bibirnya,
semua kelu, seketika bisu lantaran terbius pesona sang cinta. Cinta memang selalu membuat film apapun menjadi lebih berwarna, termasuk film ini.
Namun film inipun memperlihatkan bagaimana persahabatan memberi peranan dalam sebuah perjalanan hidup seseorang.
Sahabat bisa datang menyumbangkan semangat, ataupun hadir melimpahkan motivasi dan
juga meyakinkan kita untuk terus berjuang menggapai cita dan juga cinta dengan
kesungguhan. Meski terkadang dalam persahabatan kita juga harus melewati getir
dan pahit perbedaan hingga menyulut emosi, namun pada akhirnya waktu akan
memangkas semua amarah, menyadarkan kita, bahwa sahabat adalah segalanya.
Dan film ini juga menyelipkan
tentang bagaimana peran keluarga dalam menghadapi dunia remaja, dunia mereka
yang butuh didukung segala cita-citanya, dunia mereka yang butuh pengakuan
untuk prestasinya, bukan untuk dipangkas semangat dan daya juangnya dalam
menggapai cita-cita.
Mungkin ada yang bertanya, apakah
konflik yang hadir tersebut mampu dilalui oleh anak-anak muda ini? Bagaimana mereka menepis setiap permasalahan
yang ada? Dan bagaimana tanggapan warga Eropa atas kehadiran pementasan seni
tari, musik dan lagu yang mereka tampilkan selama di sana? Jika penasaran, maka
buruan saja untuk datang ke bioskop untuk menyaksikan film ini sendiri.
Karena menurut saya, film ini layak
ditonton oleh semua orang, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Dimana
anak-anak diharapkan supaya bisa berani bermimpi dan mempunyai cita-cita yang
tinggi. Begitu juga dengan orang tua diharapkan menonton film ini, karena
dukungan dari orang tua adalah energy yang besar untuk membuat anak-anak terus
berani melangkah maju. Dan film ini juga dikhususkan untuk para remaja, karena
film ini serat dengan nilai edukatif, budaya dan nasionalisme yang sangat bagus
bagi kaum muda, supaya terus menjadi anak-anak yang bebakat, berprestasi dengan
segudang talenta yang mereka miliki, karena di pundak kaum remaja inilah masa
depan Indonesia nantinya.
Oh iya, jika penasaran seperti
apa gambaran film ini, silahkan diintip trailer film 25 Hari di Eropa “Mencintai Indonesia Tanpa Syarat” berikut ini.
Jangan lupa menonton film ini, Maju Terus Film Indonesia!
Kadang film yang syuting di luar negeri bikin alur kecewa ya mas :(
ReplyDeleteIya Mas, kadang emang ada yang begitu, padahal mengekspor Indonesia sepertinya tak akan ada habisnya :)
DeleteIni film cocok banget ditonton oleh semua usia, tidak hanya utk anak muda seperti aku aja wkwkwkwk tp juga untuk semua kalangan krn pasti banyak nilai-nilai moral yg ingin disampaikan oleh film ini. Yuks ahh ke bioskop...tp nanti tunggu releasenya qiqiqi.
ReplyDeleteIya filmnya, ada beberapa pesan moral yang bisa kita petik faedahnya Mba Dewi :)
DeleteBtw, Cieee Miss Teri mau ajak siapa tuh untuk ke bioskopnya?
Suka nih latarnya oke di Eropa, tapi harus ke bioskop yah, hehe tunggu bisa didonlot aja deh nnton film ini
ReplyDeleteHeheheh ke Bioskop aja Mba Intan, beda rasanya loh kalo nonton di bioskop :)
DeleteAku seumur hidup belum pernah ikutan gala premier,wkwkwk
ReplyDeleteBanyak kok Mba undangan gala premier gini, semoga suatu saat bisa ikutan ya Mba Thethy :)
Delete