Dan saya baru tahu, ternyata film ini merupakan adaptasi dari buku yang berjudul sama, yaitu “Dua Kodi Kartika” yang ditulis oleh Kang Rendy Saputra pada tahun 2015 yang lalu. Film yang diprakarsai oleh Kang Rendy ini merupakan film dokumenter yang berkisah tentang bagaimana perjalanan bisnis pemilik Keke Busana yaitu Ibu Ika Kartika atau yang akrab dipanggil Bunda Tika.
Film yang
dipayungi oleh Inspira Pictures ini bercerita tentang bagaimana seorang Ika
Kartika menjalankan bisnisnya sebagai owner dari Keke Busana dari awal merintis
usaha ini hingga bisa sesukses seperti sekarang ini. namun dari film ini, kita
bisa belajar banyak hal menarik, bagaimana jatuh bangun yang dilalui oleh Bunda
Tika untuk bisa ada di titik ini sekarang.
Hadirnya nama
Keke Busana, tercetus dari kata berbahasa Sunda “Keukeh” yang artinya teguh dan
pantang untuk menyerah. Dan benar saja, karena nama yang menjelma doa inilah
yang membuat Bunda Tika terus berjalan maju, meski banyak kerikil tajam yang
harus dihadapinya.
Meski diawal membangun
usaha ini, Keke Busana lahir dari tiga sebab, yaitu lahir dari keterbatasan dan serba kekurangan tapi mempunyai
keinginan supaya anak-anaknya bisa kuliah hingga ke luar negeri, dimulai saat masa yang sulit
yaitu krisis moneter 1998, namun berkat dukungan
cinta dari keluarga, maka Bunda Tika memulai usahanya ini dengan
membuat 40 potong baju atau setara dua kodi di awal kehadirannya.
Perlahan namun
pasti, usahanya yang pantang menyerah dari Bunda Tika mulai menggeliat, aneka
busana muslim yang dihasilkannya berhasil mencuri banyak hati masyarakat,
karena produknya tidak hanya untuk anak-anak, namun ada juga untuk orang-orang
dewasa juga.
Tapi tidak ada
kesuksesan yang tidak diiringi oleh peluh dan air mata, Bunda Tika pun pernah
merasakan bagaimana berkubang dengan lelah, berkawan dengan air mata dan
bersimbah dengan kecewa.
Namun bersama
Fahrul Farid sang suami, Bunda Tika kerap berpacu dengan dinginnya subuh dari
Bojong Gede menuju Tanah Abang. Duduk berdesakan dengan karung-karung baju di
sepeda motor tua milik mereka adalah perjalanan yang sudah menjadi rutinitas keseharian
mereka ketika merintis usaha ini.
Bunda Tika dan Belahan Jiwanya |
Dan kehilangan
dua karung baju pun diawal usahanya pernah mewarnai perjalanan hidup Bunda
Tika, rasa kecewa dan kesedihan tidak bisa dibendung oleh Bunda Tika, karena
dua karung baju adalah modal yang tak sedikit telah raib dari depan matanya,
namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Bunda Tika dan Sang
Suami terpaksa harus belajar sabar dan lapang dada menerima ujian tersebut, dan
tidak membiarkan kesedihan dan kekecewaan berlarut-larut, maka Beliau kembali
bangkit dan terus menyusun langkah dan semangat baru lagi.
Perlahan namun
pasti, usaha Keke Busana dari yang awalnya hanya usaha rumahan dengan karyawan
yang tidak seberapa, kini mulai berkembang dan kian lebih besar seiring dengan laris
manisnya produk busana muslim yang dihasilkannya.
Maka melihat
usaha yang kian besar ini, Bunda Tika pun merasa perlu untuk melakukan perubahan
sistem managemen, dimana Bunda Tika memberikan kepercayaannya pada Kang Rendy
Saputra untuk menjadi CEO untuk mengelelo Keke Busana, sedangkan Bunda Tika
tidak terlibat langsung di pabrik, namun hanya memantau dan mengontrol kerja
karyawannya hanya dari CCTV di rumahnya sambil membat pola baju-baju yang baru
dan unik-unik.
Dan berkat usahanya yang kian maju ini, kini ketiga putri Bunda Tika bisa mengecap pendidikan yang mereka inginkan, bahkan dua putrinya kini bisa melanjutkan kuliahnya di Melbourne – Australia sesuai impian Bunda Tika yang dulu sangat berangan-angan kuliah ke luar negeri namun tak pernah bisa diwujudkannya. Untuk itu, Bunda Tika memberikan kesempatan dan kebebasan kepada anak-anaknya untuk bersekolah setinggi-tingginya hingga ke luar negeri yang mereka mau.
Menelisik
perjalanan panjang yang dilalui oleh Bunda Tika dalam film ini, maka kita akan
dihadapkan pada sisi lain perjalanan hidup ini, bahwa terkadang apa yang kita
lakukan, tanpa kita sadari ternyata ada orang-orang yang meresa dikecewakan.
Hal itu pun terlihat
saat pengambilan film Dokumenter yang digarap oleh seorang sutradara kawakan
Mas Ali Eunoia (Finalis Eagle Award)
yang tak sengaja menemukan fakta lain, tentang luka dan kecewa yang dialami
oleh salah satu karyawan Keke Busana yang sedari awal merintis usaha ini
bersama-sama Bunda Tika.
Saat proses
wawancara dan proses pengambilan gambar untuk film ini, ada salah satu karyawan
yang mengungkapkan kekecewaannya dengan situasi sekarang di Keke Busana, yaitu
Bu Rus. Beliau menilai jika sekarang Bunda Tika sudah berubah, tidak seperti
dulu lagi, dimana yang dulu Bu Rus menilai hubungannya dengan Bunda Tika jauh
lebih dekat dan sangat kekelurgaan, dan semua kini terasa sudah berubah, dan membuat
Bu Rus memutuskan untuk keluar dari Keke Busana.
Melihat dan
mendengar ucapan Bu Rus ini sempat membuat Bunda Tika dirundung perasaan tidak
enak, karena Bunda Tika pun sangat ingat, betapa Bunda Tika dengan karyawan-karyawan
lamanya sudah sangat intim bahkan sudah dianggap keluarga sendiri, namun
keadaan ini benar-benar diluar kuasa Bunda Tika.
Untuk itu,
sesuai saran putri keduanya Fahrulia Emeralda, Bunda Tika memanfaatkan moment Idul
Fitri kemarin untuk mengunjung Bu Rus, namun pertemuan justru hadir tak
disengaja dari keduanya, dan moment itulah mereka akhirnya bisa mencurahkan semua
perasaan mereka secara leluasa.
Sungguh, film
yang hanya di garap dalam tga bulan ini, mengajarkan kita juga tentang kekuatan
cinta. Sebab cinta itulah yang menjadi kunci sukses dari usaha yang dijalankan
oleh Bunda Tika, yaitu cinta keluarga, dimana dukungan yang begitu total dari
sang suami dan juga anak-anaknya adalah limpahan semangat yang terus
mendorongnya untuk berkarya. Dan selain itu, dukungan dan cinta karyawan yang
diselimuti oleh rasa kekeluargaan yang kuat mampu membuat Bunda Tika sukses seperti
sekarang ini.
Alhasil, bukan hanya
bisa mengantar para buah hatinya untuk bersekolah sesuai cita-citanya hingga
keluar negeri, tapi Keke Busana kini mampu membuka banyak lapangan pekerjaan
pada masyrakat sehingga penggaguran disekiatarnya bisa berkurang.
Film berdursi
lebih dari satu jam ini, awalnya diniatkan untuk dipublikasikan di youtube
saja, namun jika dilihat lebih seksama lagi, film ini sebenarnya membawa banyak
aspirasi positif yang layak dibagikan kepada banyak orang, untuk itu Inspira
Pictures yang memayungi film “Dua Kodi Karika” ini akhirnya memutuskan untuk bekerjasama
dengan XXI untuk menggelar nobar film ini, supaya diharapkan banyak masyrakat
yang terilhami dari kisah dan perjuangan seorang Bunda Tika dalam membawa Keke
Busana hingga secemerlang sekarang ini.
Jadi
menurut saya film ini sangat inspiratif, mengajarkan kita bahwa jangan pernah
takut untuk berkarya dalam menciptakan sesuatu hal yang baru, dan tentu saja
jangan pernah menyerah apapun kesulitan dan kesusahan yang merintangi sebuah
cita-cita, sebab jika berhenti, maka segala impian hanya akan menjadi mimpi.
Waah jadi penasaran Bang jalan ceritanya seperti apa, jadi pengen nonton juga nih.
ReplyDeleteSayangnya film ini tidak tayang disemua bioskop Dek, tapi tunggu saja y semoga next kami bisa nonton jg :)
Deletewah banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari fil ini ya mas awan.. btw bukunya dijual di toko buku mana aja?
ReplyDeleteIya Mba Zata, banyak pelajaran yang bisa diambil dari film ini :)
DeleteUntuk bukunya bisa di Gramedia kali Mba Zata, saya jarang ke toko buku hehehehe
Aku sukaklah baju muslim merek Keke ini. Dulu tiap mau Lebaran, anak-anak kubelikan. Tapi sekarang agak sulit dicari.
ReplyDeleteOoh begitu Mba Haya, coba langsung lihat websitenya Keke Busana aja Mba Haya, kali aja disana ada keterangan lokasi store yang menjual Keke Busana dimana aja.
DeleteBaru tahu kalau Keke berasal dari "Keukeh", dan ada kisah inspiratif dibaliknya.
ReplyDeleteIya Mba Rosanna, saya juga kira Keke itu nama orang juga awalnya ternyata bukan :)
Delete