"Kumohon, Sedikit saja kau mengerti aku" Ucap Luna
setengah terisak dan meninggalkan Rama yang tergugu diam.
Sunyi memainkan alunan sepi yang teramat senyap. Tak ada
riuh kecuali deru daun jatuh yang merangkas dari tangkainya.
Angin mengibaskan gelisah yang teramat gersang. Lorong rumah
sakit terlihat lengang, Rama melangkah gontai menuju kamar rawat inapnya dengan
memapah tongkat dikedua tanganya.
"Inikah cinta? Ketika aku terjatuh, semua sibuk mencari
alasan untuk meninggalkan aku" remuk hati Rama menyadari kini dia
benar-benar sendiri.
Dihempaskan tubuhnya diatas pembaringan, matanya menerawang
jauh, menelusuri setiap kenangan yang pernah lewat, dan disana dia menyadari
ada keputusannya yang salah, benar-benar keliru.
Rumah baru ya, Wan?
ReplyDeleteSelamaaat...
Smoga makin semangat nulisnya, hehe, mau baca terusannya dulu ah, penasaraaaaan!
Bundaaaa, Terima kasih sudah mampir disini :)
Deleteini rumah lama Bunda, cuma kemarin-kemarin tidak dirawat, karena asyik sama si Detik, sekarang blogdetik lagi suka rewel makanya pindah kesini.. :)
Silahkan dibaca Bunda kelanjutannya :D
Smoga cepet sembuh, Wan...kalau sakit, kita memang suka agak-agak sensitif, jangan-jangan Rama juga begitu nih... ;)
ReplyDeleteKalaupun tidak seperti tu, smoga Rama juga sabar dan ikhlas, karena sehat dan sakit itu adalah dua sisi yang harus kita lewati supaya kita makin bersyukur. Bersyukur kala sedang sehat, karena sakit itu pasti nggak enak...tetep semangat, Rama!
Saya sudah Alhamdulillah sehat sekarang Bunda, sudah beraktifitas kembali seperti biasa lagi. Terima Kasih banyak Bunda :)
DeleteIya Benar bangat Bunda, sakit akan membuat kita bersyukur betapa nikmatnya sehat itu.
Semoga saja Rama cepat sehat kembali, makasih semangatnya buat Rama Bunda :)