Pelepah pinang diubah menjadi peralatan makan yang ramah lingkungan (Gambar dari IG @plepah_id) |
Penggunaan plastik dan styrofoam sangat umum digunakan dalam industri F&B di negara kita ini untuk membungkus makanan, karena dinilai dapat melindungi makanan dari kerusakan, mempertahankan kebersihan, dan memudahkan pengiriman.
Namun, penggunaan plastik dan styrofoam dalam membungkus makanan memiliki dampak negatif yang serius terhadap lingkungan. Sampah plastik dan styrofoam sulit terurai dan dapat mencemari tanah, air, dan udara. Plastik dan styrofoam juga dapat menjadi sumber polusi laut yang merusak lingkungan laut dan memberikan ancaman bagi kehidupan laut.
Selain dampak lingkungan, penggunaan sampah plastik dan styrofoam juga memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Dengan menggunakan plastik dan styrofoam untuk membungkus makanan, zat berbahaya seperti BPA dan polistirena dapat meresap ke dalam makanan dan kemudian dikonsumsi oleh manusia. BPA dan polistirena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan hormonal, gangguan reproduksi, dan bahkan kanker.
Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan plastik dan styrofoam dalam membungkus makanan, kita perlu beralih ke penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan, salah satunya pelepah pohon pinang seperti yang dilakukan Rengkuh Banyu Mahandaru.
Memanfaatkan Pelepah Pinang untuk Menggantikan Plastik & Styrofoam
Keberadaan sampah plastik dan styrofoam yang terus menumpuk merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sangat serius, sebab sampah plastik dan styrofoam memiliki sifat yang sulit terurai dan memerlukan waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk terurai sepenuhnya.
Plastik dan styrofoam adalah jenis sampah yang sangat sulit terurai (Gambar dari Canva) |
Melihat kondisi ini, tentu membuat kita semua merasa prihatin, dan ingin melakukan upaya untuk meminimalisir penggunaan plastik dan juga styrofoam, salah satunya dengan menggunakan peralatan makan dari bahan-bahan yang ramah lingkungan setiap harinya, agar kesehatan dan juga lingkungan lebih terjaga.
Hal ini jugalah yang menginspirasi Rengkuh Banyu Mahandaru mendirikan Kelompok Plepah yang berfokus pada inisiatif pemberdayaan masyarakat di area konservasi melalui pengolahan produk hasil hutan non-kayu berupa limbah pertanian pohon pinang.
Pria kelahiran Garut, 26 Juli 1991 ini merasa prihatin melihat masih banyaknya masyarakat yang menggunakan wadah plastik dan styrofoam setiap harinya yang dapat merusak lingkungan sekitar jika tidak dikelola secara baik dan benar.
Rengkuh Banyu Mahandaru mengubah Pelepah Pinang Menjadi Peralatan Makan (Gambar dari IG @rengkuh.banyu) |
Dan keinginan Rengkuh untuk membuat wadah makanan dari bahan yang ramah lingkungan semakin semangat karena terinspirasi dari sebuah riset di India, di mana masyarakat di sana menggunakan peralatan makan dengan bahan yang ramah lingkungan setiap harinya.
Kemudian pria berusia 33 tahun ini pun merasa Indonesia bisa melakukan hal serupa, mengganti penggunaan plastik dan styrofoam dengan peralatan makanan dari bahan-bahan yang ramah lingkungan, yaitu menggunakan pelepah dari pohon pinang.
Terlebih potensi pelepah pinang di negeri ini cukup besar, luas tanaman pinang di Indonesia sekitar 147.890 hektar dengan penyebaran hampir di semua wilayah Indonesia, antara lain di Pulau Sumatera 42,388 hektar, Nusa Tenggara/Bali 42.388 hektar, Kalimantan luas 4,475 hektar, Sulawesi 2.407 hektar, dan Maluku/Papua 1.428 hektar.
Indonesia memiliki perkebunan pinang yang cukup luas dan tersebar hampir di setiap wilayah (Gambar dari IG @plepah_id) |
Melihat fakta ini, Rengkuh Banyu semakin menyadari bahwa ini adalah peluang dan potensi yang sangat besar untuk mengalihfungsikan limbah pohon pinang ini secara berkelanjutan, sekaligus memanfaatkannya untuk dijadikan berbagai jenis peralatan makan yang ramah lingkungan.
Untuk itu, Pada Desember 2018 yang lalu, Rengkuh bersama kelompok Plepah melakukan riset dan mengawali produksi peralatan makan dari menggunakan pelepah pinang di wilayah Sumatera khususnya Desa Teluk Kulbi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi dan Desa Mendis, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dalam mengubah pelepah pinang menjadi berbagai peralatan makan ini, Rengkuh yang memiliki latar belakang sarjana Desain Produk di Institut Teknologi Bandung ini, menggandeng dua temannya membuat program lalu mengembangkan dan memproduksi mesin tepat guna untuk mengoptimalkan produksi piring dan kontainer makanan dari pelepah pinang.
Proses pencetakan pelepah Pinang menjadi wadah makanan setelah proses sterilisasi dengan sinar UV (Gambar dari bisnis.tempo.co) |
Namun untuk membuat peralatan makan dari pelepah pinang ini, ada beberapa rangkaian pekerjaan yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut:
- Malukuan proses seleksi pelepah pinang untuk memilih yang berkualitas bagus
- Membersihkan pelepah pinang dari kotoran dan debu
- Memotong pelepah pinang sesuai dengan ukuran yang diinginkan
- Mengeringkan pelepah pinang yang sudah dipotong di bawah sinar matahari atau menggunakan oven untuk menghilangkan kelembaban
- Melakukan sterilisasi pada pelepah pinang dengan sinar UV untuk membunuh kuman dan bakteri
- Membentuk pelepah pinang yang sudah dikeringkan sesuai dengan bentuk peralatan makan yang diinginkan dengan mesin khusus
- Melakukan finishing touch pada peralatan makan dari pelepah pinang
- Melakukan quality control untuk memastikan bahwa peralatan makan dari pelepah pinang sudah sesuai dengan standar yang ditentukan
Dan untuk membuat peralatan makanan ini, murni hanya menggunakan pelepah pinang saja, tidak ada tambahan bahan lain sama sekali. Dan untuk 1 lembar pelepah biasanya bisa dicetak menjadi 3-4 piring dengan tutupnya. Tetapi jika dijadikan kontainer makanan seperti piring HokBen maka bisa menghasilkan hanya 2-3 biji saja.
Pada awalnya, Kelompok Plepah hanya memproduksi 500 pcs per bulan sambil terus melakukan riset dan pengembangan produksi. Namun pada tahun 2024 ini kapasitas produksinya sudah meningkat, bahkan mencapai 20.000-30.000 pcs per bulan dengan omset miliaran rupiah.
Dan jenis peralatan makan yang diproduksi Plepah ini ada beberapa kategori, mulai dari ukuran kecil sampai besar, contohnya ada Upih 750ml (Size: 20x15x6,5 cm), Upih 1500ml (Size: 20x20x6,8 cm) dan Upih Bento (Size: 27,5x22x4 cm), jadi bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan.
Ini contoh peralatan makan yang dibuat dari pelepah pinang (Gambar dari IG @plepah_id) |
Untuk kemasan atau wadah makanan ramah lingkungan yang diproduksi oleh Kelompok Plepah ini dijual dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu hanya Rp 2.000-4.000 per biji berupa piring, mangkok dan kontainer makanan yang dilengkapi dengan tutupnya.
Mungkin ada yang menilai bahwa harga tersebut lebih mahal dari pada plastik atau styrofoam, namun harga tersebut tidak sebanding dengan kegunaan produk peralatan makan dari pelepah pinang yang lebih ramah lingkungan dan mampu menjaga kelestarian alam untuk jangka panjang.
Keunggulan Peralatan Makan dari Pelepah Pinang
Pelepah pinang atau yang dikenal juga dengan sebutan tepak sirih memang sering kali dianggap sebagai limbah tanaman yang tidak memiliki nilai ekonomis. Bahkan pelepah pinang ini pada umumnya dibuang atau dibakar, terutama selama musim hujan karena dapat menjadi sarang nyamuk.
Namun ditangan kreatif Rengkuh, pelepah pinang yang dianggap tidak ada harganya ini mampu diolah menjadi barang yang berguna, berupa aneka produk peralatan makan yang ramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomis yang juga tinggi.
Dan pastinya, penggunaan pelepah pinang sangat cocok digunakan sebagai bahan dasar pembuatan peralatan makan seperti piring, mangkok dan berbagai peralatan makan lainnya, karena memiliki tekstur yang kuat dan lentur sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan.
Selain itu, pelepah pinang juga memiliki sifat yang tidak mudah rapuh dan tahan terhadap panas, sehingga sangat ideal untuk digunakan dalam kegiatan makan sehari-hari.
Peralatan makan dari pelepah pinang ini memiliki berbagai keunggulan yang menarik (Gambar dari IG @plepah_id) |
Menariknya lagi, penggunaan pelepah pinang sebagai peralatan makanan ini ternyata memiliki banyak keunggulan yang menarik, antara lain sebagai berikut:
1. Ramah Lingkungan
Pelepah pinang adalah bahan alami yang mudah terurai dan ramah lingkungan. Dibandingkan dengan peralatan makanan dari plastik atau styrofoam yang sulit terurai dan dapat mencemari lingkungan, menggunakan pelepah pinang sebagai peralatan makanan dapat membantu mengurangi limbah plastik yang kini menjadi salah satu permasalahan lingkungan.
2. Bisa Masuk Oven & Freezer
Penggunaan peralatanan makan dari pelepah pinang ini bukan hanya bermanfaat untuk membungkus makanan saja, namun ternyata memiliki kekuatan lebih, karena bisa juga masuk ke freezer hingga -18 derajat celcius, bahkan tahan panas hingga 200 derajat celcius sehingga bisa masuk ke dalam oven atau microwave.
3. Kokoh, Ringan dan Tahan Air
Meskipun peralatan makan ini terbuat dari pelepah pinang, namun rancangannya memiliki desain yang ringan dan tetap kokoh, bahkan tahan air dan juga tahan minyak, sehingga bisa digunakan untuk membungkus berbagai jenis makanan yang berkuah hingga goreng-gorengan.
4. Bisa Disimpan Dalam Waktu yang Lama
Peralatan makan dari pelepah pinang ini memiliki masa simpan yang cukup lama bahkan bisa sampai satu tahun, asalkan disimpan dalam keadaan bersih dan kering, sehingga nanti bisa digunakan kembali saat dibutuhkan.
5. Menjaga Kebersihan Makanan
Pelepah pinang memiliki sifat anti bakteri dan anti jamur yang dapat membantu menjaga kebersihan makanan, terlebih pelepah pinang ini juga dilakukan proses sterilisasi hingga benar-benar bersih. Makanya, dengan menggunakan peralatan makanan dari pelepah pinang ini kita dapat menikmati makanan yang bebas dari kuman dan bakteri dibandingkan menggunakan plastik atau styrofoam.
6. Estetika Tradisional
Peralatan makanan dari pelepah pinang memiliki nilai estetika tradisional yang unik dan menarik. Makan dengan peralatan tradisional seperti pelepah pinang ini akan memberikan pengalaman makan yang berbeda dan membuat makanan terasa lebih autentik.
7. Memiliki Nilai Ekonomis
Pelepah pinang merupakan bahan yang mudah didapatkan dan relatif murah. Dengan menggunakan pelepah pinang sebagai peralatan makan, kita dapat menghemat biaya pembelian peralatan makan sekali pakai yang mahal.
Dengan keunggulan-keunggulan di atas, tidak mengherankan jika penggunaan peralatan makan dari pelepah pinang akan menjadi peralatan makan yang populer dan banyak disukai oleh masyarakat. Selain manfaatnya bagi lingkungan, pelepah pinang juga memberikan pengalaman makan yang lebih berkesan dan berwarna.
Bahkan kerennya lagi, hadirnya inovasi pengolahan pelepah pinang ini telah membantu para petani pinang dan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ikut membantu dalam Kelompok Plepah ini, sehingga bisa membantu meningkat ekonomi masyarakat dan juga mengurangi pengangguran.
Pengolahan pelepah pinang turut membantu para petani pinang dan membuka lapangan pekerjaan (Gambar dari IG @plepah_id) |
Dengan segala kreativitas mengubah limbah pelepah pinang menjadi peralatan makan yang ramah lingkungan tersebut, maka tidak heran Rengkuh Banyu Mahandaru bersama Kelompok Plepah bisa mendapatkan apresiasi dari Astra sebagai pemenang SATU Indonesia Awards pada tahun 2023 yang lalu, karena inovasi yang dilakukannya benar-benar bagus dan memiliki dampak positif bagi lingkungan.
Semoga setelah mendapatkan apresiasi seperti ini, Rengkuh Banyu dan Kelompok Plepah semakin semangat lagi dalam berkarya dan melahirkan banyak inovasi menarik lainnya, mampu mengembangkan dan memproduksi peralatan makan dari berbagai bahan alami lain yang juga ramah lingkungan.
Dan tentunya, kisah inspiratif dari Rengkuh ini semoga bisa memotivasi banyak anak muda Indonesia lainnya, agar melakukan hal serupa atau menciptakan karya lain yang juga tutut memiliki nilai positif untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan.
Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pinang
- https://olret.viva.co.id/life/17832-mengenal-rengkuh-banyu-mahandaru-kenalkan-produk-kemasan-dari-pelepah-pinang?page=all
- https://gaya.tempo.co/read/1904044/tokoh-inspiratif-rengkuh-banyu-mahandaru-dari-pelepah-pinang-turun-ke-wadah-ramah-lingkungan
No comments:
Post a Comment