Monday, February 14, 2022

EcoNusa Outlook 2022 Hadirkan Rasa Timur


Sudah sejak dulu, Indonesia tersohor dengan hamparan hutannya yang begitu luas, makanya Indonesia disebut-sebut sebagai “paru-parunya dunia” karena keberadaan hutannya yang mampu menghasilkan oksigen dan menyerap karbon diaoksida yang ada di muka bumi ini.

Bukan hanya itu saja, keberadaan hutan Indonesia sejatinya punya peranan penting lainnya, karena hutan adalah rumah bagi jutaan flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Keterjagaan hutan punya andil besar dalam keberlangsungan seluruh mahluk hidup dan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan.

Dan beberapa wilayah yang memiliki kawasan hutan dengan cakupan yang luas berada di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. Di sana terdapat hamparan hutan hujan tropis yang sangat luas, menjadi tempat bernaungnya beragam spesies mahluk hidup, mulai dari serangga, reptil, mamalia, aneka burung, temasuk burung cendrawasih yang terkenal dengan keelokannya.

Namun sering berjalannya waktu, kini keberadaan hutan di Tanah Papua dan juga Kepulauan Maluku menjadi terancam, hamparan hutan yang dulu terjaga perlahan terkikis, seiring dengan hadirnya perusahaan yang melakukan investasi berbasis lahan untuk berbagai tujuan, seperti perkebunan kelapa sawit, pertambangan, pemanfaatan kayu dan lain sebagainya.

Maka hal ini harus menjadi perhatian yang serius bagi kita semua, karena bila terus dibiarkan, keberadaan hutan perlahan akan sirna, ekosistem alam menjadi bermasalah, perubahan iklim menjadi berantakan, sehingga kelak bisa menimbulkan berbagai dampak yang serius bagi kehidupan seluruh mahluk hidup yang ada.

Menyadari begitu pentingnya hal ini, maka Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa) berupaya untuk menyembatani komunikasi antara pemangku kepentingan di wilayah timur Indonesia (Tanah Papua dan Maluku) dalam hal perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan yang melibatkan masyarakat lokal.

Dan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Yayasan EcoNusa selama ini dalam membangun rasa untuk saling menjaga hutan, laut dan alam Indonesia Timur dapat tercermin dalam acara EcoNusa Outlook 2022 yang digelar beberapa waktu yang lalu.


EcoNusa Outlook 2022 Bertajuk Rasa Timur

Meskipun situasi masih dilanda pandemi, namun tak mengehentikan langkah Yayasan EcoNusa untuk kembali menggelar acara EcoNusa Outlook 2022 yang bertajuk “Rasa Timur” di hotel Sari Pan Pacifik Thamrin – Jakarta pada beberapa hari yang lalu, (10/02/22).

EcoNusa kembali menggelar Outlook 2022 Rasa Timur

Acara Outlook 2022 ini sendiri merupakan sebuah acara yang memberikan banyak pelajaran dan informasi penting, tentang bagaimana kita melihat ke depan untuk menyongsong langkah baru, tanpa lupa untuk belajar dari masa lalu, agar kita bisa melangkah dengan tepat dan bijaksana, terutama dalam upaya mengelola sumber daya alam Indonesia.

Selain itu, penyelenggaraan acara Outlook EcoNusa 2022 ini sebagai upaya pengenalan program EcoNusa kepada masyarakat luas dan menciptakan transparansi terkait EcoNusa sebagai lembaga nirlaba yang mengedepankan pengelolaan sumber daya alam berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia dengan memberikan penguatan terhadap inisiatif-inisiatif lokal di Tanah Papua dan Maluku.

Langkah ini sekaligus dilakukan oleh EcoNusa sebagai cara mengajak semua pihak untuk membangun rasa saling membantu dalam menjaga hutan, laut dan alam Timur Indonesia agar tetap lestari, demi tetap terciptanya kehidupan yang baik dan juga menjaga agar perubahan iklim tetap stabil untuk keberlangsungan hidup kita di masa sekarang, esok dan juga masa mendatang.

Untuk itu, melalui program ini, EcoNusa juga bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan mitra strategis yang telah bekerjasama dengan EcoNusa dalam mewujudkan visinya yaitu “kedaulatan masyarakat untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan.”

Maka dari itu, meskipun badai pandemi masih terus menerjang hingga saat ini, namun semangat EcoNusa untuk terus mewujudkan visi tersebut tidak pernah padam, justru EcoNusa semakin semangat untuk menggugah kesadaran dan mengajak masyarakat bergerak bersama dalam memaksimalkan potensi yang ada, baik untuk peningkatan ekonomi masyarakat, sekaligus untuk menyelamatkan bumi dan juga manusianya dari krisis iklim yang terjadi.


Ancaman Krisis Iklim Semakin Nyata

Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa keberadaan hutan bukan hanya sebagai tempat tinggalnya beraneka ragam flora dan fauna saja, namun keberadaan hutan juga punya peranan penting dalam menjaga ekosistem alam dari ancaman krisis iklim.

Dimana hutan di tanah Papua dan Maluku memegang peranan penting sebagai benteng terakhir Indonesia untuk berkontribusi pada keseimbangan perubahan iklim global. Sebab bila hutan tersebut rusak, maka akan berdampak pada krisis iklim yang akan membawa musibah pada bumi dan isinya, termasuk manusia.

Untuk mempertahankan hutan di Tanah Papua dan Maluku, maka diperlukan kerjasama semua pihak untuk bersama saling menjaga kelestarian alam di sana, sehingga keberadaan hutan tetap terjaga baik, dan ancaman krisis iklim yang terjadi tidak semakin parah.

Bapak Bustar menyampaikan bahwa krisis iklim sudah mulai terjadi, maka kita perlu terus menjaga kelestarian hutan dan sumber daya alam dengan bijaksana dan berkelanjutan 

Sebab tidak bisa dipungkiri, bahwa saat ini perubahan iklim semakin terasa. Hal itu juga yang diungkapkan oleh Bapak Bustar Maitar selaku CEO Yayasan EcoNusa bahwa perubahan iklim itu sudah terjadi, bisa kita rasakan dan lihat secara langsung di sekitar kita.

“Tidak usah jauh-jauh, jika kita ke pesisir Jakarta, kita sudah bisa melihat masjid dan bangunan lain yang tenggelam, ini menunjukan bahwa perubahan iklim itu nyata. Untuk itu, kita harus menjaga iklim kita, supaya tetap stabil, salah satunya dengan menjaga hutan. Sebab bila hutan hilang, maka semua akan ikut hilang.” Ujar Bapak Bustar.

Untuk itu, Yayasan EcoNusa bersama dengan masyarakat Adat dan juga mitra terus melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan kelestarian hutan di Indonesia Timur sebagai benteng terakhir untuk penopang iklim dan kehidupan berkelanjutan.
 
Selain itu, untuk menjaga keberadaan hutan dan kelestarian alam ini, sangat diperlukan dukungan dan tindakan tegas dari pemerintah, seperti yang dilakukan oleh pemerintah Papua Barat yang berani mencabut izin perusahan yang tidak mengelola lahan dengan baik, dan berkomitmen untuk mengembalikannya kepada masyarakat adat.

Dimana upaya tersebut diakui oleh Bapak Bustar “Ini merupakan sebuah langkah yang nyata untuk menyelamatkan hutan dan semua sumber daya alam kita, untuk memperkuat hak-hak masyarakat adat, dan untuk memberikan ruang kepada masyarakat untuk lebih mandiri dalam mengelola sumber daya alamnya.”

Dan lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa Indonesia berpotensi mengalami kerugian sekitar 544 triliun selama tahun 2020 – 2024 akibat dari bencana iklim, seperti tanah longsor, banjir, dan lain sebagainya. Seberapa besar pun investasi yang masuk ke negara kita tapi tanpa dibarengi dengan menjaga iklim, menjaga lingkungan, maka uang yang keluar juga sama besarnya, jadi seperti gali lobang tutup lobang.

Untuk itu, EcoNusa pun menggalakan ajakan #BeradatJagaHutan dan #BeradatJagaLaut yaitu mengingatkan kita semua bahwa hanya orang-orang yang punya adat yang bisa menjaga hutan, artinya orang yang menebang hutan secara sembarangan itu adalah orang yang tidak tahu adat. Dan orang yang merusak laut, misalnya dengan bom ikan secara sembarangan juga itu adalah orang yang tidak tahu adat. Begitu juga orang yang korupsi dari pengerukan sumber daya alam adalah orang yang tidak tahu adat.

Dan kita di Indonesia adalah negara yang katanya adalah negara berbudaya dan beradat, jadi sudah seharusnya memiliki nilai-nilai adat dan budaya yang harus ditegakkan untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan demi menjaga kestabilan iklim dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.


Pentingnya Benahi Tata Kelola Sumber Daya Alam 

Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa kehadiran EcoNusa adalah ingin adanya pengelolaan sumber daya alam di Papua dan Maluku secara tepat, sehingga nanti keberadaannya bisa tetap berkelanjutan, dan sekaligus bisa memperbaiki taraf hidup masyarakat di sana semakin baik lagi.

Sebab tidak bisa dipungkiri, bahwa keberadaan sumber daya alam yang melimpah di Tanah Papua dan Maluku yang tersimpan dalam hutan, laut dan alamnya memiliki potensi yang luar biasa bila terus dikelola dengan bijaksana, maka bisa terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan juga nasional.

Pertumbuhan ekonomi 2021 didorong oleh Indonesia Bagian Timur

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Amalia Adininggar Widyasanti (Deputi Bidang Ekonomi Bappenas) dalam pemaparannya di acara Outlook 2022, bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan (1V-2021) mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 5,0 persen (secara full year sebesar 3,7%), dimana hal tersebut turut didorong oleh laju tingginya pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia bagian timur, terutama di Maluku Utara dan Papua dengan pertumbuhan 10,09 persen.

Dimana pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara memberikan sumbangsih melalui tingginya nilai investasi dan ekspor sejalan dengan penggunaan nikel dan turunannya, sedangkan di Papua unggul karena adanya peningkatan investasi dan ekspor produksi tembaga dan emas dari PT. Freeport Indonesia.

Melihat potensi yang ada di Tanah Papua dan Maluku ini, membuat kita semakin sadar, bahwa kerjasama semua pihak mulai dari pemerintah, swasta, organisasi, hingga masyarakat sangat diperlukan dalam mengolah sumber daya alam yang ada agar bisa dikelola secara berkeadilan dan berkelanjutan demi kemaslahatan bersama tanpa merusak alam yang ada.

Bapak Johny berkomitmen dalam tata kelola perizinan perkebunan sawit dan pelindungan masyarakat adat di Sorong

Hal ini juga yang disampikan oleh Bapak Dr. Johny Kamuru selaku Bupati Kabupaten Sorong – Papua Barat, bahwa pemerintah selaku pemegang kekuasaan punya peranan penting dalam menjaga hutan dan lingkungan agar tidak dilakukan eksploitasi berlebihan yang berakibat merusak alam dan merugikan masyarakat.

Dimana beliau mengaku, bahwa puluhan tahun yang lalu, alam Sorong begitu indah dengan rindangnya pohon-pohon besar yang berdiri kokoh di sepanjang jalan, suara burung-burung yang bersahutan dapat terdengar jelas kemerduannya, namun kini perlahan hilang.

Untuk itu, beliau merasa bahwa mempertahankan keindahan alam Sorong dengan terus merawat segala potensi yang ada harus terus ditingkatkan, agar kondisi lingkungan yang ada sekarang tidak semakin parah, melalui berbagai kebijakan yang pro lingkungan dan masyarakat.

Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan oleh Bupati Sorong ini adalah dengan melakukan perbaikan tata kelola perizinan dengan merevisi dan mencabut izin perusahaan kelapa sawit yang tidak dikelola dengan baik, dan berkomitmen untuk mengembalikannya kepada masyarakat adat.

“Saya ingin ada kegiatan yang pro masyarakat, meskipun hasilnya kecil, namun masyarakat bisa merasakan manfaat yang berkelanjutan dari tanah dan hutan yang mereka miliki,” Ujar Bapak Johny.

Dan Bapak Johny sangat menyadari, bahwa untuk mewujudkan semua ini sangat diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan EcoNusa. Untuk itu, beliau merasa kehadiran EcoNusa telah memberikan banyak bantuan dalam membangun rasa untuk saling menjaga hutan dan lingkungan yang ada, demi tetap bisa menopang kehidupan ekonomi yang lebih baik dan menjaga kondisi iklim yang stabil hingga masa-masa mendatang.


Cerita Rasa Timur Tantang Upaya Pengelolaan Sumber Daya Alam 

Bapak Bustar Maitar (CEO Yayasan EcoNusa) menuturkan “Kami di EcoNusa percaya, bahwa kemandirian masyarakat itu adalah sesuatu yang penting sekali, sebab tanpa kemandirian maka ekonomi kita di Tanah Papua dan Maluku akan menjadi ‘ekonomi tiba – berangkat’ yaitu uang tiba hari ini akan habis saat itu juga, sehingga hanya akan membuat ketergantungan yang terus menerus kepada pihak luar.”

Makanya, EcoNusa membangun bagaimana masyarakat adat bisa benar-benar menikmati sumber daya alam dan segala potensi yang mereka punya, untuk membiayai anak-anak sekolah, membiayai kesehatan, membiayai kebutuhan sehari-hari dan lain sebagainya, dengan menjadikan masyarakat Indonesia timur masyarakat yang mandiri.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka EcoNusa menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah dengan Gereja Protestan Indonesia di Papua dalam upaya memberikan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat Papua untuk mengelola sumber daya alam yang ada.

Diakui oleh Pdt. Batseba bahwa untuk mengedukasi masyarakat Papua dengan pendekatan agama bisa lebih mudah

Hal ini juga diakui oleh Pdt. Batseba Reyna Tuasela (Gereja Protestan Indonesia di Papua) bahwa masyarakat di sana merasa senang dengan kehadiran EcoNusa yang telah melatih masyarakat di sana untuk membuat abon ikan gastor, karena upaya tersebut bukan hanya telah membantu memberikan pemasukan bagi masyarakat, namun juga telah menyelamatkan budidaya ikan arwana.

Sebab diakui oleh Pdt. Batseba bahwa keberadaan ikan gastor telah menjadi predator bagi ikan arwana, sehingga mengancam ekosistem ikan arwana yang menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat setempat. Namun, kini sejak ikan gastor bisa diolah menjadi abon, maka populasinya menjadi berkurang dan ikan arwana bisa tumbuh baik.

Untuk itu, pihak gereja membuat program Germas, yaitu gereja dan masyarakat yang mencoba membuka pemahaman masyarakat lokal, agar tidak bergantung kepada hasil menjual ikan mentah saja, melalui program germas ini masyarakat diedukasi untuk melihat potensi perkembangan ikan lewat cara pembuatan abon ikan.

“EcoNusa telah mengajarkan kami dalam proses pembuatan abon ikan, bagaimana menjaga kehigienisan produk dan cara packing yang benar, hingga bagaimana cara pemasaran produk secara online maupun offline,” Ujar Pdt. Batseba.

Dan lebih lanjut Pdt. Batseba mengakui bahwa kini upaya mengedukasi masyarakat terus dilakukannya bersama EcoNusa hingga masuk ke kampung-kampung untuk mengajarkan masyarakat tentang bagaimana mengembangkan produk-produk abon dari ikan mujair, ikan kakap dan ikan gastor, agar masyarakat tidak hanya menjual ikan mentah dengan harga yang sangat rendah untuk bertahan hidup.

Senang dengar Cerita Rasa Timur dari Kak Yuliance 

Selain cerita rasa timur yang inspiratif tersebut di atas, hadir juga Kakak Yuliance Zonggonau (Pendamping masyarakat Teluk Arguni, Kaimana, Propinsi Papua Barat) yang menuturkan cerita rasa timur dari sisi yang lainnya, tentang bagaimana perjuangannya dalam mengedukasi masyarakat dalam membudidayakan kopi, pala, padi organik, dan lain sebagainya.

Diakui Kak Yuliance bahwa saat ini sedang ada program menanam kembali satu juta pohon kopi yang dulu sempat ada namun gagal. Sekarang program tersebut diadakan lagi, ada 24 distrik yang kembali menanam kopi, dan pemerintah juga sudah berjanji untuk membantu hingga pemasarannya, makanya kini masyarakat semakin semangat menanam kopi lagi.

Namun lulusan fakultas pertanian – Brawijaya tersebut juga bercerita, bahwa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tidak selalu mudah, selain harus menggunakan pendekatan dengan bahasa yang sederhana dan gampang dimengerti oleh masyarakat setempat, masyarakat di sana juga sulit diyakinkan, harus diberikan bukti terlebih dahulu baru mereka percaya, jadi harus banyak bersabar.

“Misalnya dalam menanam kopi, kita tidak bisa langsung menyuruh masyarakat untuk memberi pupuk pada tanaman kopinya, maka saya harus mempraktekannya dulu, menunjukan mana kopi yang dikasih pupuk dan yang tidak dikasih pupuk, supaya masyarakat bisa melihat langsung bagaimana perbandingan pertumbuhan kopi tersebut. Setelah melihat kopi yang diberikan pupuk tumbuh subur, baru mereka akan ikut melakukan pemberian pupuk.” Ujar Kak Yuliance.

Selain itu, hal senada juga yang dirasakan oleh Kak Yuliance dalam memberikan pendampingan mengelola pala, yaitu harus sabar dalam mengajarkan mereka, misalnya seperti apa cara budidaya pala yang baik, bagaimana proses panen yang tepat, hingga cara pengelolaan pala yang bagus agar kualitas pala tetap terjaga.

Selain itu, kendala dalam pemasaran pala pun terus dilakukan upaya kerjasama dengan berbagai pihak, agar masyarakat semakin semangat dalam memaksimalkan potensi pala yang ada sebagai sumber penghasilan dan pendapatan utama yang ada di kampung tersebut.

Untuk itu, baik Pdt. Batseba maupun Kak Yuliance menilai bahwa mereka tidak bisa berdiri sendiri untuk membawa perubahan yang lebih baik untuk warga Papua, namun mereka perlu melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk EcoNusa untuk memaksimalkan sumber adaya alam dan sumber daya manusia yang ada melalui cara yang bijaksana dan berkelanjutan.

Langkah ini tentu bukan hanya memberikan perbaikan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat saja, namun sekaligus menjadi upaya untuk menggunakan lahan milik masyarakat agar semakin produktif, dan sekaligus menjaga keberlangsungan sumber daya alam yang dinamis untuk menanggulangi krisis iklim yang kini terjadi.

Bapak Sjamsul Hadi menyampaikan apresiasinya terhadat kinerja EcoNusa

Melihat berbagai upaya di atas, maka Bapak Sjamsul Hadi (Direktur Kepercayaan THME – Kemendikbud) menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak, terlebih kepada EcoNusa yang dalam beberapa tahun belakangan ini sudah berupaya untuk melakukan perlindungan dan pengembangan serta pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia Timur melalui gerakan yang sejalan dengan Undang-Undang Kebudayaan.

“Kami senang bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk EcoNusa dalam mendorong upaya-upaya pemberdayaan masyarakat yang berbasis kerakyatan, seperti pemberdayaan pemuda adat, pemberdayaan perempuan adat, dan yang menjadi prioritas juga yaitu mendorong berdirinya sekolah-sekolah adat di setiap wilayah,” tutur Bapak Sjamsul.

Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa, penguatan kearifan lokal yang ada di masyarakat adat bisa masuk ke dunia pendidikan menjadi materi muatan lokal. Dalam hal ini Direktorat Jenderal Kebudayaan sedang mendorong percepatan penyusunan standar kompetensi khusus untuk fasilitator sekolah adat, sehingga nantinya pihak Pemda bisa memberikan stimulus kepada fasilitator sekolah-sekolah adat yang didirikan oleh lembaga adat.

Diharapkan dengan upaya yang berbasis ekonomi kerakyatan tersebut, maka potensi masyarakat adat dapat didorong melalui kolaborasi seperti yang dilakukan bersama EcoNusa ini, yaitu pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan demi meningkatkan ekonomi kerakyatan di Tanah Papua dan juga Maluku ke arah yang lebih baik nanti ke depannya.


*****
Acara Outlook 2022 membuat kita jadi semakin mengetahui potensi yang dimiliki oleh Papua dan Maluku

Dengan menghadiri acara Outlook 2022 dan mendengarkan langsung cerita Rasa Timur dari berbagai narasumber di atas,  saya pribadi jadi mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman baru, sehingga membuat saya semakin tahu dan juga sadar tentang betapa besar potensi alam yang dimiliki Indonesia Timur terkhususnya di Papua dan Maluku.

Untuk itu saya berharap, semoga segala kekayaan sumber daya alam dan keberadaan hutan yang potensial di tanah Papua dan Maluku ini, ke depannya bisa dikelola dengan semakin bijaksana, demi kemakmuran masyarakat dan juga sebagai upaya menjaga krisis iklim agar tidak semakin parah. Mari bersama kita jaga Indonesia Timur, karena Indonesia Timur adalah Kita!


 

11 comments:

  1. Senang ya ada lembaga kaya Econusa ini, nggak peduli sikon lagi pandemi gini gaungnya kudu selalu terdengar , apalagi kalau lembaga ini juga sangat familiar di hati anak muda khususnya Maluku dan Papua

    ReplyDelete
  2. Bagus sekali ajakan yg digaungkan oleh Econusa, semoga semakin banyak sumber daya manusia yang mau ikut andil dalam menjaga dan mengelola sumber daya alamnya agar segala tujuan dapat terwujud. Jujur Maluku dan Papua itu dari awal memang sudah kaya,tinggal dari kita sebagai sdm bagaimana menjaga dan mengelolanya

    ReplyDelete
  3. Ikut bangga dengan bentuk perhatian yang diberikan EcoNusa pada masyarakat Papua dengan memberikan pelatihan seperti membuat abon ikan yang tentunya memberikan tambahan penghasilan pada penduduk setempat

    ReplyDelete
  4. Ketika masih sekolah sering banget denger kalau Indonesia kayak akan Sumber Daya Alam. Tetapi, makin ke sini faktanya SDA kita mempunyai banyak masalah. Bagus banget gerakan dari Econusa. Semoga semakin banyak yang peduli dengan alam Indonesia.

    ReplyDelete
  5. wah aku tau gerakan econusa ini pas nonton TikTok nya Kal! Hutan dan SDA Indonesia timur tuh emang kaya banget, tapi jangan sampe rusak :(, bakal berdampak buruk juga buat kehidupan orang2 kelak, klo lingkungannya rusak

    ReplyDelete
  6. Wah keren ya Econusa ini, aku setuju memang perubahan iklim itu perlu ditanggapi secara serius karena itu bisa jadi masalah besar di kemudian hari. Aku turut bangga bisa menghadirkan nuansa Timur Indonesia yang sangat indah.

    ReplyDelete
  7. Ulasannya lengkap dan detail. Setuju sekali, kita perlu memanfaatkan alam dengan bijak. Agar selain mendapatkan manfaat ekonomi, kelestariannya juga harus tetap terjaga

    ReplyDelete
  8. keren yaa gerakan econusa ini, memang negara-negara di dunia pun sekarang ini memang concern banget loh sama isu perubahan iklim dan lagi putar otak untuk mengatasinya

    ReplyDelete
  9. Nah ini gerakan yang concern akan pelestarian lingkungan dan alam Indonesia. Kalau bukan kita siapa lagi ya yang akan merawat dan melestarikan kekayaan alam kita ini.

    ReplyDelete
  10. Indonesia Timur itu kaya, lho! Jangan sampai eksploitasi membuat krisis iklim, merusak hutan, dan laut di sana. Kegiatan EcoNusa seperti ini yg perlu kita dukung supaya alam makin lestari dan masyarakat lokal sejahtera.

    ReplyDelete
  11. Ngomongin seputar kekayaan SDA Indonesia Timur emang gak ada habisnya. Terkenal dengan keindahan, eksotismenya serta originalitas. Makanya, berbagai upaya perlindungan penting banget dilakukan. Semata-mata demi menjaga kelestarian habitat dan makhluk hidup didalamnya. Bagus banget nih kak acaranya. Lengkap dan detail pula pembahasannya.

    ReplyDelete