Anak-anak adalah masa depan bangsa, maka memperhatikan tumbuh kembang anak sejak dini menjadi sebuah keharusan, agar anak-anak bisa tumbuh sehat dan cerdas sehingga kelak bisa menjadi para penerus bangsa yang hebat.
Maka dari itu, salah satu upaya untuk menyiapkan generasi masa depan yang istimewa adalah dengan memberikan asupanan makanan yang bernutrisi sehingga anak-anak bisa memiliki gizi yang seimbang dalam membentuk tumbuh kembangnya.
Namun sayangnya, tidak semua orang tua mampu memberikan makanan yang selalu bergizi bagi anak-anaknya, karena disebabkan oleh kondisi ekonomi yang kurang mampu sehingga tidak memungkinkan untuk menghidangkan makanan gizi bagi buah hatinya.
Dan kini, kondisi kemiskinan semakin meningkat karena pandemi yang begitu panjang melanda dunia saat ini. Maka tidak dipungkiri, hal ini semakin memicu banyaknya keluarga yang tidak mampu memberikan pangan yang layak kepada anaknya.
Ya, keluarga yang mengalami kemiskinan menjadi bertambah dan angka pengangguran meningkat, sehingga dalam waktu singkat memberikan dampak dalam hal keamanan pangan rumah tangga dan keterbatasan terkait akses, ketersediaan, dan keterjangkauan bahan makanan sehat bagi keluarga.
Tentu ini menjadi prihatian bagi kita bersama, sebab dengan meningkatnya angka kemiskinan maka akan juga menyebabkan tingginya angka kelaparan, khususnya pada anak-anak usia balita. Dan jika hal ini terus dibiarkan maka akan memicu melonjaknya angka anak yang mengalami stunting dan permasalahan gizi lainnya.
Padahal, sebelum pandemi melanda, menurut hasil Riskesdas tahun 2018 menyebutkan bahwa Indonesia sudah memiliki 7 juta balita yang mengalami stunting. Dan kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai negara kelima di dunia dengan balita stunting terbanyak. (Riskesdas 2018)
Kini dengan adanya pandemi ini, maka dikhawatirkan akan menjadi pemicu semakin meningkatnya jumlah angka anak stunting di Indonesia. Hal ini yang akhirnya membuat Foodbank of Indonesia (FOI) merasa terpanggil untuk mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut.
FOI Menggelar Bincang Media Untuk Edukasi Tentang Kelaparan pada Balita
Untuk itu, kemarin pada tanggal 28 Oktober 2020 yang sekaligus bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, Foodbank of Indonesia (FOI) menggelar acara Bincang Media dengan tema “Catatan di Hari Sumpah Pemuda: Media Bisa Akhiri Kelaparan Balita” secara online melalui webinar.
FOI gelar Bincang Media secara online |
Dan acara bincang media ini dibuka oleh Dekan FTP UGM dan menghadirkan narasumber pakar dan multi stakeholder dari Deputi Menteri Bidang Tumbuh Kembang Anak, KPPPA, akademisi, dunia usaha yang diwakili oleh Frisian Flag yang memaparkan peran media di lintas sektor tersebut.
Maka dari itu, acara ini digelar bertujuan untuk mengajak media agar ikut secara aktif dalam mengedukasi masyarakat terhadap isu kelaparan pada balita melalui aksi nyata, dan edukasi kepada para bunda dan pengasuh anak-anak untuk membangun narasi pangan yang baik untuk balita.
Ya, tidak bisa dipungkiri, keberadaan media mempunyai peran yang juga penting dalam membantu mengatasi kemiskinan di Indonesia, terutama melalui penyebaran berita dan informasi yang bisa mengedukasi, agar masyarakat semakin sadar untuk bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi kemiskinan yang ada.
Hal ini juga sudah diatur dalam Pasal 72 ayat (5) Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Peran media dalam perlindungan anak dilakukan melalui penyebarluasan informasi dan materi edukasi yang bermanfaat dari aspek sosial, budaya, pendidikan, agama, kesehatan anak dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.
Maka dari itu, diakui oleh Bapak Andreas Maryoto (Wartawan Kompas), bahwa media mempunyai peran menjadi motor untuk mengajak masyarakat memerangi kelaparan pada balita melalui informasi dan narasi berita yang informatif dan juga menarik.
“Media mempunyai peran penting dalam masyarakat, sebagai fungsi pendidikan, media harus secara aktif melakukan edukasi untuk mewujudkan Indonesia Merdeka dari rasa lapar,” Ujar Bapak Maryoto.
Media punya peran untuk edukasi masyarakat melalui narasi pangan |
Hal ini juga yang disampaikan oleh Bapak Hendro Utomo selaku founder Foodbank Of Indonesia (FOI), bahwa kegiatan ini merupakan upaya FOI agar terus bergerak memerangi kelaparan pada balita untuk mencapai impian Indonesia merdeka.
Bapak Hendro berharap, melalui kegiatan ini media dapat mengedukasi masyarakat melalui narasi pangan yang baik demi mendukung para balita sebagai generasi masa depan Indonesia di masa yang akan datang.
“Media bisa melakukan banyak hal untuk membantu anak-anak balita demi masa depan Indonesia dengan cara membangun kesadaran, mengangkat pentingnya narasi pangan yang baik untuk anak-anak dan mengubah perilaku yang menyebabkan 27% anak-anak balita kita masih menderita kelaparan.” Tutur Bapak Hendro.
Untuk itu, semoga saja media yang ada kini bisa benar-benar membantu masyarakat dengan terus memberikan edukasi melalui sebaran informasi yang dihadirkan untuk menyadarkan masyarakat untuk terus memperhatikan pangan yang baik bagi keluarga agar balita tidak lagi mengalami kelaparan.
Namun selain itu, karena ini era digital, maka sebenarnya kita sebagai masyarakat biasa pun punya peran penting juga untuk memberikan edukasi yang baik bagi masyarakat melalui penyebaran berita yang kita tulis dan share di sosial media yang kita miliki.
Maka kita harus juga bijak menggunakan media sosial yang kita miliki untuk menyebarkan berita yang bermanfaat bagi mayarakat luas. Namun harus tetap hati-hati agar jangan sampai kita menyebarkan berita hoax atau berita yang salah sehingga menyesat banyak orang. Jadi, tetap harus saring sebelum sharing.
Kembali ke Pangan Lokal Sebagai Pangan Pilihan Keluarga
Selain itu, acara Bincang Media ini juga sekaligus untuk mengajak masyarakat untuk kembali ke pangan lokal sebagai pilihan pangan yang baik untuk keluarga, demi masa depan anak-anak Indonesia merdeka 100% dari rasa lapar dan berbagai permasalahan gizi lainnya.
Sebab, menurut hasil survei FOI yang dilakukan pada bulan Agustus 2020 di 14 kota, bahwa ada 27% balita ke sekolah dengan perut kosong karena tidak makan hingga siang hari. Bahkan di daerah padat perkotaan, angkanya mencapai 40-50%. Jika kelaparan terjadi dalam jangka panjang, terdapat kemungkinan gizi buruk yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada balita.
Maka dari itu, untuk membantu mengatasi kelaparan pada balita tersebut, maka kini melalui kampanye “Aksi 1000 Bunda untuk Indonesia” FOI telah berhasil mengajak dan melibatkan 5.800 Bunda untuk bergerak bersama membuka akses pangan bagi 52 ribu anak-anak yang ada di berbagai kota di Indonesia ini.
Dan salah satu rangkaian dari Aksi 1000 Bunda ini, maka digelar juga acara Seri Ikan untuk Anak (IUAK), dimana FOI bekerja sama dengan Beejay Seafood akan memberikan ikan untuk 20 ribu anak di 7 Provinsi di Indonesia sebagai aksi nyata kembali ke pangan lokal.
Ikan merupakan salah satu sumber pangan lokal yang sangat bagus |
Ya, aksi nyata kembali ke pangan lokal ini diharapkan agar masyarakat bisa kembali mengkonsumsi makanan yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal yang bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya hasil sumber hayati, produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi masyarakat setempat.
Maka diharapkan dengan kembalinya masyarakat ke pangan lokal sebagai pilihan pangan keluarga, nantinya bisa mengatasi kemiskinan dan juga kelaparan yang ada, dan sekaligus juga untuk mengurangi impor bahan pangan dari negara-negara lain.
Maka dari itu, semoga ke depan, semakin banyak juga pihak lain yang turut bergandengan tangan dengan FOI untuk berkolaborasi membantu masyarakat supaya kembali ke pangan lokal dalam mengatasi kelaparan pada balita di Indonesia.
Pangan lokal bisa bantu atasi kelaparan balita |
Hal ini senada dengan harapan dari Ibu Lenny N Rosalin selaku Deputi Tumbuh Kembang Anak KPPPA, yang mengharapkan semakin banyak pihak yang saling bersinergi dalam memerangi kelaparan yang ada saat ini agar jumlah anak kelaparan di Indonesia bisa segera turun.
“Mari kita bersinergi memerangi kelaparan balita, demi kepentingan terbaik bagi 80 juta anak Indonesia yang kita cintai. Mereka masa depan kita, ada pada mereka sebagai generasi penerus bangsa,” ungkap Ibu Lenny.
Ya, mengatasi masalah kemiskinan dan kelaparan ini tentu dibutuhkan kerjasama semua pihak, baik dari pihak pemerintah maupun swasta semua harus saling bergotong-royong agar anak-anak Indonesia tetap dapat mengakses pangan bergizi di tengah kesulitan ekonomi yang kini melanda negara kita.
Dan hal ini juga tentu perlu dukungan awak media untuk terus semangat menggelorakan berita dan informasi yang dapat memberikan edukasi bagi masyarakat agar bisa memaksimalkan pangan lokal sebagai pangan pilihan bagi keluarga.
So, mari saling bergandengan tangan, selama kita maju bersama, maka tidak ada yang mustahil untuk diberantas, termasuk memberantas kemiskinan dan kelaparan yang kini ada. Dengan bersama maka kita pasti bisa merdeka 100% dari kelaparan yang ada. Semangat!!!
No comments:
Post a Comment