Monday, November 11, 2019

Melihat Lebih Dekat Budidaya Rumput Laut di Pulau Panggang


Sejenak pergi bermain ke pantai itu sangat menyenangkan bagi saya pribadi, apalagi pergi mainnya bukan hanya sekadar pergi main biasa, tetapi ada pengalaman seru dan ilmu baru yang didapat di sana, pasti hati semakin bahagia jadinya. 

Makanya saya sangat senang kemarin ketika kembali bisa berkunjung ke kepulauan seribu, sebab perjalanan kali ini tak kalah serunya dengan kunjungan saya ke Pulau Bidadari belum lama ini yang pernah saya tulis dengan judul Liburan Seru dari Pulau Bidadari Hingga Atlantis

Dan kemarin, saya berkunjung ke Pulau Panggang bersama YBM PLN, dimana kunjungan saya ke pulau ini adalah untuk ikut melihat langsung bagaimana kegiatan masyarakat yang hidup di sana dalam upaya membudidayakan rumput laut.

Ya, rumput laut ini merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang cukup potensial untuk dikembangkan, terlebih kini semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri yang semakin meningkat, baik sebagai bahan baku makanan maupun sebagai bahan tambahan untuk berbagai industri lain seperti kosmetik, tekstil, cat, kertas, farmasi dan lain sebagainya.

Untuk itu, budidaya rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki peluang yang besar dalam pemanfaatnya, maka kini warga di Pulau Panggang kembali menekuni budidaya rumput laut yang dulu sempat berjaya pada era tahun 80-an.
Buudidaya rumput laut di Kepulauan Seribu
Ya, dulu di tahun 80an, Kepulauan Seribu ternyata merupakan salah satu lokasi budidaya rumput laut yang sangat berhasil, sehingga ekonomi masyarakatnya pun turut terdongkrak dengan hasil panen yang begitu melimpah di masa itu.

Namun memasuki tahun 2000-an, para petani rumput laut mulai merasakan penurunan hasil panen, bahkan saat ini kondisi usaha budidaya rumput laut di Kepulauan Seribu bisa dikatakan hampir mati. Semua itu terjadi karena faktor penurunan kondisi lingkungan terutama limbah dari sungai yang berada di daerah sekitar Kepulauan Seribu yang terbawa arus.

Kondisi lingkungan laut yang terkontaminasi limbah ini disebut-sebut sebagai salah satu penyebab yang membuat budidaya rumput laut di Kepulauan Seribu mengalami penurunan yang begitu drastis. Untuk itu, Yayasan Baitul Maal PLN bersama Nirunabi Foundation kembali menjejak manfaat dengan mengadakan launching program Desa Cahaya Budidaya Rumput Laut di Kepulauan Seribu yang berlokasi di Pulau Panggang Kepulauan Seribu ini.

Dimana langkah yang ini dilakukan oleh Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN bersama Nirunabi Foundation ini adalah untuk kembali menghidupkan budidaya rumput laut agar kembali bisa memberikan manfaat bagi para warga yang ada di Kepulauan Seribu khususnya di Pulau Panggang ini.
Palatihan pengelolaan dan pengolahan rumput laut di Pulau Panggang
Maka dari itu, kemarin (06/11/19), di Pulau Panggang ini diadakan serangkaian kegiatan bagi para warga agar semakin termotivasi lagi dalam menekuni budidaya rumput laut demi membantu peningkatan ekonomi masyarakat yang ada di Pulau Panggang ini menjadi semakin meningkat.

Untuk itu,  kemarin warga di Pulau Panggang ini diberikan edukasi melalui beberapa pelatihan mengenai pengelolaan dan pengolahan rumput laut oleh para ahlinya. Diantara yaitu pelatihan pemberdayaan rumput laut yang diisi oleh perwakilan dari LIPI, dan juga ada materi tentang pengelolaan rumput laut oleh owner UKM Dolici Mandiri Sukses.

Dan diakui oleh Bapak Syarif amil pemberdayaan dan pendistribusian YBM PLN bahwa program ini bertujuan untuk mengembalikan semangat dan menambah kemampuan para warga Kepulauan Seribu dalam membudidayakan serta mengolah rumput laut. Dengan begitu, program ini diharapkan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Kepulauan Seribu.

Untuk itu, selain memberikan pelatihan membudidayakan serta mengolah rumput laut, dalam program Desa Cahaya Budidya Rumput Laut ini, YBM PLN juga memberikan 5 kapal siap pakai untuk 5 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 20 orang.
YBM PLN dan Nirunabi Foundation memberikan pelatihan pengelolaan dan pengolahan rumput laut di Pulau Panggang
Untuk tahap awal ini total penerima manfaatnya adalah 100 orang warga. Diharapkan dengan bantuan ini bisa membuat warga bisa semakin semangat dalam menjalankan usaha budidaya rumput laut yang kini tengah digagas kembali ini.
 
Selain ada pelatihan tersebut, namun kemarin juga diadakan kegiatan penanaman langsung rumput laut oleh masyarakat. Dan saya ikut melihat langsung ke tempat penanaman rumput laut milik warga dengan menumpangi perahu nelayan setempat.

Sepanjang perjalanan dari dermaga Pulau Panggang kami hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menitan menuju tempat budidaya rumput laut ini, tempatnya lumayan dekat dan perjalanan terasa sangat menyenangkan karena saya bisa menikmati hembusan angin laut yang sepoi dengan pemandangan air laut yang sangat jernih, sungguh menyenangkan sekali. :)
Beginilah tampilan budidaya rumput laut di Pulau Panggang
Pulau Panggang ini termasuk salah satu pulau yang cocok dijadikan tempat untuk menanam rumput laut, karena memiliki luatan yang cenderung tenang dan tidak bergelombang besar sehingga sangat tepat digunakan untuk membudidayakan rumput laut.

Dan jenis rumput laut yang dibudidayakan di Pulau Panggang ini adalah rumput laut jenis Eucheuma Spinosum yang merupakan salah satu jenis rumput laut dari kelas Rhodophyceae (ganggang merah) dengan ciri-ciri memiliki thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi nodulus, berupa duri lunak yang tersusun berputar teratur mengelilingi cabangnya.

Dimana untuk budidaya rumput laut ini air lautnya sebaiknya bersalinitas 28-35 ppt dengan PH 7,3-8,2  dan suhu 20-28 derajat celcius serta kecepatan arus 20-40 cm per detik yang didukung dengan dasar perairan berupa campuran pecahan karang dan juga pasir.
prosses budidaya ruumput laut diawali dengan bibit rumput laut diikat pada tali panjang
Dan budidaya rumput laut yang digunakan oleh warga di Pulau Panggang ini adalah menggunakan metode tali panjang yang mirip dengan metode rakit apung, hanya saja dalam metode ini tidak menggunakan bambu sebagai rakitnya, melainkan menggunakan tali plastik panjang serta botol plastik bekas sebagai pelampungnya sehingga tidak mudah hanyut.

Kehadiran tali panjang ini berfungsi sebagai tempat untuk mengikat bibit rumput laut, dan pengikatan rumput laut ini harus diberi jarak secukupnya, yaitu tidak kurang dari 25 cm sebagai ruang untuk pertumbuhan rumput laut nantinya.  

Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak dipilih masyarakat dalam budidaya rumput laut karena penanaman rumput laut dengan konsep tali panjang ini membuat rumput laut tahan terhadap perubahan kualitas air, cukup menerima sinar matahari, dan juga terbebas dari hama yang biasanya menyerang rumput laut yang ada di dasar laut.

Selain itu, metode ini juga dinilai lebih praktis dan juga minim biaya, namun bisa memberikan hasil panen rumput laut yang melimpah dan juga berkualitas, dengan jangka waktu panen hanya sekitar 45 hari sejak penanaman.
Budidaya rumput laut ini menggunakan metode tali panang dengan botol plastik bekas
Nantinya hasil panen rumput laut ini dapat dijual dalam bentuk basah atau pun kering, dan untuk mengeringkan rumput laut ini dibutuhkan waktu proses penjemuran 3-4 hari hingga rumput laut benar-benar dirasa cukup kering dan siap dikemas untuk dijual. 

Dan saya berharap semoga program budidaya rumput laut yang kini dijalankan oleh warga Pulau Panggang bisa berjalan lancar dan sukses sehingga nanti bisa mendapatkan hasil panen yang melimpah dengan harga jual yang tinggi, sehingga masyarakat di sana bisa benar-benar merasakan bahwa menekuni usaha budidaya rumput laut ini bisa meningkatkan taraf hidup mereka semakin bagus lagi. Aamiin...


No comments:

Post a Comment