Sejenak pergi bermain ke pantai itu sangat menyenangkan bagi saya pribadi, apalagi pergi mainnya bukan hanya sekadar pergi main biasa, tetapi ada pengalaman seru dan ilmu baru yang didapat di sana, pasti hati semakin bahagia jadinya.
Makanya saya sangat senang
kemarin ketika kembali bisa berkunjung ke kepulauan seribu, sebab perjalanan
kali ini tak kalah serunya dengan kunjungan saya ke Pulau Bidadari belum lama
ini yang pernah saya tulis dengan judul Liburan Seru dari Pulau Bidadari Hingga Atlantis.
Dan kemarin, saya berkunjung ke
Pulau Panggang bersama YBM PLN, dimana kunjungan saya ke pulau ini adalah untuk
ikut melihat langsung bagaimana kegiatan masyarakat yang hidup di sana dalam upaya
membudidayakan rumput laut.
Ya, rumput laut ini merupakan salah
satu sumber daya hayati laut yang cukup potensial untuk dikembangkan, terlebih
kini semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri
yang semakin meningkat, baik sebagai bahan baku makanan maupun sebagai bahan
tambahan untuk berbagai industri lain seperti kosmetik, tekstil, cat, kertas,
farmasi dan lain sebagainya.
Untuk itu, budidaya rumput laut
memiliki prospek yang cerah karena memiliki peluang yang besar dalam
pemanfaatnya, maka kini warga di Pulau Panggang kembali menekuni budidaya
rumput laut yang dulu sempat berjaya pada era tahun 80-an.
Buudidaya rumput laut di Kepulauan Seribu |
Ya, dulu di tahun 80an, Kepulauan
Seribu ternyata merupakan salah satu lokasi budidaya rumput laut yang sangat
berhasil, sehingga ekonomi masyarakatnya pun turut terdongkrak dengan hasil
panen yang begitu melimpah di masa itu.
Namun memasuki tahun 2000-an, para
petani rumput laut mulai merasakan penurunan hasil panen, bahkan saat ini
kondisi usaha budidaya rumput laut di Kepulauan Seribu bisa dikatakan hampir
mati. Semua itu terjadi karena faktor penurunan kondisi lingkungan terutama
limbah dari sungai yang berada di daerah sekitar Kepulauan Seribu yang terbawa
arus.
Kondisi lingkungan laut yang
terkontaminasi limbah ini disebut-sebut sebagai salah satu penyebab yang membuat
budidaya rumput laut di Kepulauan Seribu mengalami penurunan yang begitu drastis.
Untuk itu, Yayasan Baitul Maal PLN bersama Nirunabi Foundation kembali menjejak manfaat dengan
mengadakan launching program Desa Cahaya Budidaya Rumput Laut di Kepulauan
Seribu yang berlokasi di Pulau Panggang Kepulauan Seribu ini.
Dimana langkah yang ini dilakukan
oleh Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN bersama Nirunabi Foundation ini adalah untuk
kembali menghidupkan budidaya rumput laut agar kembali bisa memberikan manfaat
bagi para warga yang ada di Kepulauan Seribu khususnya di Pulau Panggang ini.
Palatihan pengelolaan dan pengolahan rumput laut di Pulau Panggang |
Maka dari itu, kemarin (06/11/19),
di Pulau Panggang ini diadakan serangkaian kegiatan bagi para warga agar
semakin termotivasi lagi dalam menekuni budidaya rumput laut demi membantu
peningkatan ekonomi masyarakat yang ada di Pulau Panggang ini menjadi semakin meningkat.
Untuk itu, kemarin warga di Pulau Panggang ini diberikan
edukasi melalui beberapa pelatihan mengenai pengelolaan dan pengolahan rumput
laut oleh para ahlinya. Diantara yaitu pelatihan pemberdayaan rumput laut yang diisi
oleh perwakilan dari LIPI, dan juga ada materi tentang pengelolaan rumput laut
oleh owner UKM Dolici Mandiri Sukses.
Dan diakui oleh Bapak Syarif amil
pemberdayaan dan pendistribusian YBM PLN bahwa program ini bertujuan untuk
mengembalikan semangat dan menambah kemampuan para warga Kepulauan Seribu dalam
membudidayakan serta mengolah rumput laut. Dengan begitu, program ini
diharapkan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Kepulauan Seribu.
Untuk itu, selain memberikan pelatihan
membudidayakan serta mengolah rumput laut, dalam program Desa Cahaya Budidya
Rumput Laut ini, YBM PLN juga memberikan 5 kapal siap pakai untuk 5 kelompok
yang masing-masing kelompok beranggotakan 20 orang.
YBM PLN dan Nirunabi Foundation memberikan pelatihan pengelolaan dan pengolahan rumput laut di Pulau Panggang |
Untuk tahap awal ini total
penerima manfaatnya adalah 100 orang warga. Diharapkan dengan bantuan ini bisa
membuat warga bisa semakin semangat dalam menjalankan usaha budidaya rumput
laut yang kini tengah digagas kembali ini.
Selain ada pelatihan tersebut,
namun kemarin juga diadakan kegiatan penanaman langsung rumput laut oleh
masyarakat. Dan saya ikut melihat langsung ke tempat penanaman rumput laut
milik warga dengan menumpangi perahu nelayan setempat.
Sepanjang perjalanan dari dermaga
Pulau Panggang kami hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menitan menuju tempat
budidaya rumput laut ini, tempatnya lumayan dekat dan perjalanan terasa sangat
menyenangkan karena saya bisa menikmati hembusan angin laut yang sepoi dengan pemandangan
air laut yang sangat jernih, sungguh menyenangkan sekali. :)
Pulau Panggang ini termasuk salah
satu pulau yang cocok dijadikan tempat untuk menanam rumput laut, karena
memiliki luatan yang cenderung tenang dan tidak bergelombang besar sehingga sangat
tepat digunakan untuk membudidayakan rumput laut.
Dan jenis rumput laut yang
dibudidayakan di Pulau Panggang ini adalah rumput laut jenis Eucheuma Spinosum yang
merupakan salah satu jenis rumput laut dari kelas Rhodophyceae (ganggang merah)
dengan ciri-ciri memiliki thallus silindris, percabangan thallus berujung
runcing atau tumpul dan ditumbuhi nodulus, berupa duri lunak yang tersusun
berputar teratur mengelilingi cabangnya.
Dimana untuk budidaya rumput laut
ini air lautnya sebaiknya bersalinitas 28-35 ppt dengan PH 7,3-8,2 dan suhu 20-28 derajat celcius serta
kecepatan arus 20-40 cm per detik yang didukung dengan dasar perairan berupa
campuran pecahan karang dan juga pasir.
Dan budidaya rumput laut yang
digunakan oleh warga di Pulau Panggang ini adalah menggunakan metode tali
panjang yang mirip dengan metode rakit apung, hanya saja dalam metode ini tidak
menggunakan bambu sebagai rakitnya, melainkan menggunakan tali plastik panjang
serta botol plastik bekas sebagai pelampungnya sehingga tidak mudah hanyut.
Kehadiran tali panjang ini berfungsi
sebagai tempat untuk mengikat bibit rumput laut, dan pengikatan rumput laut ini
harus diberi jarak secukupnya, yaitu tidak kurang dari 25 cm sebagai ruang
untuk pertumbuhan rumput laut nantinya.
Metode ini merupakan salah satu
metode yang banyak dipilih masyarakat dalam budidaya rumput laut karena penanaman
rumput laut dengan konsep tali panjang ini membuat rumput laut tahan terhadap
perubahan kualitas air, cukup menerima sinar matahari, dan juga terbebas dari
hama yang biasanya menyerang rumput laut yang ada di dasar laut.
Selain itu, metode ini juga dinilai
lebih praktis dan juga minim biaya, namun bisa memberikan hasil panen rumput
laut yang melimpah dan juga berkualitas, dengan jangka waktu panen hanya
sekitar 45 hari sejak penanaman.
Budidaya rumput laut ini menggunakan metode tali panang dengan botol plastik bekas |
Nantinya hasil panen rumput laut
ini dapat dijual dalam bentuk basah atau pun kering, dan untuk mengeringkan rumput
laut ini dibutuhkan waktu proses penjemuran 3-4 hari hingga rumput laut
benar-benar dirasa cukup kering dan siap dikemas untuk dijual.
Dan saya berharap semoga program
budidaya rumput laut yang kini dijalankan oleh warga Pulau Panggang bisa
berjalan lancar dan sukses sehingga nanti bisa mendapatkan hasil panen yang
melimpah dengan harga jual yang tinggi, sehingga masyarakat di sana bisa
benar-benar merasakan bahwa menekuni usaha budidaya rumput laut ini bisa
meningkatkan taraf hidup mereka semakin bagus lagi. Aamiin...
No comments:
Post a Comment