Profesi freelancer, belakangan ini jadi salah satu pekerjaan yang diminati. Wajar aja, kondisi lalu lintas yang makin gak bersahabat bikin orang berpikir ulang untuk menjalani rutinitas harian yang butuh kesabaran. Tua di jalan bukan lagi karena kemacetan, tapi juga menggrogoti kewarasan dan pelan-pelan berkontribusi terhadap penuaan dini karena polusi udara makin menggila. Udah pada tau kan berapa angkanya menurut Air Visual?
Alasan lain jadi freelancer adalah waktu kerja yang lebih
fleksibel. Pas banget untuk yang udah berkeluarga atau susah bangun pagi
hehehe… Dari segi pendapatan juga lumayan loh. Kalau rajin nih, dihitung-hitung
income sebagai freelancer bisa lebih gede daripada orang kantoran.
Dengan status bukan pegawai tetap
maka pendapatannya juga sangat fleksibel. Kalau beruntung, invoice macam mentega kena panas: cepet cairnya. Tapi gak jarang
juga status invoice kayak daging baru
keluar dari freezer: beku bowk! Kalo
udah gini, cash flow juga ikutan
terusik. Tanpa keterampilan manajemen finansial yang mumpuni, siap-siap jadi
anggota perkumpulan “sobat misqueen”. :D
Dan profesi ini sudah saya jalani
hampir dua tahun belakangan ini. Nah, buat teman-teman yang ingin terjun
menjadi freelancer juga, Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
Bangun branding dan networking
Memiliki
keahlian spesifik, akan membuat kita lebih gampang dilirik. Dunia digital marketing menyediakan rentang
peluang pekerjaan yang memungkinkan pekerja freelancer bergabung. Untuk itu, pertajam
skill yang kita miliki, misalnya: content
writer, videografer, developer,
atau KOL management adalah posisi yang
banyak dicari. Sebagai content creator,
perlu juga membangun branding dan positioning misalnya untuk content specialist
keuangan yang cukup niche dan masih
jarang.
Selain itu,
kita juga harus luangkan waktu juga buat berjejaring, tanpa networking,
personal branding kita kecil kemungkinannya akan didengar oleh calon klien. Nah,
bergabung dengan grup freelancers di
social media bisa jadi salah satu cara mendapatkan project. Banyak banget info kerjaan freelance yang di-shared di grup bloggers misalnya.
Portofolio dan Kualitas
Sama seperti
pekerja kantoran, memiliki portofolio bagus juga modal kita menjadi freelancer
banjir job. Untuk memulainya, gak
perlu gengsi ambil job “receh”. Kalau kualitas pekerjaan kita OK, klien akan
merekomendasikan nama kita ke jaringannya. Rejeki pun akan mengalir deras.
Komitmen
Kebanyakan
perusahan enggan mempekerjakan freelancer karena alasan klasik: susah buat
komitmen. Meski hasil kerja kita bagus, kalau susah dihubungi atau sering
ngilang gak jelas dan telat kasih
deliverable siap-siap aja reputasi kita bakal jelek. Unuk itu, menjaga
hubungan baik dengan mantan klien maupun partner kerja juga sebuah keharusan.
Dari sinilah pintu rejeki bisa terbuka lebar.
Atur Keuangan dengan Cerdas
Menjadi
freelancers artinya siap-siap berpenghasilan gak tetap. Jam kerja boleh
fleksibel, tapi keuangan harus stabil dong. Makanya, kita harus bisa kelola
keuangan dengan cerdas. Self reward
itu penting, tapi kalo gak perlu-perlu amat gak usah juga kebanyakan belanja.
Gak harus beli gadget yang baru diluncurin, kan? Kecuali kalo memang kita perlu
untuk keperluan pekerjaan seperti videografer membutuhkan piranti videografi
untuk menghasilkan gambar ciamik. Ya, kita harus bisa prioritaskan kebutuhan
daripada keinginan.
Investasi dan Asuransi
Berinvestasi
untuk masa depan, ini udah jadi keharusan. Jaman sekarang investasi bisa
dilakukan dengan nominal yang sangat murah kok: 100ribu aja bisa buat nabung
saham! Berinvestasi pun bisa dilakukan lewat smartphone, termasuk tabungan emas.
Dan yang gak
kalah penting juga adalah asuransi. Gak ada yang bisa menampik datangnya
musibah, tapi kita bisa mengurangi kemungkinan terburuk berupa jatuh miskin
kalau (jangan sampe sih) tiba-tiba sakit dan butuh biaya pengobatan yang gak
murah. Bisa saja kita berkilah udah punya dana darurat, tapi percayalah bahwa
kepemilikan asuransi kesehatan adalah penyelamat tagihan rumah sakit. Kalau kita
berpikir asuransi itu mahal dan rugi, coba deh kalkulasi lagi. Minimal sekelas
BPJS Kesehatan sudah cukup bisa diandalkan.
Pengalaman
saya sih, sebagai freelancer sebaiknya millikilah dua asuransi, yaitu BPJS dan asuransi kesehatan swasta sebagai
pelengkap. Ini sangat berguna ketika kita berada di luar domisili yang
terdaftar pada keanggotaan BPJS. Untuk asuransi kesehatan ini, saya pilih yang
cashless dengan pertimbangan praktis karena tinggal tunjukkan pada saat
berobat.
Nah, buat teman-teman yang sudah
jadi freelancers, punya pengalaman seru apa nih yang bisa dibagi sebagai
pelajaran hidup? Share dong. :)
Kalau karyawan biasanya tidak perlu pusing memikirkan asuransi kesehatan karena pasti sudah disediakan oleh perusahaan tempat dia bekerja. Beda dengan freelancer yang mesti mendaftar dan membeli sendiri asuransi kesehatan yang paling cocok untuk dirinya dan keluarganya.
ReplyDelete