Perkembangan teknologi dan arus
informasi belakangan ini melaju begitu dratis, sehingga tak bisa dipungkiri, berbagai
kabar dan berita pun mengalir begitu deras dengan mudahnya, terlebih dengan
kehadiran media online yang semakin tumbuh subur belakangan ini.
Berbagai informasi bertebaran
begitu cepat, menyasar masyarakat dengan segala cerita yang belum tentu benar
adanya, sehingga tak sedikit kita yang terjebak dalam informasi yang salah, dan
berujung pada salah paham dan merugikan orang lain.
Untuk itu, menjadi hal penting
yang kita lakukan adalah selalu bersikap waspada, dan selalu bijak ketika
menerima sebuah informasi, yaitu menelaah dengan baik setiap berita yang ada,
bukan langsung mempercayainya, apalagi langsung ikut menyebarkannya berita
tersebut padahal belum tahu pasti kebenaran yang sebenarnya.
Dan saat ini, masih banyak orang
yang belum bisa bijak menyikapi sebuah informasi, terutama bagi kaum muda atau
yang disebut kaum milenial, masih banyak di antara mereka yang masih cenderung langsung
percaya dengan segala informasi yang ada di jagat maya tanpa melakukan
pengecekan terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut.
Kondisi seperti ini sangat
memprihatinkan bila terus kita biarkan, karena bisa dimanfaatkan orang-orang
jahat untuk menyebarkan berita bohong atau hoax yang bisa merugikan orang lain,
agama dan juga keutuhan bangsa.
Sebagai salah satu upaya
menanggulangi dampak negatif dengan perkembangan arus informasi saat ini, maka Ditjen
Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia menggelar acara “Pelatihan Literasi Informasi Bagi Generasi
Milenial” yang dilaksanakan selama tiga hari yaitu tanggal 24 – 26 Juni
2019 di Hotel Aston Kartika Grogol – Jakarta Barat.
PELATIHAN LITERASI INFORMASI UNTUK MILENIAL
Saya pribadi, merasa senang
sekali karena bisa ikut dalam acara “Pelatihan
Literasi Informasi bagi Generasi Milenial” ini, karena acara ini memberikan
saya banyak ilmu dan pengalaman berharga terutama terkait literasi informasi di
era teknologi saat ini.
Pelatihan Literasi Informasi Bagi Generasi Milenial diikuti sebanyak 80 peserta |
Acara ini diikuti oleh sebanyak
80 orang peserta, terdiri 20 peserta dari Ditjen Bimas Islam tingkat pusat, dan
60 peserta yang seluruhnya merupakan generasi milenial yang terdiri dari
organisasi pemuda, mahasiswa, komunitas generasi muda muslim, Influencer media
sosial, praktisi jurnalistik, dan pejabat atau staf di lingkungan Ditjen Bimas
Islam.
Dimana kehadiran acara ini,
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Ditjen Bimas Islam untuk turut
berperan dalam peningkatan kualitas narasi dan literasi media-media Islam yang
melibatkan kaum milenial di dalamnya.
Dan Ditjen Bimas Islam terus
berkomitmen menjalin kemitraan strategis, sekaligus meningkatkan kualitas
pemberitaan di media-media online, terutama media-media Islam agar semakin berperan
aktif dalam menciptakan kerukunan dan kehidapan yang harmonis di tengah-tengah
masyarakat.
Untuk itu, acara pelatihan ini berjalan sangat seru karena serat
dengan banyak ilmu menarik seputar dunia literasi informasi yang dipaparkan
oleh para narasumber dan diskusi interaktif yang dihadirkan dalam acara
pelatihan ini oleh Dirjen Bimas Islam, Sekretaris Ditjen Bimas Islam, Staf Ahli
Kemenenag, Kepala Bagian Data, SI dan Humas, Kementeiran Komunikasi dan
Informatika, Dewan Pers dan Direktorat Cyber Crime Kepolisian RI.
Dan mengawali acara pelatihan yang bertajuk “Pelatihan Literasi
Informasi bagi Generasi Milenial” ini dibuka secara resmi oleh Bapak Tarmizi Tohor selaku Sekertaris
Ditjen Bimas Islam yang sekaligus membahas tentang berbagai isu-isu aktual di
bidang masyarakat Islam.
Dimana berbagai isu-isu aktual yang hadir di tengah masyarakat Islam
saat ini menyangkut beberapa topik, seperti: Pernikahan dini, perceraian di
usia muda, data masjid, kartu nikah, mubaligh media, pengaturan pengeras suara
di masjid / langgar / mushola, dan daftar penceramah rekomendasi Kemenag.
Dari sekian banyak isu tersebut, saya pribadi lumayan terusik dengan
isu pernikahan dini, sebab bagaimana pun, pernikahan dini sebaiknya memang
tidak dilakukan, karena sangat rentan dengan masalah, dimana hal ini dipicu
oleh belum adanya kesiapan fisik dan mental, sehingga tidak jarang pernikahan
dini sangat rentan konflik dan kekerasan dalam rumah tangga, bahkan pernikahan
dini menjadi salah satu faktor tingginya angka perceraian di Indonesia.
Dan belakangan ini, angka perceraian di Indonesia mengalami
peningkatan, dari tahun 2010 ke 2015 jumlah perceraian di Indonesia meningkat
15-20 persen dengan berbagai penyebab. Namun ada empat alasan utama tingginya
angka perceraian ini, diantaranya: hubungan sudah tidak harmonis, tidak ada
tanggung jawab, adanya pihak ketiga dan faktor ekonomi.
Nah, dari pada menikah dini, tak ada salahnya anak-anak muda sebaiknya
lebih banyak memanfaatkan waktunya digunakan untuk belajar dan meraih
pendidikan setinggi-tingginya, supaya kelak wawasanya menjadi jauh lebih luas
dan memiliki masa depannya bisa lebih baik.
Ya, tak bisa dipungkiri, dengan adanya ilmu dan wawasan yang luas,
maka kita akan semakin bijak dalam bertindak dan cerdas dalam menentukan sikap.
Untuk itu, salah satu cara menambah ilmu dan wawasan bisa kita lakukan dengan
banyak membaca.
PERAN DITJEN BIMAS
ISLAM DALAM MEMBANGUN LITERASI INDONESIA
Namun sayangnya, minat baca orang Indonesia ini bisa dibilang sangat
rendah, hal ini juga yang diungkapkan oleh Bapak
Muhammadiyah Amin selaku Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI dalam
acara pelatihan ini.
Bapak Muhammadiyah Amin menjelaskan bahwa Ditjen Bimas Islam turut hadir dalam membangun literasi di Indonesia |
Dimana menurut Central Connecticut State University mempublikasikan
risetnya yang bertajuk World's Most Literate Nations (WMLRN) pada tahun
2016, bahwa Indonesia berada di posisi kedua terbawah alias di urutan 60 dari
61 negara, tepat satu tingkat di atas Botswana.
Indonesia kalah dari negara-negara lain di Asia Tenggara seperti
Thailand di posisi 59, Malaysia di posisi 53, atau Singapura di posisi 36.
Bahkan posisi 20 besar hanya diisi oleh negara-negara barat dengan ekonominya
yang telah mapan.
Sungguh saya sangat miris mendengar hal ini, kita yang termasuk
sebagai negara besar dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia ini, ternyata
memiliki minat baca yang sangat minim, lantas akan jadi apa negara kita ini bila
hal ini terus dibiarkan?
Melihat hal ini, tentu saja Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI
tidak pernah tinggal diam, berbabagai upaya dilakukan guna meningkatkan minat
baca bagi masyarakat Indonesia khususnya anak-anak muda, supaya kembali banyak
membaca, terutama yang berkaitan Islam.
Sebab, diakui oleh Bapak Muhammadiyah Amin bahwa pengembangan literasi
dan kepustakaan di lingkungan umat Islam menjadi hal penting dan strategis
dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat, mengingat Indonesia adalah negara
berpenduduk mayoritas Muslim.
Untuk itu, salah satu langkah nyata yang dilakukan Ditjen Bimas Islam
untuk memperbaiki literasi ini adalah dengan mendirikan dan juga
menyelenggrakan perpustakaan masjid
sebagai sarana belajar masyarakat, sekaligus sarana peningkatan minat baca dan
kemampuan literasi masyarakat Islam, baik literasi dasar, literasi informasi,
maupun literasi keagamaan.
Selain itu, bentuk lainnya dari pengembangan kepustakaan Islam adalah pengendalian mutu buku-buku yang
beredar di tengah masyarakat supaya masyarakat benar-benar membaca buku-buku
yang memang layak dan serat akan informasi yang berguna bagi masyarakat.
Dan berdasarkan data SIMAS yang diakses pada 8 Maret 2019 bahwa
kementerian agama sudah membangun perpustakaan
masjid / atau mushola sebanyak 22.957 buah yang tersebar di seluruh
Indonesia, dan program ini akan terus dilakukan agar semakin banyak lagi masjid
atau mushola yang memiliki perpustakaan untuk membantu masyarakat menemukan
bahan bacaan yang berkualitas.
Program literasi dan kepustakaan islam pada tahun 2019 |
Selain itu, pada tahun 2019 ini pun, Ditjen Bimas Islam melakukan
berbagai program literasi dan kepustakaan yang meliputi: Sosialisasi dan
pendataan kepustakaan Islam dengan berbagai kegiatan di dalamnya, lalu ada juga
program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Bantuan perpustakaan masjid dan
diseminasi literasi dan kepustakaan Islam.
Semoga dengan segala upaya yang dilakukan oleh Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama ini bisa memacu semangat kita untuk terus mau membaca dan belajar dengan mendatangi perpustakaan-perpustakaan yang ada di masjid demi mendapatkan bacaan yang berkualitas.
Ya, diharapkan dengan semakin banyak membaca, maka kita akan memiliki
banyak ilmu dan wawasan yang luas, sehingga tidak gampang termakan oleh berbagai
berita atau informasi bohong (hoax) yang belakangan ini semakin marak terjadi.
***
Bersambung ke bagian 2: Hindari HOAX dengan Saring Sebelum Sharing
No comments:
Post a Comment