Menghitung hari, detik demi detik, tak terasa bulan suci ramadhan akan datang lagi, sungguh suatu anugreh yang sangat indah bagi kita yang masih diberikan kesempatan untuk bisa bertemu dengan bulan yang penuh berkah ini.
Selain begitu banyak pahala yang berlipat
ganda, banyak momentum indah yang bikin saya sangat merindukan bulan puasa.
Yups, saya rindu dengan suasana sahurnya, rindu suasana buka puasanya, rindu
dengan suasana tarawihnya, dan juga rindu dengan segala hidangan ala ramadhan
yang sangat nikmat dan lezat.
Namun berbicara tentang puasa
ramadhan, sayangnya tidak semua orang bisa menjalankannya, karena banyak faktor,
salah satunya karena sakit, misalnya bagi para penderita Diabetes, terutama
bagi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
Untuk itu, kemarin (26/04/19), Merck
Sharp & Dohme (MSD) menggelar acara talkshow yang mengakat tema “Kontrol Gula Darah, Raih Berkah Ramadhan
dan Waspadai Hipoglikemia Saat Berpuasa” yang bertempat di Double Tree by
Hilton Hotel Jakarta, Cikini – Jakarta Pusat.
Para Narasumber (Kiri - Kanan): dr. Suria Nataatmadja - Prof Ketut Suastik - Mas Machrosin - Moderatora |
Hadir sebagai narasumber dalam
acara ini Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yaitu Prof.
Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, kemudian ada dr. Suria Nataatmadja selaku Medical
Affairs Director Merck Sharp & Dohme (MSD), Indonesia dan juga Mas Machrosin
yang merupakan pasien diabetes.
Topik ini sengaja diangkat,
mengingat pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) ini termasuk orang-orang yang
sulit untuk menjalankan ibadah puasa karena mereka terancam terkena risiko hipoglikemia,
dimana pada bulan puasa hipoglikemia jauh lebih meningkat jika dibandingkan
dengan bulan lainnya.
Hal ini juga diungkapkan oleh
Bapak dr. Suria Nataatmadja bahwa sebenarnya tidak sedikit pasien DMT2 yang
antusias menyambut Ramadhan dan bertekad untuk menunaikan ibadah puasa. Namun berdasarkan
survei yang diadakan oleh MSD, ternyata ada 73% dokter yang setuju bahwa faktor
budaya seperti puasa memengaruhi kendali kadar gula darah pasien DMT2.
Melihat hal ini, maka MSD
berkomitmen mendukung kelancaran ibadah puasa para pasien DMT2 dengan melakukan
serangkaian kegiatan edukasi melalui media dan blogger yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko hipoglikemia dan upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.
Apa itu Hipoglikemia?
Hipoglikimia merupakan suatu gangguan
kesehatan yang terjadi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal,
yaitu kurang dari 70 mg/dL. Dimana pada tahap berat (kadar glukosa <50mg/dL)
pasien dapat kehilangan kesadaran, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah
hingga kontraksi detak jantung yang
berujung pada kematian.
wasapadai hipoglikemia karena akan meningkat saat puasa |
Bahkan menurut hasil studi
EPIDIAR pada tahun 2001 menunjukan bahwa di 13 negara dengan populasi muslim
yang besar, seperti: Aljazair, Banglades, Mesir, India, Indonesia, Jordania,
Lebanon, Malaysia, Moroko, Pakistan, Saudi Arabia, Tunisia, and Turki dengan
sample sebanyak 12.914 orang, ternyata menunjukkan setidaknya 79% dari sample
tersebut menjalani ibadah puasa saat ramadhan.
Bahkan diakui oleh Prof. Dr. dr.
Ketut Suastika, SpPD-KEMD bahwa ”Selama Ramadhan, terjadi peningkatan insiden
hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2. Hal ini dikarenakan pasien DMT2
mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga
kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis.”
Maka dengan menurunnya kadar gula
dalam darah yang berada di bawah normal, maka akan membuat pasien DMT2 semakin terancam
kesehatannya. Dan menurut Prof. Dr. dr. Ketut Suastika ada 3 klasifikasi risiko
yang harus kita cermati untuk mengetahui seperti apa kondisi yang memungkinkan
kita bisa berpuasa atau tidak, yaitu:
1. Risiko Sangat Tinggi, dimana bila pada kondisi
ini maka kita tidak disarankan berpuasa. Dimana kondisi ini bila ditandai
dengan:
- DMT1 kendali buruk sebelum Ramadan (HbA1c>9)
- Riwayat hipoglikemia berat dan berulang dalam 3 bulan terakhir
- Ketoasidosis, 3 bulan terakhir
- Koma hiperosmolar, 3 bulan terkhir
- Penyakit akut
- Komplikasi makrovaskuler dan ginjal lanjut (dalam dialysis, stadium 4-5)
- Gangguan kognitif atau epilepsi
- Hamil dengan terapi insulin
2. Risiko Tinggi, dan bila kita ada dikondisi ini
juga maka disarankan untuk tidak berpuasa. Dimana hal ini ditandai dengan:
- DMT2 terkendali buruk
- DMT2 yang menggunakan insulin dengann suntikan multiple atau insulin campuran
- DMT2 hamil dengan diet saja
- Penyakit ginjal kronik stadium 3 atau komlikasi makrovaskuler
- Pekerja fisik berat
- DMT1 terkendali baik
3. Risiko sedang atau rendah maka kita bisa
menjalankan puasa, apabila:
- DM terkendali baik
- Diterapi hanya dengan pola hidup atao dengan metformin, acarbose, terapi inkretin (penghambat DPP-4 atau GLP-1 RA), Sulfonilurea generasi kedua, penghambat SGLT, TZD atau insulin basal, atau individu sehat
Nah, dengan memahami kondisi dengan risiko yang ditumbulkan seperti yang dijelaskan di atas, maka kita
pun sebaiknya perlu juga untuk memahami seperti apa gejala-gejala yang akan
kita rasakan bila terserang oleh hipoglikemia ini.
Gejala Hipoglikemia
Menyadari begitu berbahayanya
hipoglikemia bila terjadi saat kita menjalankan puasa, maka sangat penting bagi
kita untuk selalu waspada. Dan berikut ini adalah beberapa gejala hipoglikemia
yang perlu kita ketahui, yaitu:
- Respon saraf autonom yaitu Berbedar, Tremor, Gelisah, Berkeringat, Rasa lapar, Kesemutan
- Otak kekurangan glukosa yaitu Gangguan kognitif, Perubahan perilaku, Kelainan psikomotor, Kejang dan koma.
Dan biasanya yang berisiko
terkena hipoglikemia ini terjadi pada orang usia lanjut, pasien dengan penyakit
ginjal, malnutrisi, penyakit pembuluh darah kronik, kelainan saraf tepi,
penyakit hati, orang yang kebiasaan makan tidak teratur, orang yang memiliki
perubahan aktivitas fisik, dan orang yang suka mengkonsumsi alkohol berat.
Kenali gejala hipoglikemia sangat penting dilakukan agar terhindar dari kondisi kesehatan yang lebih parah |
Oh iya, untuk pengobatan
hipoglikemia bagi pasien yang masih sadar dan bisa makan atau minum maka kita
bisa memberikan makanan yang mengandung karbohidrat: seperti nasi, roti, air
gula, jus, dsb. Tetapi bagi mereka yang sadar tetapi tidak bisa minum, atau
tidak sadar segera diajak ke pusat layanan kesehatan agar secepatnya diberikan
cairan Dextrose 40% intravena.
Nah, untuk itu, sangat penting
bagi pasien DMT2 untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin terutama saat
akan menjalankan puasa agar ibadah puasa dapat berjalan baik, sebab pasien DMT2
bisa meningkat hingga 7,5 kali lipat sepanjang bulan ramadhan.
Tips Mencegah Hipoglikemia Saat Berpuasa
Jadi, supaya puasa kita kelak
bisa berjalan lancar, maka sebelum menjalani puasa, disarankan kepada penderita
diabetes yang ingin menjalani ibadah puasa ramadhan agar sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter, untuk mementukan apakah boleh menunaikan ibadah puasa, dan
seperti apa cara mengatur pola hidup yang tepat, baik pola makan dan latihan
fisik yang diperlukan serta obat-obatan yang dikonsumsi agar terhindar dari
bahaya hipoglikemia atau kadar gula darah yang terlalu tinggi supaya terhindar
dari risiko kegagalan dalam menjalani ibadah puasa.
Hal ini juga dijelaskan oleh Prof.
Ketut Suastika bahwa penting bagi pasien DMT2 untuk melakukan konsultasi dengan
dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir
risiko hipoglikemia.
cek kesehatan dan konssultasi dengan dokter penting dilakukan sebelum memutuskan untuk menunaikan ibadah puasa |
Selain itu, ada beberapa tips yang
bisa dilakukan oleh pasien DMT2 dalam menghindari hipoglikemia sebagai berikut:
- Menjalankan pola diet seimbang;
- Aktif beraktivitas fisik;
- Rutin memantau kadar gula darah secara berkala;
- Melakukan perubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan.
Selain itu, dalam mengendalikan
kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia, pasien DMT2 dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang melepaskan energi secara lambat seperti biji-bijian, beras merah, produk susu
rendah lemak dan kacang-kacangan saat sahur dan buka puasa.
Hal ini juga yang dilakukan oleh
Mas Machrosin setelah terkena diabetes yaitu sangat penting untuk menerapkan
gaya hidup sehat dengan memperhatikan pola makan dan olahraga serta selalu
melakukan pengecekan kesehatan berkala agar tubuh tetap sehat sehingga bisa
menajalankan ibadah puasa dengan lancar.
Selain itu, kita juga dissarankan
sebaiknya untuk menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi,
meningkatkan asupan cairan selama jam tidak berpuasa, serta yang terpenting
mengunjungi dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen diabetes selama
bulan puasa.
Saya berharap semoga ulasan ini memberikan wawasan dan tips yang tepat bagi kita semua agar terhindar dari hipoglikemia saat berpuasa dan selalu sehat saat menjalankan puasa.
Jadi kini saatnya, mari kita sambut bulan ramadhan dengan suka cita, semoga kita bisa terlepas dari ancaman hipoglikemik dan segala penyakit lainnya sehingga bisa menjalankan aktivitas puasa dengan lancar selama sebulan penuh. Aamiin…
Marhaban ya Ramadhan! :)
sehat itu mahal maka mari jaga kesehatan kita.
ReplyDeletemarhaban ya ramadhan.
ReplyDeletemarhaban ya ramadhan.
ReplyDeleteMarhaban ya Ramadhan .tapi di TV blum ada tuh iklan syrup Marjan Wkwkwk baru ada iklan sarung Wadimor
ReplyDeletedan tengkiyu ..info sehat nya ...
Berpuasa buat penderita Diebetes memang harus disiplin atur pola makan ya mas. Paling penting memng kontrol gula darah
ReplyDelete