Masih belum kering di ingatan
kita, tentang tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 silam, ribuan nyawa
tiba-tiba hilang dalam sekejap, dan tak lagi terhitung jumlah harta dan benda
yang juga turut raib akibat diterjang gelombang tsunami itu, seketika semua
luluhlantak dan meninggalkan luka yang sangat dalam bagi banyak orang, tak
terkecuali saya.
Rentetan peristiwa gempa dan tsunami
yang melanda negeri ini setelah Aceh begitu sering terjadi, bahkan hingga akhir
tahun 2018 kemarin, derita akibat tsunami masih menjadi cerita menyedihkan yang
begitu dalam menguras air mata kita semua.
Pada bulan Juli 2018, tiba-tiba
pulau seribu masjid dilanda gempa berkekuatan 6,4 dan juga 7 magnitudi dalam
waktu yang berdekatan, getarannya terasa di seantero pulau Lombok, Bali hingga
Pulau Sumbawa. Bukan sekali, gempa terjadi cukup sering, sehingga tak terelakan
begitu banyak rumah yang roboh, nyawa yang melayang, harta dan benda lain ikut
musnah seketika.
Belum hilang rasa sedih karena
duka Lombok, pada September 2018 gempa kembali menggunacang Sulawesi Tengah,
tepatnya di Palu dan Donggala. Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo tersebut
menyebabkan tsunami dan likuifaksi yang menelan banyak korban jiwa dalam
sekejap.
Dan di penghujung tahun 2018,
tepatnya pada 22 Desember, sebuah bencana kembali menerpa ibu pertiwi. tanpa
peringatan, gelombang tsunami tiba-tiba meluluhlantakan pesisir barat Pulau
Jawa dan ujung selatan Pulau Sumatera, dan merenggut banyak korban yang
berjatuhan pada musibah ini.
Sungguh kesedihan tak mampu kita
tepikan begitu saja, rangkaian musibah demi musibah gampa dan tsunami yang
terjadi telah menghilangkan begitu banyak nyawa dan kerugiaan yang besar atas lenyapnya
harta dan juga benda yang tak sedikit jumlahnya.
Tempo Gelar Ecotalk Seri Pertama di Ancol
Melihat hal ini, maka kemarin
tanggal 28 Februari 2019, Tempo Media Group menghadirkan talkshow dengan konsep
Ecotalk yang mengangkat tema “Amankah
Jakarta dari Tsunami?” yang berlangsung d Candi Bentar Hall, Putri Duyung
Ancol.
Para Narasumber yang hadir dalam Ekotalk Perdana yang mengangkat Tema: "Amankah Jakarta dari Tsunami?" |
Acara ini menghadirkan narasumber
yang terdiri dari Bapak Berton Panjaitan
selaku Kepala Subdit Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Bapak Rahmat Triyono selaku Kepala
Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG (Badan Meteorologi Klikmatologi dan
Geofisika), Bapak Suprayoga Hadi
selaku Perencana Ahli Utama, Kedeputian Pengembangan Regional BAPPENAS dan Bapak Eko Yulianto selaku Kepala Pusat
Penelitian Geoteknologi LIPI yang dipandu oleh Bapak Y Tomi Aryanto selaku Direktur
PT Info Media Digital (tempo.co) yang bertindak sebagai moderator yang memandu
jalannya acara ini.
Acara Ecotalk yang digelar oleh
Tempo ini sengaja membahas tentang bencana alam, terkait tsunami. Hal ini
dilakukan mengingat isu tentang bencana alam seringkali hanya muncul ketika
bencana itu terjadi. Untuk itu, pada kesempatan ini, Tempo sengaja membahas
masalah bencana dan bagaimana meminimalisir bencana tersebut sebelum bencana
itu datang.
Kita semua tahu, bahwa tsunami merupakan
salah satu bencana alam yang begitu menakutkan, terlebih Indonesia merupakan
negara yang berlokasi di kawasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik sehingga memiliki potensi
akan terjadi berbagai bencana alam yang bisa mengancam setiap saat termasuk
gempa dan tsunami.
Selain itu, manfaat alat-alat
canggih dan teknologi terkait gempa dan tsunami sayangnya belum banyak
diketahaui oleh masyarakat karena kurangnya informasi terkait fungsi alat
tersebut, maka diperlukan forum seperti Ecotalk ini untuk mengedukasi masyarakat
Indonesia dalam meminimalisir segala kerugian yang disebabkan oleh bencana
gempa dan juga tsunami.
Maka kehadiran acara ini
diharapkan bisa menjadi wadah yang tepat untuk mengedukasi masyarakat Indonesia
dengan informasi-informasi yang benar agar lebih siap dan sigap dalam
menghadapi bencana sehingga bisa meminimalkan kerugian yang disebabkan bencana
gempa dan tsunami tersebut.
Potret hancurnya perumahan akibat diguncang gempa |
Hal ini perlu dilakukan mengingat
bencana alam gempa dan tsunami merupakan bencana alam yang begitu mengerikan karena
mampu meluluhlantakan apapun dalam sekejap, dan menyebabkan kerugian yang tidak
sedikit, namun pada kenyataannya kita masih sering lupa dan abai akan hal itu.
Senada dengan itu, Bapak Berton Panjaitan yang meneliti
pasca tsunami Mentawai 2010 dan Aceh 2004 menjelaskan bahwa bencana yang pernah
tejadi menjadi pembelajaran yang tak pernah dipakai. “Masyarakat kita seolah
pelupa, padahal telah mengalami suatu yang traumatik. Pengalaman kita di Aceh,
warga tetap kembali ke pantai, padahal tsunami bisa sewaktu-waktu terjadi
lagi,” ujarnya.
Ya, memilih hidup di pesisir
pantai memang tidak salah, namun kita harus memikirkan keselamatan kita juga, karena
jika ditelisik dari berbegai peristiwa tsunami yang terjadi, masih banyak
masyarakat kita yang memilih kembali hidup di tepi pantai padahal tsunami bisa
saja kembali menerjang daerah tersebut.
Alasan karena tidak tahu harus
pergi kemana lagi untuk bermukim, kerap menjadi pembenaran kenapa masyakat
kembali hidup di tepi pantai. Hal ini tentu menjadi perhatian pemerintah,
bagaimana mengatur hal ini, agar masyarakat bisa menjauh dari bibir pantai yang
tidak menutup kemungkinan bisa diterjang tsunami lagi.
“Amankah Jakarta dari Tsunami?”
Dan acara Ecotalk kali ini
sengaja mengangkat tema “Amankah Jakarta dari Tsunami?” mengingat begitu banyak
rangkaian tsunami yang terjadi di negeri ini, terlebih belum lama ini tsunami baru
saja menimpa Banten dan Lampung dengan memakan korban yang tak sedikit.
Lantas, bagaimanakah dengan ibu
kota dari negeri kita tercinta ini, “Amankah Jakarta dari Tsunami?” pertanyaan
ini sekaligus menjadi keresahan dan kekhawatiran bagi banyak orang, mengingat
Jakarta merupakan wilayah yang juga dilingkupi oleh lautan.
Hal ini dijelaskan oleh Bapak Suprayoga Hadi bahwa bila perencanaan
wilayah dan tata ruang yang ada di Jakarta dilakukan dengan benar maka Jakarta akan
aman dari tsunami, sebab perencanaan wilayah dan tata kota bisa diaplikasikan
sebagai kesiapan menghadapi bencana.
“Kesiapsiagaan terhadap bencana
adalah suatu kewajiban, bagaimana kita bisa mengurangi risikonya, itu semua
bisa direncanakan. Jika pertanyaannya Jakarta amankah dari bencana? Jika
direncanakan dengan baik tata kotanya, bisa jadi aman,” Ujar Bapak Suprayoga.
Amankah Jakarta dari ancaman Tsunami? - Doc. Cristiandel76 (pixabay) |
Jadi, untuk mencegah banyaknya
korban akibat bencana tsunami, maka salah satunya adalah dengan melakukan
perencanaan wilayah dan tata ruang yang baik. Misalnya, adanya aturan yang
jelas dan juga tegas dari pemerintah selaku pemegang wewenang untuk melarang
pembangunan di sekitar pantai dengan jarak tertentu.
Selain itu, konstruksi bangunan
harus memiliki rancangan yang kuat dan anti gempa, agar tidak mudah rusak bila
bencana terjadi, terlebih seperti di Jakarta yang memiliki struktur tanah yang
lunak dan rawan terjadi gempa ini, terlebih untuk bangunan bertingkat ang lebih
dari 7 lantai.
Dan yang juga harus diperhatikan
adalah pengelolaan tata ruang yang ada di kota Jakarta harus diaplikasikan
dengan benar, seperti dengan menaruh berbagai alat pendeteksi sensor gempa dan
peringatan dini adanya tsunami, supaya masyarakat cepat aware bila terjadi
bencana.
Kemudian kita pun harus membangun
tembok atau dinding anti tsunami yang kokoh di tempat yang berpotensi tsunami,
sehingga terjangan gelombang akibat tsunami bisa diminimalisir menerjang tempat
pemukiman warga.
Terkait hal ini, Bapak Rahmat Triyono juga mengungkapkan
bahwa BMKG belum membuat permodelan tentang kemungkinan Jakarta terkena bencana
tsunami. Namun menurutnya jika terjadi gempa yang memicu tsunami dengan
kekuatan dahsyat di Selat Sunda, Jakarta mungkin juga terkena dampaknya.
Sebab, ketidakamanan Jakarta dari
dampak tsunami sebenarnya lantaran perencanaan tata kota yang tidak sesuai.
Kondisi pantai Jakarta tidak sesuai lagi dengan tata ruang yang ada. Jadi bisa
disimpulkan, meski Jakarta tidak dekat dengan pusat potensi gempa dan tsunami,
tetapi bisa saja terkena dampaknya jika tsunami dahsyat terjadi di Selat Sunda.
Tips Menghadapi Gempa & Tsunami
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa
bencana alam gempa dan tsunami merupakan bencana alam yang memiliki resiko yang
sangat besar, sehingga tidak sedikit dari kita akan panik jika dihadapkan dalam
kondisi seperti ini.
Untuk itu, kita harus menanamkan
dalam diri kita untuk selalu bersikap siaga terhadap bencana, hal ini juga
harus ditanamkan kepada nggota keluarga kita. Bahkan, menurut Bapak Eko Yulianto, untuk
penanggulangan bencana gempa ini, kita harus memiliki setidaknya satu ruangan
yang aman dalam rumah kita sebagai tempat berlindung jika terjadi bencana
gempa.
Dan sebaiknya kita selalu
membiasakan diri untuk selalu memberikan edukasi dan simulasi kepada anggota
keluarga kita, terutama anak-anak kita supaya mereka tahu cara melakukan
evakuasi mandiri ketika dihadapkan oleh bencana gempa ataupun tsunami. Misalnya
menyuruh anak-anak untuk berlindung di bawah meja atau berlari ke tempat
tertinggi untuk menyelamatkan diri bila terjadi tsunami.
Saking kencangnya gempa Sulawesi Tengah sampai menghancurkan jalanan seperti ini - Doc. Dompet Dhuafa |
Sejalan dengan itu, Bapak Rahmat
Triyono juga menuturkan bahwa masyarakat harus sadar akan pentingnya hal-hal
yang harus dilakukan saat gempa dan tsunami. Untuk itu, tidak ada salahnya
masyarakat untuk menginstall aplikasi WRS-BMKG di handpone kita supaya bisa
mengetahui info gempa dan tsunami yang terjadi dengan mudah dan cepat.
Selain itu, saat terjadi gempa ataupun tsunami, kita kerap juga
dihadapkan oleh berbagai isu-isu susulan yang datang. Untuk itu, kita harus
tetap bersikap tenang, jangan gampang terpancing dengan berita yang belum jelas
kebenarannya, dan jangan sampai kita ikut menyebarkan berita yang tidak pasti
alias hoax tersebut.
Nah, untuk lebih jelasnya,
berikut ini ada beberapa tips yang bisa kita lakukan ketika menghadapi gempa
agar terhindar dari potensi bahaya yang merugikan diri kita, yaitu sebagai
berikut:
- Jangan panik, sebab rasa panik akan membuat kita tidak bisa fokus dan tidak bisa berpikir dengan jernih. Jadi tetap usahakan tenang supaya kita bisa berpikir dengan baik agar bisa mencari solusi sebagai jalan terbaik di tengah bencana tersebut.
- Jika sedang dalam ruangan, maka kita harus melindungilah kepala kita, misalnya dengan sembunyi di bawah kolong meja atau tempat tidur.
- Kemudian sebaiknya cepat keluar dari ruangan, jangan menggunakan lift, tapi gunakan tangga darurat saja, lalu secepatnya menuju ke ruang terbuka seperti lapangan dan jauhi bangunan tinggi, tembok, tiang atau pusat listrik, papan reklame, serta pohon.
- Jika dalam kendaraan, sebaiknya hentikan kendaraan dan hindari berada di bawah jembatan ataupun pun berada di atas jembatan.
- Jika ada di alam terbuka, secepatnya hindari lereng dan jurang, serta bersikap waspada terhadap reruntuhan batu atau tanah longsor, terlebih bila kita berada di kawasan pegunungan. Dan jika kita di pantai, sebaiknya secepat mungkin menghindari bibir pantai dan segera mencari tempat yang lebih tinggi untuk terlindung.
Akan tetapi, bila kita merasa
gempa tersebut akan menimbulkan tsunami, maka kita harus waspada dan sigap
dengan melakukan tips berikut ini:
- Jelas jangan panik, tetap harus tenang agar bisa tetap berpikir jernih
- Pergi ke dataran yang lebih tinggi, namun jika tidak memungkinkan maka kita harus mencari gedung dengan konstruksi yang kuat dan bertingkat.
- Jika kita terseret arus air akibat tsunami, sebaiknya jangan panik, usahakan jangan banyak menelan air laut, usahakan wajah kita tetap berada di atas permukaan air untuk bernafas. dan cobalah untuk mencari benda apapun seperti pohon, papan atau apapun yang bisa kita gunakan untuk mengapung.
Semoga dengan sedikit tips ini akan bisa memberi bantuan
kepada kita supaya bisa tetap selamat dari bencana gempa dan tsunami. Untuk
itu, jangan pernah ragu untuk selalu memberikan tips atau arahan semacam ini
kepada anak-anak dan anggota keluarga kita yang lainnya, supaya mereka bisa mengetahui
cara bersikap yang benar bila terjadi bencana.
Ya, meski semua kembali lagi, takdir hidup setiap orang
tidak ada yang tahu, namun sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu berusaha melakukan
yang terbaik untuk bertahan hidup. Bencana yang hadir tidak bisa dicegah karena
itu kuasa alam, akan tetapi kita harus berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa
harus menyalahkan bencana itu sendiri. Dan mari kita banyak berdoa, semoga segala bencana alam tidak lagi terjadi di negeri ini dengan memakan banyak korban jiwa seperti bencana-bencana sebelumnya. Aamiin...
No comments:
Post a Comment