Ada rasa sedih yang tiba-tiba hadir
memeluk hati saya, kala saya menelusuri satu per satu potret yang memajang duka
yang pernah dirasakan oleh negeri ini. Sungguh luar biasa banyak bencana yang
terjadi belakangan ini, seolah Ibu Pertiwi tak pernah berhenti dirundung
duka yang menguras air matanya.
Berbagai bencana alam terjadi di
Indonesia begitu beruntun, belum usai luka di daerah yang satu, daerah lain pun
kemudian dirundung duka yang tak kalah parah, sehingga tak terhitung lagi
jumlah nyawa dan harta benda yang hilang karena berbagai bencana ini.
Dan masih segar di ingatan saya
tentang salah satu bencana yang terjadi di ujung tahun 2018 silam, tentang
bagaimana tsunami mengguncang Selat Sunda sehingga memorak-porandakan
beberapa lokasi di Pandeglang Banten dan juga di daerah Lampung, meski saya
tidak berada di sana secara langsung, namun kabar duka yang saya dengar dan lihat di media sosial dan media massa mampu
menyeret hati saya untuk ikut merasakan duka yang dalam juga.
Beberapa barang korban bencana dan juga potret kejadian bencana alam yang terjadi dari hasil oto para juru kamera Dompet Dhuafa |
Semakin lama saya memandang potongan
demi potongan foto yang dipajang di ruang pameran Jakarta Humanity Festival
(JHF) ini, membuat saya tak sanggup memendung haru yang hadir menyelimuti hati
saya. Melihat wajah-wajah penuh kesedihan, bangunan-bangunan hancur berantakan,
jalanan-jalanan retak tak beraturan, rumah-rumah hancur rata dengan tanah, dan
berbagai faslitas umum yang rusak parah, sungguh hati perih melihat luka yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang tertimpa bencana.
Foto-foto yang terpampang di
berbagai dinding ruangan ini merupakan berbagai potongan gambar bencana yang
terjadi diberbagai daerah, seperti di Lombok, Palu, Sigi, Donggala, Lampung,
Banten dan Sukabumi yang diabadikan oleh para fotografer Dompet Dhuafa
yaitu Mas Dhika Prabowo, Dedi Fadlil, Zulfana, Eka Suwandi, Taufan Y.N, dan
Pundhi Vito.
Mas Dhika menceritakan kisah di balik setiap foto yang ada di berbagai lokasi bencana |
Kebetulan saya sempat bertemu dan
ngobrol sejenak dengan Mas Dhika terkait foto-foto yang ada di pameran ini. Dari
Mas Dhika saya mendapatkan banyak cerita terkait momen-momen di balik setiap
peristiwa bencana yang terjadi di berbagai daerah, dan semuanya mengundang
nurani kita untuk tak henti merasakan empati yang dalam bagi warga lain yang
tertimpa bencana.
Ya, potret suasana yang tertangkap
kamera dan cerita dari Mas Dhika yang melihat langsung berbagai bencana yang
terjadi membuat saya sadar, betapa kecil dan lemahnya kita sebagai manusia, tak ada
yang abadi di dunia ini, semua bisa sirna seketika dalam sekejap bila Allah
sudah bertitah, seperti kejadian di Kampung Petobo - Palu yang tiba-tiba hilang ditelan
lumpur akibat fenomena Likufaksi. Jujur saya merinding saat mendengar
ceritanya.
Saya tak sanggup berlama-lama
menatap semua gambar-gambar itu, ada rasa sedih dan juga takut yang tiba-tiba
saya rasakan. Makanya saya memutuskan untuk berpamitan dengan Mas Dhika dan langsung
menuju ruang talkshow yang bersebelahan dengan ruangan pemeran ini.
Usai melihat pameran berupa foto-foto
terkait bencana yang terjadi belakangan ini, ada banyak rangkaian acara lain
juga yang di gelar dalam Jakarta Humanity Festival (JHF) tahun 2019 ini. Namun
apakah ada teman-teman yang belum tahu apa itu Jakarta Humanity Festival (JHF)?
Jadi, Jakarta Humanity Festival (JHF) ini merupakan sebuah event yang
diprakarsai oleh Dompet Dhuafa yaitu sebuah gerakan semangat untuk menyadarkan
masyarakat akan pentingnya merespon isu kemanusiaan di lingkungan sekitar yang
terjadi akhir-akhir ini dengan kebaikan sehingga jangan sampai ketidakpedulian,
ketidakpekaan, dan kekurangtahuan masyarakat tentang isu sosial jadi pemicu
hilangnya rasa kemanusiaan.
Untuk itu, kehadiran #JakHumFest2019
ini diharapkan akan menjadi ajang pertemuan bagi masyarakat terutama anak-anak
muda yang tertarik dengan kegiatan sosial, baik relawan, public figur,
komunitas, lembaga, hingga sociopreneur yang nantinya akan saling bertukar
semangat kemanusiaan, kepedulian, serta bergagas solusi atas
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan kemanusiaan dengan tujuan
sebuah perubahan positif di masa depan.
Makanya melalui event awal tahun
dari Dompet Dhuafa ini, maka diharapkan mengajak semua pihak untuk saling
menebarkan nilai-nilai kebaikan untuk perubahan respon manusia di dalam isu
sosial seperti yang terjadi belakangan ini.
Jadi acara yang digelar secara
Gratis di Loop Station, Kawasan Blok M – Jakarta Selatan selama seharian dari
pagi hingga malam ini berisi berbagai diskusi menarik dan juga sajian musik
yang menyentuh sehingga diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk semakin sadar
akan pentingnya merespon isu kemanusiaan di lingkungan sekitar dalam menghadapi
sebuah bencana.
Nah, untuk itu, acara ini dikemas
sangat menarik dengan menghadirkan berbagai segmen acara yang akan memberikan
wawasan dan juga pengalaman bagi masyarakat yang datang di acara ini, di
antaranya sebagai berikut:
WORKSHOP
Sesi Workshop ini merupakan sesi
yang menjadi ruang gerak bagi masyarakat yang hadir di acara ini untuk mendapatkan
informasi, ilmu dan juga bisa sekaligus mengespresikan kreatifitas yang ada
dalam dirinya dengan mengumpulkan manfaat yang bisa manusia berikan untuk
lingkungan.
Acara pagi itu dibuka dengan sebuah
sharing session oleh Mas Syamsul
Ardiansyah yang merupakan salah satu aktivis kemanusiaan yang sekaligus
merupakan manager recovery dan lingkungan dari Dompet Dhuafa yang membahas
sebuah topik dengan tema “What's on
Earth Today?” agar kita bisa mengetahui tentang kondisi lingkungan saat
ini.
Pada kesempatan ini, Mas Syamsul
menjelaskan tentang bagaimana bencana demi bencana yang terjadi, khususnya
berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini. Dimana trend bencana yang terjadi sejak tahun 2009 sampai 2018 kemarin secara umum terus meningkat, bahkan hingga 14 Desember 2018 yang lalu, tercatat telah terjadi kejadian bencana sebanyak 2426 kejadian bencana.
Dan bencana banjir, tanah longsor serta angin puting beliung masih mendominasi berbeagai bencana yang ada. Dimana bencana yang terjadi ini
karena adanya perubahan iklim, kondisi lingkungan dan tentu saja tak lepas dari
peran manusia yang ada di bumi ini.
Dan harus kita sadari, bahwa daya
dukung lingkungan semakin hari semakin merorot. Untuk itu, segala sumber energi yang kita nikmati saat
ini adalah hak dari generasi yang akan datang, makanya kita sebenarnya meminjam
segala sumber energi yang ada seperti air, udara, tanah dan segala yang kita
nikmati saat ini dari generasi yang akan datang. Makanya jangan sampai rusak
semua tatanan lingkungan dan alam yang ada supaya bisa tetap dinikmati oleh
generasi yang akan datang.
Nah, salah satu cara merawat
lingkungan ini agar tidak cepat rusak yang bisa dilakukan oleh manusia yaitu
bagaimana memperlakukan sampah, karena tidak bisa kita pungkiri bahwa salah
satu yang menyebabkan lingkungan rusak adalah banyaknya sampah yang mengotori
lingkungan sehingga menjadi salah satu penyebab hadirnya bencana alam seperti
banjir.
Mba Ratri mengjarkan kami mengolah sampah gelas plastik menjadi barang yang bisa digunakan kembali melalui kreasi doodle, seru loh bikin doodle ini. |
Untuk itu, dalam acara ini tampak
hadir juga Mba Ratri E. Rahayu yang
akan mengajarkan kita tentang bagaimana mengolah sampah menjadi barang yang
bisa terpakai kembali dengan tema “Remake & Reuse The Coffee Cup”.
Kita mungkin kerap menggunakan gelas
plastik untuk menikmati minuman dan gelas ini biasanya setelah minumannya habis
maka akan berakhir di tong sampah. Namun di tangan Mba Ratri, gelas bekas ini
bisa disulap menjadi gelas cantik dan bisa digunakan kembali, dimana caranya,
gelas tersebut dihiasi dengan kreasi doodle yang cantik.
Dan kami yang hadir dalam acara ini
pun diajarkan untuk membuat doodle sesuai keinginan kami pada media gelas bekas
tersebut. Ternyata seru juga ya membuat doodle seperti ini, sangat menarik
karena membuat saya seolah menemukan media baru untuk melampiaskan daya kreatif
yang mungkin selama ini terpendam, bahkan cara ini sangat seru untuk meredam
stress loh menurut saya. Seru!
Ini kreasi doodle art yang saya buat, asli berantakan tapi menang loh, iya dipilih sama juri karena beruntung hahaha |
Jadi gelas bekas ini, selain bisa
digunakan kembali sebagai pot untuk menanam tanaman, tetapi setelah kita
kreasikan dengan doodle seperti ini bisa kita gunakan kembali menjadi wadah
untuk menyimpan berbagai barang, seperti menyimpan alat-alat tulis, menyimpan
peniti, menyimpan jarum dan berbagai benda kecil lainnya sehingga lebih rapid
an tidak mudah tercecer.
Itu hanya salah satu contoh
bagaimana cara kita mengolah kembali sampah yang ada di sekitar kita agar
lingkungan tetap bersih dan bebas dari sampah sehingga berbagai bencana banjir
yang terjadi akibat tertutupnya saluran air oleh sampah tidak terjadi lagi, dan
sekaligus menimalisir berbagai penyakit dan bau busuk yang bisa mengancam
kesehatan manusia.
HUMANITALK
Humanitalk ini merupakan sesi yang menjadi ruang bicara
untuk berbagi pengalaman, inspirasi, dan pengetahuan tentang isu kemanusiaan
dari orang-orang yang memang memiliki peran dan sangat konsen dengan lingkungan
dalam kaitannya dengan bencana.
Untuk itu, dalam sesi ini tampak hadir Bapak Agus Wibowo selaku
Kepala Pusat Pendidikan Dan Latihan Penanggulangan Bencana BNPB, dan ada juga Bapak
Arifin Asyhad selaku Pemimpin Redaksi Kumparan, dan turut hadir Mba Citra
Natsya selaku founder House of Perempuan.
Pada kesempatan ini, Bapak Agus Wibowo menuturkan bahwa hadirnya
sebuah bencana itu adalah takdir, kita tak bisa menghindarinya jika memang itu
harus terjadi, sebab dimanapun kita berada pasti akan mengalami bencana jika
itu adalah takdir.
Namun sebagai manusia, tak ada salahnya jika kita untuk
berusaha agar bisa meminimalisir segala kemungkinan yang terjadi dengan
melakukan hal-hal berikut:
- Kenali bahayanya, yaitu suatu sikap yang harus kita miliki agar kita bisa mencegah atau menghindari bahaya yang terjadi akibat dari sebuah bencana yaitu dengan mengenali bahaya yang kerap melanda tempat tersebut agar meminimalisir kerugian yang terjadi.
- Kurangi resikonya, yaitu memahami tentang bagaimana cara mengurangi resiko bila terjadi bencana. Misalanya, jika kita tinggal di tempat yang rawan banjir atau tepi pantai maka kita harus bisa mengetahui seperti apa tanda-tanda akan hadirnya banjir, dan kita pun harus memiliki konsep rumah yang bertingkat untuk melindungi diri dan barang-barang berharga.
- Selalu siap siaga, yaitu suatu sikap mawas diri harus selalu ada dalam diri seseorang karena kita tak akan pernah tahu kapan bencana akan terjadi, jadi sebisa mungkin kita siap siaga sebagai langkah awal untuk menyelamatkan diri dari bencana yang menghampiri.
Selanjutnya, ada Bapak Arifin yang menjelaskan tentang peran
media dalam memberikan informasi tentang sebuah kondis bancana yang terjadi
dengan benar dan uptodate dengan tetap harus bisa dipertanggung jawabkan.
Jadi, media dalam mewartakan segala berita dan informasi
terkait bencana bukan hanya sekadar meliput peristiwa tetapi juga harus bisa
mengawal segala proses yang terjadi sampai rehabilitasi maupun rekonstruksi
yang dilakukan oleh pemerintah atau pihak lain dalam memulihkan lokasi bencana
tersebut.
Untuk itu, kehadiran media pada prinsipnya mempunyai tanggung
jawab untuk selalu memberikan berbagai informasi tentang bencana yang terjadi,
sehingga masyarakat umum pun bisa lebih cepat tanggap dan belajar untuk
menghadapi bila ada bencana yang datang.
Dan tak ketinggalan pada kesempatan ini, Mba Citra pun
menjelaskan tentang peran serta perempuan dalam menghadapi dan juga menaggulangi
bila terjadi bencana, misalnya dengan mengetahui potensi diri sebagai perempuan
tanpa melupakan kodratnya sebagai perempuan.
Jadi, kaum perempuan diharapkan tidak membatasi dirinya
karena “gander” yang selalu mengindentikan kaum perempuan itu feminism dan
lemah, justru kaum perempuan harus menunjukan sisi kuatnya dalam menghadapi
berbagai masalah seperti bila terjadi bencana. Perempuan harus tetap kuat dan
tangguh.
SOUND
OF HUMANITY
Nah, untuk sesi yang ini merupakan ruang
suara yang mengajak seluruh para masyarakat yang hadir di acara JakHumFest ini untuk
menikmati sajian musik dan hiburan dengan tetap berefleksi pada rasa kepedulian
bagi banyak penyintas bencana yang butuh uluran tangan kita bersama.
Namun saya pribadi tidak semmpat
menikmati sesi ini karena kebetulan saya harus pulang karena ada urusan lain.
Padahal dalam sesi ini akan hadir berbagai musisi keren seperti Anau Band,
Senar Senja, Hanggini, Chikita Fawzi dan Pusakata.
Untuk sesi ini digelar mulai sekitar
jam setengah tujuh malam hingga jam Sembilan malam. Namun saat saya pulang
sekitar jam 4 sorean, jumlah masyarakat yang hadir di acara ini semakin banyak,
dan sepertinya mereka ingin menikmati persembahan suara-suara merdu yang dipersembahkan
oleh para musisi hebat ini untuk menutup rangkaian acara JakHumFest 2019 yang digelar
sepanjang hari tersebut.
***
Menurut saya acara Jakarta Humanity
Festival ini sungguh sangat "seru" karena mampu mengajarkan kita tentang menyelami duka bencana dengan cara yang beda, semoga acara ini bisa menjadi acara rutin
tahunan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa sehingga semakin banyak lagi
masyarakat yang sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan hidup dan siaga
dalam menghadapi berbagai bencana yang akan terjadi.
Terima kasih Jakarta Humanity
Festival atas segala ilmu dan pengalaman seru yang saya dapatkan di acara ini,
sehingga memperkaya wawasan saya terutama untuk lebih mencintai lingkungan dan meningkatkan
awareness saya dan anak-anak muda lainnya dalam menghadapi berbagai isu kemanusiaan dan bencana yang
terjadi di sekitar kita. Jadi, mari
pelihara alam agar kita dapat memiliki masa depan yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment