Monday, October 8, 2018

Lindungi Remaja dari Cyber Bullying




Generasi muda yang sehat adalah aset yang sangat berharga dari sebuah bangsa. Untuk itu, menjaga para generasi muda untuk selalu tumbuh menjadi generasi yang sehat adalah tanggung jawab kita bersama, mulai dari orang tua hingga pemerintah yang memangku kekuasaan dalam sebuah negara.


Namun sehat dalam hal ini bukan saja mencakup sehat secara ragawi, namun juga harus sehat secara mental, spiritual dan juga sehat secara sosial. Hal ini sudah jelas diatur dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang memberikan pengertian bahwa “Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu tidak akan ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa.”

Jadi sangat jelas dari pengertian di atas, bahwa kesehatan tanpa jiwa itu hanyalah raga yang kosong dan tak ada artinya. Makanya melalui momentum Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2018 ini, World Federation of Mental Health (WFMH) menetapkan fokus perayaan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada generasi muda dan dampak dari perubahan dunia pada generasi muda.

Untuk itu, pada tanggal 02 Oktober 2018 kemarin, Kementerian Kesehatan RI menggelar talk show yang mengangkat tema “Generasi muda yang bahagia, tangguh dan sehat jiwa menghadapi perubahan dunia” dengan menghadirkan Dr. dr. Fidiansjah, SpKJ, MPH selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Raga Kementerian Kesehatan RI dan dr. Eka Viora, Sp.KJ selaku Ketua PDSKJI Pusat yang dipandu oleh Bapak Indra Rizon, SKM, M.Kes sebagai moderator.
Talk show dalam rangakian peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dengan narasumber (Kiri - Kanan): dr. Eka - dr. Fidiansjah - Bpk. Indra
Acara ini hadir dalam rangkaian untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2018 yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober yang bermaksud mengajak masyarakat khususnya para orang tua untuk selalu memperhatikan tumbuh kembang anak-anaknya terutama yang saat ini tengah beranjak remaja baik secara fisik maupun mentalnya.

Remaja merupakan fase peralihan dari anak menuju dewasa sehingga terjadi banyak perubahan. mulai dari perubahan secara fisik, hormonal, kognitif atau kecerdasan, emosi dan perilaku. Maka dengan proses masa transisi tersebut, ternyata, cukup banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan.

Dan kita semua tahu, bahwa kesehatan mental adalah sesuatu yang kurang terlihat secara nyata namun sebenarnya mempunyai porsi yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Untuk itu, peran orang tua sebagai lingkungan paling dekat dengan dunia remaja sangat penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Bahkan dari sebuah artikel yang pernah saya baca, mengungkapkan bahwa WHO menyatakan 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi pada remaja hingga sebelum usia 24 tahun. Namun dalam berbagai kasus, ternyata akibat paling parah dari gangguan mental yang dialami oleh para remaja ini adalah berujung pada bunuh diri.

Untuk itu, penting bagi kita untuk mengenali tanda-tanda jika remaja memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya, antara lain: Perubahan mood yang sangat cepat, suka menarik diri dari banyak orang, terjadi penurunan nilai akademik, ada perubahan intensitas makan, ada perubahan durasi tidur, terlihat seperti kehilangan minat atau tidak bergairah, tidak berenergi dan suka marah-marah.

Dan masalah mental yang terjadi ini salah satunya menyebabkan depresi yang disebabkan oleh banyak hal seperti: adanya masalah dengan orang lain, berkelahi dengan teman, mengalami kekerasan, sakit fisik, menjadi korban bullying atau juga karena kematian anggota keluarga dan teman dekat.

Bahkan saat ini, salah satu yang menjadi tantangan dan perhatian serius kita semua adalah bagaimana mengontrol para generasi muda di era milenial ini yang menghabiskan lebih banyak waktu mereka di internet (jagad maya) sehingga menyebabkan mereka rentan mengalami kejahatan cyber, cyber bullying, atau bahkan kecanduan video games yang bertemakan kekerasan.

Untuk itu, sedikit akan saya ulas terkait cyber bullying karena kita semua sadar, anak-anak remaja kita saat ini tumbuh dan berkembang tidak jauh dari dunia internet sehinga mereka akan sangat rentan dengan cyber bullying ini.

Cyber Bullying Dekat Dengan Dunia Remaja

Tidak bisa kita pungkiri, saat ini cyber bullying sangat rentan dengan dunia remaja saat ini, terlebih belakang ini, akses internet bagi anak-anak remaja begitu sangat mudah, dimana berbekal smartphone dan internet maka mereka bisa berselancar dengan mudah di internet.

Dan cyber bullying ini sangat merajalela di sosial media, bahkan menurut Lembaga anti-bullying Ditch the Label mengungkapkan bahwa tindakan intimidasi di dunia maya paling sering terjadi di Instagram, dimana disebutkan bahwa biasanya pada kolom komentar postinganlah yang dijadikan sebagai alat utama untuk penyerangan yang bersiat bullying tersebut.

Namun ternyata, selain di Instagram, rupanya Facebook juga sering digunakan sebagai media untuk menyerang seseorang atau sekelompok orang dengan melakukan cyber bullying dengan cara membagikan foto dan video serta komentar yang bisa menyudutkan orang lain.

Dimana pada umumnya, penyebab dari bullying sendiri sangat beragam. Namun biasanya, bullying muncul karena korban dianggap berbeda dengan keadaan yang umum dari kondisi di sekitarnya. Misalnya, ada hal-hal yang membuatnya tampak aneh atau tidak sesuai dengan lingkungan sekitarnya.

Namun cyber bullying ini sifatnya sangat beragam, biasanya merupakan tindak intimidasi, penganiayaan atau pelecehan yang dilakukan dengan disengaja melalui Internet yang kerap dialami oleh anak-anak dan remaja yang pada akhirnya akan berujung pada depresi bagi anak-anak remaja yang tidak kuat dengan cyber bullying ini.

Untuk itu, peran orang tua sangat penting dalam hal ini, yaitu bagaimana orangtua memberikan pemahaman kepada anak-anaknya tentang penggunaan internet dan media sosial yang baik itu seperti apa. Selain itu, orangtua pun sebaiknya selalu  mengawasi anak-anaknya dalam mennggunakan internet, sebab pada dasarnya cyber bullying itu terjadi pada anak-anak yang senang menggunakan internet dan main sosial media, dan jangan sampai anak-anak kita menjadi pelaku bullying atau juga korban bullying karena terkadang bullying itu memiliki dampak yang hebat dan sangat melekat pada diri korbannya.

Dampak dari Cyber Bullying

Cyber bullying memiliki dampak yang luar biasa bagi korbannya. Dimana seseorang yang menjadi korban dari cyber bullying ini akan menderita emosi negatif seperti merasa sedih, merasa tidak berdaya, suka marah-marah, dan dendam yang dalam bahkan efeknya juga membekas dalam jangka panjang,

Hal ini memberikan kemungkinan pengaruh lebih besar terhadap konsep diri si korban, terutama bila bullying tersebut membuat dia merasa malu maka akan berdampak pada konsep dirinya menjadi sangat negatif, yaitu tidak hanya merasa terpinggirkan secara psikologis, namun dalam interaksi sosial pun korban akan merasa minder dan menjadi pribadi yang sangat tertutup.

Dimana dampak dari bullying ini akan membuat korbannya merasa rendah diri, takut, malu, menarik diri dari pergaulan, pendiam, dan sebagainya. Bahkan, bullying bisa menyebabkan seseorag menjadi depresi.

Bahkan menurut Riset yang dilakukan National Institute of Occupational Health mengugkapkan bahwa dampak paling parah dari bullying adalah menyebabkan korbannya melakukan bunuh diri. Sebabnya, bullying bisa memicu depresi, gangguan jiwa yang berhubungan erat dengan kecenderungan untuk bunuh diri.

Dimana dalam penelitian yang melibatkan 1.850 partisipan tersebut, terungkap bahwa secara umum, 4,2 hingga 4,6 persen partisipan mengaku pernah mengalami bullying. Dan dari partisipan yang pernah mengalami bullying tersebut, terdapat sekitar 3,9 sampai 4,9 persennya memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Tampak hasil dari peneliti tersebut mengungkapkan bahwa bullying bisa menyebabkan bunuh diri karena korbannya merasa terkucilkan dan seolah tak ada gunanya untuk hidup lagi. Dimana korban yang merasa terkucilkan ini akhirnya mengalami depresi, dan memilih bunuh diri sebagai jalan keluar dari keadaan kesepian dan putus asa yang dirasakannya.

Namun parah atau tidaknya dampak dari cyber bullying ini, semua tergantung intensitas emosi yang dialami seseorang akibat bullying tersebut. Ada anak-anak yang lebih siap (antisipasi) dan lebih matang kondisi jiwanya, tentu mereka juga akan lebih mampu menangkal emosi negatif saat bullying terjadi, dan kedewasaan sikap anak-anak dalam menangkal bullying ini biasanya dipengaruhi oleh pola asuh dan didikan dari orang tuanya, sekolah dan lingkungan ia tumbuh.

Cara Pencegahan Cyber Bullying

Konon, dari hari ke hari jumlah korban bullying yang terjadi di ranah media sosial semakin meningkat, dan dampaknya sungguh sangat menyeramkan seperti yang diungkapkan di atas yaitu bisa membuat seorang anak mengalami depresi, bahkan berujung pada bunuh diri.

Untuk itu, ada tiga cara mudah yang bisa kita lakukan untuk menangkal serangan cyber bullying yang bisa kita tanamkan pada diri anak-anak remaja kita, yaitu sebagai berikut:
  • Jangan Respons, jadi jika ada komentar yang bersifat intimidatif, mencaci, mengejek, menghina, dan mencela ataupun yang bikin hati tidak senang maka jangan respon atau menjawab komentar tersebut, anggap saja tidak ada komentar tersebut, sebab jika kita bereaksi, maka pelaku bullying akan puas dan terus-menerus melakukan hal tersebut.
  • Jangan Balas Dendam, berat namun percayalah tak ada untungnya menimbun rasa dendam, biarkan saja masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Kita anggap saja ujaran kebencian dari orang tersebut sebagai angin lalu, dan kita tidak perlu membalasnya, sebab jika kita membalas secara terang-terangan, maka pelaku bullying ini akan terus mencari "sekutu" pem-bully yang baru untuk menyerang kita lagi.
  • Simpan Bukti Cyber bullying, Nah jika kita sudah sangat resah dengan segala hinaan yang dilakukan orang lain terhadap kita, maka kita bisa meng-capture bukti bullying yang dilakukan orang tersebut di media sosial, baik itu teks, foto, atau komentar buruk agar bisa ditunjukkan ke pihak berwenang, nanti biar diproses secara hukum saja.

Namun, lagi-lagi peran dari orang tua di sini begitu besar untuk turut aktif dalam menjaga buah hatinya dari kasus cyber bullying ini. Untuk itu, orang tua harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anaknya supaya mereka bisa selalu terbuka kepada orang tuanya tentang apa saja yang menimpanya baik di kehidupan nyata maupun dalam pergaulannya di dunia maya.

Dan khusus untuk anak-anak yang masih di bangku sekolah dasar atau anak-anak di tingkatan SMP yang memang belum terlalu butuh dengan gadget dan internet maka sebaiknya orang tua tidak memberikan gadget untuk anak-anaknya, namun cukup dipinjamkan gadget yang ada dan hanya boleh digunakan pada waktu tertentu saja.

Selain itu, orang tua pun harus mau meluangkan waktu untuk selalu memonitor dan mendampingi anak-anaknya saat menggunakan gadget supaya bisa selalu tahu seperti apa penggunaan gadget pada anak-anaknya, terutama gadget tersebut digunakan untuk hal-hal apa saja, jangan sampai digunakan untuk membullying orang lain ataupun mengakses konten-konten yang memang belum sesuai dengan umur mereka. 

Jadi peran keluarga sangat penting dalam hal ini. Keluarga yang tidak memahami tantangan ini, kadang gagal memberikan pendampingan dan arahan bagi anak-anaknya. Padahal anak-anak yang gagal dalam menjawab tantangan zaman tersebut akan berada dalam bahaya yang cukup mengkhawatirkan, yaitu kemungkinan mengalami masalah kesehatan jiwa yang jika tidak dapat dideteksi dan ditangani secara dini maka bisa meningkatkan resiko timbulnya gangguan jiwa di kemudian hari.

Semoga melalui momentum Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2018 ini, kita beharap agar bisa memacu para keluarga untuk lebih memperhatikan dan mendampingi anak-anaknya dengan memberikan arahan yang benar melalui komunikasi yang baik untuk selalu menjadikan keluarga sebagai tempat yang hangat bagi pertumbuhan fisik, jiwa, spiritual dan sosial bagi anak-anak.

STOP BULLYING!!!

 

No comments:

Post a Comment