Generasi muda yang sehat adalah
aset yang sangat berharga dari sebuah bangsa. Untuk itu, menjaga para generasi
muda untuk selalu tumbuh menjadi generasi yang sehat adalah tanggung jawab kita
bersama, mulai dari orang tua hingga pemerintah yang memangku kekuasaan dalam
sebuah negara.
Namun sehat dalam hal ini bukan
saja mencakup sehat secara ragawi, namun juga harus sehat secara mental,
spiritual dan juga sehat secara sosial. Hal ini sudah jelas diatur dalam UU No.
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang memberikan pengertian bahwa “Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu tidak akan ada
kesehatan tanpa kesehatan jiwa.”
Jadi sangat jelas dari pengertian
di atas, bahwa kesehatan tanpa jiwa itu hanyalah raga yang kosong dan tak ada
artinya. Makanya melalui momentum Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2018 ini, World
Federation of Mental Health (WFMH) menetapkan fokus perayaan Hari Kesehatan
Jiwa Sedunia pada generasi muda dan dampak dari perubahan dunia pada generasi
muda.
Untuk itu, pada tanggal 02
Oktober 2018 kemarin, Kementerian Kesehatan RI menggelar talk show yang
mengangkat tema “Generasi muda yang bahagia, tangguh dan sehat jiwa menghadapi
perubahan dunia” dengan menghadirkan Dr.
dr. Fidiansjah, SpKJ, MPH selaku Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Raga Kementerian
Kesehatan RI dan dr. Eka Viora,
Sp.KJ selaku Ketua PDSKJI Pusat
yang dipandu oleh Bapak Indra Rizon,
SKM, M.Kes sebagai moderator.
Talk show dalam rangakian peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dengan narasumber (Kiri - Kanan): dr. Eka - dr. Fidiansjah - Bpk. Indra |
Acara ini hadir dalam rangkaian
untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2018 yang diperingati
setiap tanggal 10 Oktober yang bermaksud mengajak masyarakat khususnya para
orang tua untuk selalu memperhatikan tumbuh kembang anak-anaknya terutama yang
saat ini tengah beranjak remaja baik secara fisik maupun mentalnya.
Remaja merupakan fase peralihan
dari anak menuju dewasa sehingga terjadi banyak perubahan. mulai dari perubahan
secara fisik, hormonal, kognitif atau kecerdasan, emosi dan perilaku. Maka dengan
proses masa transisi tersebut, ternyata, cukup banyak remaja yang mengalami
masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan.
Dan kita semua tahu, bahwa kesehatan
mental adalah sesuatu yang kurang terlihat secara nyata namun sebenarnya
mempunyai porsi yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Untuk itu, peran
orang tua sebagai lingkungan paling dekat dengan dunia remaja sangat penting
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Bahkan dari sebuah artikel yang
pernah saya baca, mengungkapkan bahwa WHO menyatakan 75% gangguan mental
emosional memang umum terjadi pada remaja hingga sebelum usia 24 tahun. Namun dalam
berbagai kasus, ternyata akibat paling parah dari gangguan mental yang dialami
oleh para remaja ini adalah berujung pada bunuh diri.
Untuk itu, penting bagi kita
untuk mengenali tanda-tanda jika remaja memiliki masalah dengan kesehatan
mentalnya, antara lain: Perubahan mood
yang sangat cepat, suka menarik diri dari banyak orang, terjadi penurunan nilai
akademik, ada perubahan intensitas makan, ada perubahan durasi tidur, terlihat
seperti kehilangan minat atau tidak bergairah, tidak berenergi dan suka
marah-marah.
Dan masalah mental yang terjadi
ini salah satunya menyebabkan depresi yang disebabkan oleh banyak hal seperti: adanya
masalah dengan orang lain, berkelahi dengan teman, mengalami kekerasan, sakit
fisik, menjadi korban bullying atau juga karena kematian anggota keluarga dan
teman dekat.
Bahkan saat ini, salah satu yang
menjadi tantangan dan perhatian serius kita semua adalah bagaimana mengontrol
para generasi muda di era milenial ini yang menghabiskan lebih banyak waktu
mereka di internet (jagad maya) sehingga menyebabkan mereka rentan mengalami
kejahatan cyber, cyber bullying, atau bahkan kecanduan video games yang
bertemakan kekerasan.
Untuk itu, sedikit akan saya ulas
terkait cyber bullying karena kita semua sadar, anak-anak remaja kita saat ini
tumbuh dan berkembang tidak jauh dari dunia internet sehinga mereka akan sangat
rentan dengan cyber bullying ini.
Cyber Bullying Dekat Dengan Dunia Remaja
Tidak bisa kita pungkiri, saat
ini cyber bullying sangat rentan dengan dunia remaja saat ini, terlebih
belakang ini, akses internet bagi anak-anak remaja begitu sangat mudah, dimana
berbekal smartphone dan internet maka mereka bisa berselancar dengan mudah di
internet.
Dan cyber bullying ini sangat
merajalela di sosial media, bahkan menurut Lembaga anti-bullying Ditch the
Label mengungkapkan bahwa tindakan intimidasi di dunia maya paling sering
terjadi di Instagram, dimana disebutkan bahwa biasanya pada kolom komentar
postinganlah yang dijadikan sebagai alat utama untuk penyerangan yang bersiat
bullying tersebut.
Namun ternyata, selain di Instagram,
rupanya Facebook juga sering digunakan sebagai media untuk menyerang seseorang
atau sekelompok orang dengan melakukan cyber bullying dengan cara membagikan
foto dan video serta komentar yang bisa menyudutkan orang lain.
Dimana pada umumnya, penyebab
dari bullying sendiri sangat beragam. Namun biasanya, bullying muncul karena
korban dianggap berbeda dengan keadaan yang umum dari kondisi di sekitarnya.
Misalnya, ada hal-hal yang membuatnya tampak aneh atau tidak sesuai dengan
lingkungan sekitarnya.
Namun cyber bullying ini sifatnya
sangat beragam, biasanya merupakan tindak intimidasi, penganiayaan atau
pelecehan yang dilakukan dengan disengaja melalui Internet yang kerap dialami
oleh anak-anak dan remaja yang pada akhirnya akan berujung pada depresi bagi
anak-anak remaja yang tidak kuat dengan cyber bullying ini.
Untuk itu, peran orang tua sangat
penting dalam hal ini, yaitu bagaimana orangtua memberikan pemahaman kepada
anak-anaknya tentang penggunaan internet dan media sosial yang baik itu seperti
apa. Selain itu, orangtua pun sebaiknya selalu mengawasi anak-anaknya dalam mennggunakan
internet, sebab pada dasarnya cyber bullying itu terjadi pada anak-anak yang senang
menggunakan internet dan main sosial media, dan jangan sampai anak-anak kita
menjadi pelaku bullying atau juga korban bullying karena terkadang bullying itu
memiliki dampak yang hebat dan sangat melekat pada diri korbannya.
Dampak dari Cyber Bullying
Cyber bullying memiliki dampak
yang luar biasa bagi korbannya. Dimana seseorang yang menjadi korban dari cyber
bullying ini akan menderita emosi negatif seperti merasa sedih, merasa tidak
berdaya, suka marah-marah, dan dendam yang dalam bahkan efeknya juga membekas
dalam jangka panjang,
Hal ini memberikan kemungkinan pengaruh
lebih besar terhadap konsep diri si korban, terutama bila bullying tersebut
membuat dia merasa malu maka akan berdampak pada konsep dirinya menjadi sangat
negatif, yaitu tidak hanya merasa terpinggirkan secara psikologis, namun dalam
interaksi sosial pun korban akan merasa minder dan menjadi pribadi yang sangat
tertutup.
Dimana dampak dari bullying ini
akan membuat korbannya merasa rendah diri, takut, malu, menarik diri dari
pergaulan, pendiam, dan sebagainya. Bahkan, bullying bisa menyebabkan seseorag
menjadi depresi.
Bahkan menurut Riset yang
dilakukan National Institute of Occupational Health mengugkapkan bahwa dampak
paling parah dari bullying adalah menyebabkan korbannya melakukan bunuh diri.
Sebabnya, bullying bisa memicu depresi, gangguan jiwa yang berhubungan erat
dengan kecenderungan untuk bunuh diri.
Dimana dalam penelitian yang
melibatkan 1.850 partisipan tersebut, terungkap bahwa secara umum, 4,2 hingga
4,6 persen partisipan mengaku pernah mengalami bullying. Dan dari partisipan
yang pernah mengalami bullying tersebut, terdapat sekitar 3,9 sampai 4,9
persennya memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Tampak hasil dari peneliti
tersebut mengungkapkan bahwa bullying bisa menyebabkan bunuh diri karena korbannya
merasa terkucilkan dan seolah tak ada gunanya untuk hidup lagi. Dimana korban
yang merasa terkucilkan ini akhirnya mengalami depresi, dan memilih bunuh diri
sebagai jalan keluar dari keadaan kesepian dan putus asa yang dirasakannya.
Namun parah atau tidaknya dampak
dari cyber bullying ini, semua tergantung intensitas emosi yang dialami
seseorang akibat bullying tersebut. Ada anak-anak yang lebih siap (antisipasi)
dan lebih matang kondisi jiwanya, tentu mereka juga akan lebih mampu menangkal
emosi negatif saat bullying terjadi, dan kedewasaan sikap anak-anak dalam
menangkal bullying ini biasanya dipengaruhi oleh pola asuh dan didikan dari
orang tuanya, sekolah dan lingkungan ia tumbuh.
Cara Pencegahan Cyber Bullying
Konon, dari hari ke hari jumlah
korban bullying yang terjadi di ranah media sosial semakin meningkat, dan
dampaknya sungguh sangat menyeramkan seperti yang diungkapkan di atas yaitu
bisa membuat seorang anak mengalami depresi, bahkan berujung pada bunuh diri.
Untuk itu, ada tiga cara mudah
yang bisa kita lakukan untuk menangkal serangan cyber bullying yang bisa kita
tanamkan pada diri anak-anak remaja kita, yaitu sebagai berikut:
- Jangan Respons, jadi jika ada komentar yang bersifat intimidatif, mencaci, mengejek, menghina, dan mencela ataupun yang bikin hati tidak senang maka jangan respon atau menjawab komentar tersebut, anggap saja tidak ada komentar tersebut, sebab jika kita bereaksi, maka pelaku bullying akan puas dan terus-menerus melakukan hal tersebut.
- Jangan Balas Dendam, berat namun percayalah tak ada untungnya menimbun rasa dendam, biarkan saja masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Kita anggap saja ujaran kebencian dari orang tersebut sebagai angin lalu, dan kita tidak perlu membalasnya, sebab jika kita membalas secara terang-terangan, maka pelaku bullying ini akan terus mencari "sekutu" pem-bully yang baru untuk menyerang kita lagi.
- Simpan Bukti Cyber bullying, Nah jika kita sudah sangat resah dengan segala hinaan yang dilakukan orang lain terhadap kita, maka kita bisa meng-capture bukti bullying yang dilakukan orang tersebut di media sosial, baik itu teks, foto, atau komentar buruk agar bisa ditunjukkan ke pihak berwenang, nanti biar diproses secara hukum saja.
Namun, lagi-lagi peran dari orang
tua di sini begitu besar untuk turut aktif dalam menjaga buah hatinya dari
kasus cyber bullying ini. Untuk itu, orang tua harus bisa menjalin komunikasi
yang baik dengan anak-anaknya supaya mereka bisa selalu terbuka kepada orang
tuanya tentang apa saja yang menimpanya baik di kehidupan nyata maupun dalam pergaulannya
di dunia maya.
Dan khusus untuk anak-anak yang
masih di bangku sekolah dasar atau anak-anak di tingkatan SMP yang memang belum
terlalu butuh dengan gadget dan internet maka sebaiknya orang tua tidak
memberikan gadget untuk anak-anaknya, namun cukup dipinjamkan gadget yang ada
dan hanya boleh digunakan pada waktu tertentu saja.
Selain itu, orang tua pun harus
mau meluangkan waktu untuk selalu memonitor dan mendampingi anak-anaknya saat
menggunakan gadget supaya bisa selalu tahu seperti apa penggunaan gadget pada
anak-anaknya, terutama gadget tersebut digunakan untuk hal-hal apa saja, jangan
sampai digunakan untuk membullying orang lain ataupun mengakses konten-konten
yang memang belum sesuai dengan umur mereka.
Jadi peran keluarga sangat penting dalam hal ini. Keluarga yang tidak memahami tantangan ini, kadang gagal memberikan pendampingan dan arahan bagi anak-anaknya. Padahal anak-anak yang gagal dalam menjawab tantangan zaman tersebut akan berada dalam bahaya yang cukup mengkhawatirkan, yaitu kemungkinan mengalami masalah kesehatan jiwa yang jika tidak dapat dideteksi dan ditangani secara dini maka bisa meningkatkan resiko timbulnya gangguan jiwa di kemudian hari.
Semoga melalui momentum Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2018 ini, kita beharap agar bisa memacu para
keluarga untuk lebih memperhatikan dan mendampingi anak-anaknya dengan
memberikan arahan yang benar melalui komunikasi yang baik untuk selalu
menjadikan keluarga sebagai tempat yang hangat bagi pertumbuhan fisik, jiwa,
spiritual dan sosial bagi anak-anak.
STOP BULLYING!!!
No comments:
Post a Comment