Tuesday, May 22, 2018

Keluarga Bahagia Berawal dari Cinta Terencana


Keluarga Harmonis Keluarga Terencana Menikah Terencana

Andai menikah selalu seindah impian saya, tentu saja saat ini saya sudah bersamanya, menekuni hari-hari bersama dia yang dulu saya anggap belahan jiwa saya. Namun pada kenyataannya, jodoh memang ada di tangan Tuhan, dan seseorang yang ingin saya ajak berlenggang ke pelaminan ternyata hatinya tak seutuhnya untuk saya.

Akhirnya saya mundur, sebab bagi saya lebih baik saya batal menikah daripada saya menikahi orang yang salah, toh menikah bukan ajang balap lari, dan siapa yang cepat dia yang menang. Menikah bagi saya adalah sebuah fase yang benar-benar serius, maka saya tak ingin salah memilih siapa yang menjadi pasangan hidup saya.

Saya selalu berangan, bahwa kelak saya hanya ingin menikah sekali saja seumur hidup saya, sebab menikah bagi saya adalah sumpah sehidup-semati yang ingin saya janjikan pada seseorang yang benar-benar saya cinta sekali saja dalam hidup saya.

Ya, menikah dan membangun sebuah keluarga adalah sebuah ladang ibadah, dan saya bercita-cita bahwa kelak keluarga yang saya bangun bisa menjadi surga terindah untuk saya di dunia sekaligus ladang pahala untuk di akhirat kelak. Dan gambaran keluarga impian saya senada dengan lirik lagu yang menjadi soundtrack sinetron “Keluarga Cemara”:

Harta yang paling berharga adalah keluarga,
Istana yang paling indah adalah keluarga,
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga,
Mutiara tiada tara adalah keluarga.

Saya pun sangat mendambakan keluarga seindah itu. Sebab bagi saya pun, keluarga adalah segalanya. Keluarga adalah tempat segala kasih sayang bertaut dan tempat paling hangat untuk kembali, dan tempat paling nyaman untuk berbagi suka ataupun duka.

Dan semua orang juga pasti mendambakan keluarga nan bahagia seperti itu, termasuk saya kelak bila membangun sebuah keluarga. Tapi pada kenyataannya, membangun sebuah keluarga yang bahagia bukanlah perkara gampang, kedua belah pihak, baik pihak laki-laki maupun perempuan harus sama-sama memiliki perencanaan dan komitmen yang kuat sebelum berlenggang mengayuh bahtera rumah tangga.

Membangun Keluarga Bahagia dengan Cinta Terencana

Membangun Keluarga Bahagia dengan Cinta Terencana
Membangun Keluarga Bahagia dengan Cinta Terencana
Seperti hal yang kita semua tahu, bahwa perencanaan adalah langkah awal yang begitu penting untuk meraih kesuksesan akan segala sesuatu, termasuk dalam urusan pernikahan. Sebab untuk meraih sebuah keluarga yang bahagia tentu bukan dilakukan dengan serba dadakan dan tiba-tiba, namun membutuhkan perencanaan yang tepat agar kelak terbentuk keluarga yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan.

Tidak bisa kita pungkiri, perencanaan merupakan dasar yang menjadi pondasi untuk membangun sebuah keluarga. Sebab menempuh bahtera rumah tangga bukanlah perjalanan biasa. Ibarat mengayuh perahu di atas lautan luas, maka kita harus memiliki rencana dan komitmen tentang bagaimana kedua belah pihak harus saling bisa saling bahu membahu dan bekerjasama yang kompak untuk menghadapi berbagai terpaan gelombang, angin kencang, hingga badai dan topan yang menerjang perahu supaya bisa terus berlayar di atas lauatan yang luas. 

Dan biasanya keluarga yang punya perencanaan yang baiklah yang bisa membawa perahunya berlabuh di dermaga rumah tangga yang bahagia. Sedangkan keluarga yang tidak bisa berdamai dengan keadaan dan tidak bisa tunduk dalam kebersamaan, tentu saja kapal mereka akan karam di tengah jalan.

Untuk itu, sangat penting kita pahami, bahwa kodrat dari membangun rumah tangga adalah butuh perencanaan dan komitmen yang kuat bagi sepasang suami dan isteri agar bisa saling berkolaborasi dan saling melengkapi satu sama lain, saling menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain, sebab sejatinya dari sebuah pernikahan adalah meleburkan dua pribadi yang berbeda untuk saling menyempurnakan atas kekurangan satu sama lain.

Dan sungguh saya merasa sangat beruntung, karena saya bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman baru tentang apa dan bagaimana membangun sebuah keluarga yang berkualitas dan bahagia seperti ini setelah menghadiri acara meet-up BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) bersama Komunitas Blogger Bplus yang mengangkat tema “Membangun Keluarga Berkualitas dengan Cinta Terencana” di Museum Penerangan TMII pada Selasa, 15 Mei 2018 yang lalu.
Keluarga Bahagia keluarga terencana cinta terencana
Para narasumber (Kiri ke Kanan): Ibu Roslina (Proklog) - Ibu Eka Sulistya (Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN - MC - Mba Resi (Founder Komunitas BPlus)
Pada dasarnya membangun rumah tangga yang bahagia tidak ada rumus yang pasti, karena setiap keluarga pasti punya caranya masing-masing menentukan jalan kebahagiannya. Namun seperti yang dituturkan oleh Ibu Eka Sulistya Ediningsih selaku Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN, bahwa keluarga yang berkualitas adalah keluarga dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dan Beliau pun mengingatkan, bahwa menjalani  kehidupan  berkeluarga  adalah  sebuah fase  terbesar  dalam  hidup  setiap  orang, karena  berkeluarga itu menyatukan dua individu yang berbeda, punya sifat berbeda, yang punya karakter berbeda, punya pekerjaan yang berbeda, dan itu tidaklah mudah. Karena terkadang, meskipun awalnya sudah sangat cinta ataupun sayang, namun setelah berkeluarga dan tahu bahwa pasangannya punya kekurangan atau kelemahan maka tak jarang hal-hal semacam inilah yang akhirnya membuat sebuah pernikahan akhirnya cepat berakhir.

Untuk itu, harus ada program terencana yang didesain secara komprehensif untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi setiap individu agar mampu menjalani kehidupan berkeluarga dengan optimal. Tentu saja program yang dimaksud tidak sekadar Kursus Pra Nikah atau Bimbingan Pra Nikah yang dilaksanakan sebelum seseorang menjalani pernikahan, tetapi seharusnya ada program yang didesain jauh-jauh hari sebelum seseorang memutuskan untuk menjadi calon pasangan.

5 Fase Terencana menuju Keluarga Berkualitas

Keluarga Terencana dari Cinta Terencana
menapaki 5 fase terencana untuk menuju keluarga terencana
Merencanakan menikah adalah impian setiap orang termasuk saya, namun merencanakan menikah bukan hanya tentang merencanakan kapan waktunya kita menikah, berapa jumlah anak yang kita inginkan setelah menikah, tetapi bagaimana juga kita merencanakan secara komprehensif semua hal tentang persiapan dalam menghadapi tantangan untuk  membangun keluarga yang berkualitas. 

Untuk itu, dalam membangun sebuah keluarga yang bahagia dan berkualitas ada beberapa hal yang harus kita rencanakan sejak dari usia remaja, hal ini juga tertuang dalam Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) terkait bagaimana menyiapkan remaja agar bisa melewati lima fase kehidupan untuk meraih kehidupan yang sukses, supaya kelak bisa membangun keluarga yang berkualitas, yaitu:

  • Belajar sampai tuntas

Sangat penting bagi seorang remaja harus menempuh proses belajar sampai tuntas, sebab dengan belajar sampai selesai maka ramaja akan terhindar dari pernihakan dini, dan kita semua tahu bahwa pernikahan dini sangat rentan dengan kehamilan muda yang penuh resiko, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikologis sehingga bisa menyebabkan kelahiran prematur, pendarahan dan infeksi, hingga proses melahirkan yang lebih sulit bahkan bisa berujung pada kematian ibu dan bayi.

Tidak hanya itu, pernikahan dini juga dinilai sebagai salah satu pemicu tingginya angka perceraian, hal ini terjadi karena kondisi psikis yang masih labil, belum siap menghadapi kesulitan dalam pernikahan serta belum mampu meredam ego masing-masing yang tinggi.

Untuk itu, para remaja harus belajar sampai tuntas, supaya mereka nantinya akan siap menjadi ayah dan ibu yang punya bekal untuk mendidik anak-anaknya, sebab tidak bisa kita pungkiri bahwa keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak dalam sebuah keluarga, dan orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Makanya begitu penting bagi para remaja untuk belajar sampai tuntas terlebih dahulu sebelum memutuskan berkeluarga supaya kelak mempunyai bekal untuk membimbing anak-anaknya.

Bahkan ada orang bijak yang bilang, bahwa “Orang tua harus memiliki pemahaman dan pengetahuan yang luas, sebab kunci keluarga berkualitas ada ditangan orang tua yang cerdas.”


  • Kerja

Setelah lulus dari bangku sekolah, sebaiknya remaja tidak langsung memikirkan untuk menikah, tapi ada baiknya mereka langsung terjun ke dunia kerja, sebab dengan bekerja maka mereka akan mempunyai pendapatan yang akan menjadi modal untuk menjalani kehidupan yang layak.

Dan sangat penting bagi seseorang yang ingin berkeluarga adalah harus terlebih dahulu memiliki pekerjaan dan penghasilan, terutama bagi laki-laki yang akan menjadi tulang punggung keluarga. Sebab apa jadinya sebuah keluarga jika kepala keluarganya tidak punya penghasilan, nanti keluarganya akan dikasih makan apa, dan bagaimana mereka bisa melanjutkan kehidupannya?

Tidak memiliki penghasilan sama saja membawa petaka bagi keluarga yang dibinanya, dimana kemiskinan akan menjadi cerita keseharian yang seolah tidak ada habisnya, sehingga anak-anak akan tumbuh dalam kelaparan dan kekurangan gizi yang mengakibatkan anak-anak harus mengalami stunting karena kekurangan gizi.

Dan saat ini stunting adalah semacam momok yang menakutkan bagi banyak keluarga, sebab stunting adalah suatu kondisi dimana anak mengalami kekurangan gizi kronis sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan otak dan fisik anak, rentan terhadap penyakit, bahkan ketika dewasa akan mudah menderita kegemukan sehingga rawan terhadap berbagai penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, jantung, dll), serta pada akhirnya anak yang mengalami stunting akan sullit berprestasi sehingga daya saingnya menjadi rendah.

Maka dengan adanya pekerjaan tentu saja kita sebagai orang tua akan mendapatkan penghasilan untuk membiayai kehidupan keluarga nantinya, sehingga kelak kita bisa memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga, yaitu kita bisa memenuhi kebutuhan keluarga baik papan, pangan dan juga sandangnya sehingga hal semacam di atas (stunting) bisa kita atasi.


  • Menikah di usia yang ideal

Usia ideal menikah bagi perempuan adalah minimal pada usia 21 tahun, sedangkan laki-laki usia minimal menikah di usia 25 tahun. Dimana usia ideal ini dinilai bahwa seorang laki-laki dan perempuan sudah siap menjadi sepasang suami istri yang sudah dewasa bukan cuma bertambahnya umur, namun juga dewasa dari segi kecerdasan emosional dan kematangan pola pikir, serta stabilitas finansial yang mumpuni untuk menghidupi diri sendiri serta tanggungan lainnya.

Bahkan hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Roslina Verauli M.Psi yang merupakan seorang Psikolog mengungkapkan bahwa menikah pada usia ideal akan mempu meminimalisir beberapa resiko yang berkaitan dengan dampak pernikahan muda.

Sebab, bila menikah di bawah usia 20 tahun maka akan cenderung memiliki gejolak emosi berlebihan dan belum stabil sehingga bisa berujung pada kegagalan sebuah rumah tangga. Namun perlu diingat juga, bahwa pernikahan di atas 30 tahun (usia yang sudah terlalu matang) juga beresiko pada konflik, karena usia terlalu matang biasanya masing-masing individu sudah  terbiasa independen dan terlalu mandiri, makanya ketika ada masalah mereka tidak terlalu risau untuk memutuskan bercerai.

Selain itu, perempuan disarankan menikah pada usia ideal karena terkait juga dengan kesehatan reproduksi untuk mengandung dan melahirkan. Sebab menikah secara dini atau terlalu matang maka sangat rawan bagi kesehatan reproduksi seorang perempuan. Untuk itu, menikah pada usia ideal sangat dianjurkan supaya kesehatan reproduksi dan proses kelahiran ibu dan bayinya tidak akan bermasalah nantinya.  

Maka dengan adanya pendewasaan usia pernikahan pada usia yang tepat seperti ini diharapkan akan membawa kebahagiaan bagi keluarga dan pasangannya. Selain itu, sangat penting juga untuk mengatur jarak kelahiran antara anak pertama dan anak kedua minimal 3 tahun, hal ini perlu dilakukan supaya anak-anak tetap bisa merasakan kasih sayang yang utuh. Bahwa punya 2 balita dalam satu keluarga maka akan terjadi kekurangan hak asah, asuh dan asih pada anak berkurang 20%, makanya sangat penting juga menjaga jarak kelahiran anak.

  • Bisa berinteraksi dengan lingkungan
Sudah fitrahnya, bahwa manusia adalah mahluk sosial maka kita pun dituntut untuk mampu bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar kita, sebab pada dasarnya manusia adalah mahluk yang bergantung dengan manusia lainnya, untuk itu kita yang harus bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita dengan baik.

Dan perlu kita ingat, tak ada manusia di dunia ini yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, untuk itu menjalin interaksi yang baik dengan orang-orang dan lingkungan sekitar kita adalah sebuah upaya untuk mempelajari dan menyesuaikan diri terhadap norma, nilai, perilaku, adat istiadat, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompok masyarakat.   

Bahkan kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi harus dipupuk sejak masa kanak-kanak, yaitu dimulai dari dalam keluarga, kelompok teman permainan, lingkungan sekitar tempat tinggal, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan yang lebih luas lagi. Hal ini perlu dilakukan, karena dengan bersosialisasi maka terdapat tiga kegiatan utama yang semuanya saling berhubungan yaitu belajar, penyesuaian diri, dan pengalaman psikologis.

  • Berprilaku hidup sehat
Untuk bisa menjalankan ke empat fase di atas dengan sukses maka kita harus berprilaku hidup sehat. Bukan hanya mencakup bagaimana memilih pola makan yang sehat, olahraga yang teratur, istirahat yang cukup. Namun berprilaku hidup sehat yang dimaksud di sini lebih luas, yaitu tentang bagaimana seseorang dapat menghindari tiga hal yakni: tidak menikah pada usia dini, tidak melakukan seks bebas atau penyimbangan seksual, dan tidak menggunakan obat-obat terlarang dan narkoba.

Sebab tiga hal yang juga dikenal sebagai zero tolerant ini bisa menjadi pemicu berkurangnya kebahagian hidup seseorang, bahkan bisa dibilang menjadi awal kehancuran hidup seseorang. Untuk itu, menjauhi ketiga hal ini diharapkan bisa memacu kita untuk hidup secara sehat sehingga bisa membangun pribadi yang sehat agar kelak bisa menciptakan sebuah keluarga yang berkualitas.

Maka ketika kita bisa melewati fase demi fase di atas dengan sukses maka akan tercipta Generasi Berencana (Genre) yang selalu sehat, cerdas dan ceria di tengah-tengah masyarakat, sehingga diharapkan para generasi sehat, cerdas dan ceria ini akan menjadi garda terdepan untuk mewujudkan keluarga yang harmonis dan bahagia.

Sebab Genereasi Berencana adalah remaja yang memiliki pengetahuan bersikap dan berperilaku layaknya remaja pada umumnya namun penuh dengan perencanaan yang matang dalam menapaki masa depan, sehingga remaja mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana serta menikah sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi, dan juga diharapkan mampu mengatasi persoalan kuantitas dan kualitas penduduk nantinya.

Dan Generasi Berencana (Genre) adalah generasi yang akan melakukan setiap tahapan hidupnya dengan sangat terencana seperti yang diuraikan di atas, termasuk dalam kehidupan berkeluarga, semuanya direncanakan dengan sangat baik, sehingga akan tercipta keluarga yang bahagia berawal dari cinta terencana.

8 Fungsi Keluarga untuk membangun keluarga bahagia

Membangun keluarga bahagia adalah impian semua orang, meskipun definisi keluarga bahagia bagi setiap orang belum tentu sama. Namun untuk mewujudkan sebuah kebahagian selain diawali dengan cinta terencana, namun kita juga harus memahami apa sebenarnya fungsi dari sebuah keluarga itu sendiri.
8 fungsi keluarga untuk membangun keluarga bahagia
8 fungsi keluarga untuk membangun keluarga bahagia
Dan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Eka Sulistya Ediningsih bahwa ada 8 fungsi keluarga yang apabila diterapkan secara optimal maka akan tercipta keluarga yang berkualitas dan punya cinta di dalamnya. Adapun 8 fungsi keluarga tersebut terdiri dari:
  1. Fungsi Agama: yaitu sebuah keluarga dikatakan berperan sebagai fungsi agama karena keluarga adalah madrasah yang menjadi tempat awal anak-anak belajar segala hal tentang hidup ini. Bahkan ada yang bilang, bahwa anak-anak akan menjadikan orang tuanya sebagai cermin dalam kehidupan mereka, makanya orang tua dituntut bisa menjadi guru dan panutan yang baik dalam membesarkan anak-anaknya. Bukan hanya guru dalam bertutur dan bersikap, namun orang tua juga merangkap sebagai guru agama, dimana orang tua bisa menjadi tempat belajar shalat, belajar mengaji dan membacakan kitab suci dan berbagai hal terkait agama yang dianutnya sehingga bisa membentuk anak-anak yang agamis, yang beriman, dan percaya terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Fungsi Sosial Budaya, yaitu keluarga menjadi tonggak untuk membentuk anak-anak yang mengerti aturan sosial, yang memahami norma-norma agama, adat dan budaya yang berlaku di masyarakat, dan juga mengerti tentang aturan-aturan tak baku bagaimana cara bersosialisasi terhadap sesama manusia, bagaimana menghargai alam, dan menajalani kehidupan sosial yang baik. Untuk itu, orang tua diharapkan memberikan pendidikan dan contoh yang benar mengenai cara bertingkah laku sesuai dengan fase perkembangan anak-anaknya. 
  3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang, yaitu Dalam satu keluarga, diharapkan akan saling memberikan perhatian dan kasih sayang. Sebab dengan berlimpahnya kasih sayang, maka diharapkan akan terbentuk anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional yang baik sehingga tercipta keluarga yang berkualitas, dan seterusnya akan terbentuk generasi-generasi yang berkualitas sehingga akan menciptakan suasana yang nyaman dalam sebuah kehidupan bermasyarakat.
  4. Fungsi Perlindungan, yaitu keluarga menjadi satu tempat yang nyaman dalam memberikan perlindungan bagi anggota keluarganya. Dimana keluarga bisa melindungi setiap anggota keluarganya dari tindakan-tindakan yang kurang baik. Sehingga anggota keluarga merasa nyaman dan terlindung dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Perkembangan anak memerlukan rasa aman, kasih sayang, simpati dari orang tuanya sebagai tempat mengadu, berkeluh kesah, mengakui kesalahan-kesalahannya, serta tempat mencurahkan segala isi hatinya.
  5. Fungsi Reproduksi, yaitu keluarga merupakan sarana manusia untuk menyalurkan hasrat seksual kepada manusia lain yang berbeda jenis kelaminnya secara legal di mata hukum dan sah secara agama, sehingga dengan begitu maka akan lahirlah anak-anak yang akan menjadi penerus dan keturunan yang berkualitas, dan tak lupa anak-anak harus dipelihara, dirawat dan dibesarkan dengan penuh kasih dan sayang. 
  6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan, yaitu keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak-anak. Untuk itu, sebuah keluarga idealnya mampu menjadi tempat dimana terjadi interaksi yang mendidik antara sesama, Misalnya bagaimana suami bersikap dan bertutur yang baik terhadap istrinya ataupun sebaliknya, begitu juga orang tua terhadap anak-anaknya. Dan sangat penting keluarga untuk memberikan pendidikan yang baik mulai dari anak berusia dini sampai anak tumbuh dewasa, sebab pola asuh dan pola didik yang baik dalam keluarga akan menjadi bekal bagi anak-anak ketika terjun dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya.
  7. Fungsi Ekonomi, yaitu keluarga bekerja untuk mencari sumber penghasilan sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarga, lalu kemudian tidak lupa untuk mengatur penghasilan yang didapat baik untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga untuk menabung sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang. 
  8. Fungsi Pelestarian Lingkungan, yaitu keluarga memberikan pengetahuan mengenai norma dan tata aturan yang baik tentang bagaimana menjaga lingkungan (sepeti tidak membuang sampah semabarangan, tidak boros air, hemat listrik, dll) sehingga diharapkan anak-anak sebagai generasi penerus keluarga tersebut akan lebih santun terhadap alam dan lingkungannya.
Maka ketika sebuah keluarga mampu menerapkan 8 fungsi keluarga ini secara optimal maka diharapkan keluarga tersebut akan mampu meraih hidup yang bahagia. Sebab kedelapan fungsi keluarga ini benar-benar bisa menjadi pondasi dasar bagi keluarga untuk membangun kehidupan berkeluarga yang berkualitas.

Selain itu, ada 4 Program Substansi Generasi Berencana yaitu menyangkut tentang bagaimana remaja atau calon pengantin itu sendiri dalam memposisikan diri dalam kependudukan dan pembangunan keluarga. Selain itu bagaimana remaja memahami tentang pentingnya kesehatan reproduksi yang tepat. Dan juga bagaimana remaja harus memiliki keterampilan hidup (life skill/ pengembangan diri)  sebagai bekal hidupnya, dan juga remaja harus melakukan perencanaan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan kehidupan berkeluarga yang berkualitas melalui cinta terencana.

Dan dengan cinta terencana ini maka akan menggalang optimis masyarakat untuk menyambut bonus demografi dan Indonesia emas 2045 dengan mengoptimalkan 8 fungsi keluarga dan juga 4 program substansi Genre seperti yang sudah dibahas di atas untuk menumbuhkan semangat revolusi mental yang dimulai dari keluarga. Maka dengan demikian, diharapkan dengan adanya cinta terancana maka akan lahir keluarga yang bahagia, harmonis dan berkualitas.

***
“Jatuh cinta mungkin saja bisa tiba-tiba,
Tapi setelah itu harus menjadi cinta yang terencana
Karena kalau terencana, segalanya menjadi lebih mudah.”
~ Ibu Eka Sulistya Ediningsih ~
 


38 comments:

  1. Setuju mas, lebih baik sakit diawal krna batal menikah drpd hrus menghabiskan seumur hidup dgn orang yg salah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Mba, nggak kebayang saya harus habiskan hidup dengan orang yang dari awal sudah kita tahu salahnya. MMendingan batal deh daripada itu menyakiti diri sendiri klo menurut saya.

      Delete
  2. setuju banget harta yang paling berharga adalah keluarga.. keluarga adalah segalanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba keluarga adalah harta yang tak ternilai harganya. Tosh hehehe

      Delete
  3. semua harus terencana dengan baik, bagus yaaa. Jangan sampai salah memilih malah membuat masa depan carut marut

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Teh Tian, semua kudu terencana, termasuk dalam pilih pasangan harus terencana dengan baik supaya masa depan keluarga menjadi bahagia :)

      Delete
  4. Sesuatu yang direncanakan memang akan menghasilkan yang terbaik. Dari pada sesuatu yang tanpa perencanaan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul bangat Mba, apalagi untuk urusan pernikahan kudu terencana dengan baik supaya punya keluarga yang bahagia :)

      Delete
  5. Tulisannya cocok sekali untuk yang sedang merencanakan pernikahan, jika sudah menikah tinggal bagaimana membuatnya menjadi indah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba Rani, semoga yang mau menikah punya gambaran bahwa persiapan yang terencana itu penting bangat ketika ingin berkeluarga, semoga tulisan saya ini bermanfaat nantinya :)

      Delete
  6. Segala sesuatu yang terencana hasilnya pasti akan lebih baik termasuk juga dalam pernikahan sehingga ketika menempuh hidup dalam Baahtera rumah tangga seseorang yang telah merencanakannya akan lebih mantap mengarunginya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa benar bangat, makanya sangat penting untuk melakukan segala sesuatu terencana terutama dalam berumah tangga :)

      Delete
  7. dengan rencana yang baik tentu semua rencanaakan berhasil tercapai dengan baik termasuk juga dalam hal perencanaan pernikahan yang notabenenya untuk jangka panjang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar bangat Mas Dony, menikah itu seumur hidup jadi kudu direncanakan semuanya dengan baik :)

      Delete
  8. Stelah baca artikel ini semoga para jomblo segera berkurang, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi jomblo yang benar-benar siap dan terencana supaya bukan hanya sekadar niat untuk menghilangkan label jomblo saja pastinya :D

      Delete
  9. 5 Fase Terencana nih wajb diketahui anak=anak muda sekarang. Biar gak pengen nikah cepet-cepet. Biar bisa mateng dan tahu dulu seperti apa kehidupan. Hehehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Teh Nia, 5 fase ini penting dipahami anak muda dalam merencanakan masa depan dan pernikahannya supaya sukses nantinya :)

      Delete
  10. Betul banget ...menikah adalah suatu awal perjalanan baru JD harus benar2 sudah siap dan terencana ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba benar bangat, jangan sampai perjalanan pernikahan berantakan karena kurang terencana ya.

      Delete
  11. Semoga cepet nikah ya wan hehehe btw keluarga cemara itu idaman banget yaa hidupnya damai dan kompak antara anggota keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga cepat dengan orang yang tepat. Aamiin... Hehehe

      Iya Mba, sangat menginspirasi cerita keluarga cemara ini.

      Delete
  12. Setuja, seperti kata pepatah bekasi, if you fail to plan, then you plan to fail.apapun jika tdk direncanakan maka sesungguhnya kita mmg berencana untuk gagal. Begitupun dalam pernikahan,tiap saat adalah perencanaan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar bangat Mas, tanpa rencana yang jelas semua bisa berantakan termasuk pernikahan, makanya penting semuanya harus terencana.

      Delete
    2. Iya benar bangat Mas, tanpa rencana yang jelas semua bisa berantakan termasuk pernikahan, makanya penting semuanya harus terencana.

      Delete
  13. Iya tu abis lulus kuliah apalagi lulus SMA duuuhhh, kerja duluuuuu, ojo kawin sek, dikira enak berumahtangga makan cinta hahaha.... baiknya direncanakan, kerja dulu, nikah, punya anak brp, kapan gtu2 hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar bangat Mba April, harus tamat sekolah minimal SMA, syukur-syukur bisa lanjut kuliah, lalu harus kerja dulu baru mikirin nikah, punya anak dst. :)

      Delete
  14. Menikah di atas usia 30 tahun juga rawan konflik karena sebelumnya terbiasa mandiri, itu FAKTA! Hahaha... Kalau pas setan lewat, saya kadang sampe kepikir, kok enakan pas lajang ya. Bisa semau kita sendiri. Pikiran yang berbahaya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ooh ternyata begitu ya Mba Ika? Tapi saya doakan semoga terus rukun ya Mba Ika sampai maut yang memisahkan. Aamiin :)

      Delete
  15. Betul banget keluarga berawal dari cinta. Selain cinta diri sendir dan pasangan harus cinta penciptaan keturunan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba Tika, sebuah keluarga harus diawali dengan cinta tapi harus cinta yang terencana supaya semuanya berjalan lancar.

      Delete
  16. Kepengennya sih menikah di usia ideal... Tapi kalau jodohnya baru ketemu di usia 30 tahun mesti gimana...
    Senang ya kalau semua sudah terencana, bisa terwujud dan tercapai ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jodoh memang rahasia Allah Mba, tapi kita sebagai manusia harus berusaha semoga bisa nikah diusia ideal, namun jika tidak bisa itu artinya semua indah pada waktuNya :)

      Iya Mba Nisa semua harus terencana supaya bisa berjalan lancar.

      Delete
  17. setuju..menjalin keharmonisan keluarga itu perlu direncanakan. Termasuk berapa jumlah anak yang diinginkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Mba Sara, keluarga yang tanpa rencana akan bingung menentukan jalannya.

      Iya apa lagi zaman sekarang, kudu bisa merencanakan berapa jumlah anak dan jarak kelahiran anak sebab anak-anak butuh biaya hidup dan pendidikan yang juga harus terencana.

      Delete
  18. tapi untuk masalah cintanya sih biasanya ngga terencana ya, kalo udah lewat fase jatuh cinta baru deh merencanakan segala sesuatunyaaa.. hihi. aku setuju bgt utk dukung program keluarga berencana, alhamdulillah anak udah dua.. hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo jatuh cinta sih terkadang ada yg terjadi begitu tiba-tiba, namun untuk menentukan perjalanan dan arah cinta mau dibawa kemana itu butuh cinta yang terencana termasuk merencanakan jumlah anak dan jarak kelahiran anak itu penting.

      Semoga keluarga Mba Dian selalu bahagia ya dengan 2 anak cukup ya Mba. Aamiin :)

      Delete
  19. selalu jaga perilaku hidup sehat

    ReplyDelete