“Barang siapa yang membebaskan seseorang yang sedang dalam kesusahan, maka Allah pun akan membebaskannya dari suatu kesulitan.” Wejangan itu pernah saya dengar dari guru ngaji saya bahkan selalu terngiang diingatan saya setiap saat.
Ya, saya sangat
sadar, membantu orang lain itu adalah pekerjaan yang sangat mulia dan sangat
disenangi oleh Allah. Namun terkadang untuk membantu orang lain, ada saatnya saya
merasa malas dan terbebani, padahal seharusnya tidak boleh begitu, membantu
orang seharusnya dengan tulus dan ikhlas.
Utuk belajar
menolong dan membantu orang lain dengan tulus dan iklhas saya merasa masih
harus belajar banyak. Salah satunya saya belajar dari merek-mereka yang begitu tulus
mendedikasikan dirinya untuk membantu dan menolong orang lain.
Dan kebetulan
beberapa waktu yang lalu (Minggu, 18/03/2018), saya diajak oleh Komunitas DBN
& C2live untuk mengenal sosok perempuan muda yang sudah mendedikasikan
dirinya untuk membantu anak-anak putus sekolah supaya bisa kembali melanjutkan
sekolah, sebab dia percaya pendidikan akan mampu memutus rantai kemiskinan.
Charity Visit bersama DBN dan C2live
Mungkin masih
banyak yang belum kenal dengan Komunitas
Dear Blogger Net (DBN), itu wajar sih, sebab komunitas yang satu ini memang
masih sangat baru, usianya masih hitungan bulan, komunitas DBN ini baru lahir
bulan Februari 2018 silam.
Namun komunitas
yang digawangi oleh Mba Haya Aliya Zaki, Mba Lidya Fitrian dan Uni Dewi
Sulistiawaty memiliki perbedaan dengan kebanyakan komunitas blogger yang selama
ini saya kenal. Ya, komunitas ini memiliki visi dan misi yang sangat bagus
menurut saya, yaitu mengedepankan kegiatan charity
yang motivasi sesama blogger untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Selain
itu, komunitas ini juga memberdayakan blogger untuk menghasilkan konten yang
bermanfaat, mengadakan workshop, mengajak bekerja sama dalam digital campaign,
dan berbagai kegiatan lainnya.
Dan untuk
kegiatan charity visit ini sendiri,
DBN merencanakannya bisa dilakukan sebulan atau dua bulan sekali dengan
mengunjungi lokasi-lokasi yang aktif melakukan kegiatan sosial namun belum
terekspos. Dimana diharapkan dengan kegiatan ini, komunitas DBN bersama para
anggota bloggernya bisa meliput dan menyebarkan tentang kegiatan tersebut secara
masif melalui blog dan media sosial sehingga banyak masyarakat luas yang tahu,
tentu saja tujuannya bukan pamer, namun benar-benar mengajak mesyarakat untuk
saling membantu satu sama lain.
Mba Haya sedang menjelaskan tentang Komunitas DBN dan kegiatan Charity yang akan menjadi kegiatan rutin dari DBN - Doc. Pribadi |
Melalui acara charity visit ini, Mba Haya yang mewakili dari komunitas DBN berharap kegiatan ini
bisa memberi inspirasi pembaca untuk melakukan kebaikan yang sama atau bahkan
lebih sehingga bisa memberi dukungan kepada pihak terkait baik dukungan moril
maupun materil.
Selain itu,
kehadiran kegiatan charity visit ini diharapkan
juga bisa menyumbang konten positif untuk mengimbangi konten hoax, konten
kontroversi, dan konten negatif lain yang marak di dunia maya. Sebab keberadaan
konten yang positif dipercaya akan membuat kita menjadi optimistis dan
bersemangat untuk melakukan hal-hal yang positif pula.
Untuk memulai
kegiatan charity visit perdananya
ini, ternyata BDN tidak sendiri. Hadir pula C2live yang juga memberi dukungan untuk acara ini. Dan C2live
sendiri merupakan sebuah platform digital dari perusahaan content marketing asal Indonesia yang bernama Content Collision (C2).
Keberadaan C2live
ini untuk mendukung perkembangan media independen demi Indonesia yang lebih
baik, lewat kegiatan edukasi dan penyedia teknologi. Untuk itu, kehadiran platform
yang dikembangkan C2live ini memiliki beragam fasilitas seperti: agregator
blog, lomba blog, portofolio, artikel keren, dan lainnya yang bisa bermanfaat
bagi banyak orang.
C2live juga ini
sangat fokus pada ketersediaan konten yang posistif, sebab diyakininya bahwa
konten yang positif bisa menjadi senjata paling ampuh untuk meminimalisir
segala berita negatif, bahkan dengan banyak hadirnya konten positif maka bisa meningkatkan
ketertarikan masyarakat terhadap sebuah brand, terlebih saat ini sudah didukung
oleh teknologi dan internet yang mempuni.
Selain bisa
membantu brand mengadakan lomba blog secara lebih efisien dan membantu
mengelola data dengan baik. Ternyata C2live ini secara berkala mengadakan meetup
bulanan atau event bersama komunitas, baik seminar, workshop, maupun charity visit seperti ini.
Dan untuk langkah
awal ini, komunitas DBN menggandengn C2live melakukan charity visit dengan mengunjungi sekolah PKBM Ginus Itaco di Bekasi
yang mengusung sekolah kejuruan dengan membina para siswa yang putus sekolah
untuk terus bersekolah dan berwirausaha.
Sekolah Gratis untuk anak-anak
putus sekolah
Sejauh ini saya
hanya mengenal Mba Suzie Icus sebagai Blogger, dan meski beberapa kali saya pernah
bertemu dengannya di event blogger yang sama, namun saya tak pernah mengobrol
banyak dengannya selain say hai saja saat bertemu.
Dan melalui acara
charity visit ini saya jadi lebih
mengenal sosok bernama lengkap Susi
Sukaesih ini, dan saya benar-benar salut dengan perjuangan yang
dilakukannya untuk orang-orang di sekitarnya.
Hari itu saya
belajar banyak dari perempuan berjilbab itu, meski usianya masih muda namun dia
memiliki semangat baja, kegigihannya untuk mengubah keadaan yang memasung anak-anak
yang terjebak kemiskinan begitu luar biasa, dia membawakan pelita untuk
menerangi langkah anak-anak tak mampu itu menembus kegelapan yang selama ini
merantai cita-cita mereka.
Langkah ini
tercetus, lantaran Mba Susi merasa prihatin dengan keadaan salah seorang siswanya
yang tiba-tiba saja disuruh berhenti bersekolah oleh keluarganya, padahal saat
itu siswa tersebut sudah kelas 3 SMK dan sebentar lagi seharusnya tamat
sekolah. Namun kondisi keluarga siswa tersebut terlilit kesusahan sehingga
orangtuanya menginginkan anaknya untuk bekerja supaya dapat membantu
perekonomian keluarga.
Dari jerit
kemiskinan yang kerap didengarnya, dan tangis kesedihan yang kerap dilihatnya, memacu
nuraninya untuk berbuat lebih, dan memaksa raganya untuk bekerja keras lebih
gigih lagi, hingga lahirlah sekolah SMK Itaco pada tahun 2012 silam sebagai
wadah belajar dan berkarya bagi anak-anak yang putus sekolah. Dimana sekolah
ini merupakan sekolah kesetaraan Paket B (kesetraan tingkat SMP) dan Paket C (kesetraan
tingkat SMA) berbasis wirausaha dengan minimal pendidikan 2 tahun.
Dan diawal
debutnya, terdapat sebanyak 20 siswa yang menjadi angkatan pertama dari sekolah
ini, dan saat itu Mba Susi meminjam salah satu ruangan yang ada di tempat
kerjanya dulu sebagai ruangan belajar untuk anak-anak tersebut. Sedangkan untuk
melengkapi fasilitas dan keperluan sekolah seperti meja, bangku, komputer dan
lain sebagainya ternyata Mba Susi harus meminjam uang dari pihak lain.
Masalah tidak
hanya di situ, selain memikirkan biaya operasional sekolah yang harus
ditanggungnya, Mba Susi juga harus menghadapi masalah lain dari orangtua siswa yang
tetap keberatan anaknya tetap sekolah padahal biaya sekolah sudah digratiskan.
Para orangtua merasa bahwa bersekolah tidak ada manfaatnya, alhasil banyak
siswa yang perlahan meninggalkan sekolahnya.
Tak mudah untuk
menjalani semua itu, keadaan dan latar belakang siswa yang kurang mampu
memaksanya mencari berbagai cara agar anak-anak itu tidak perlu mengeluarkan
uang ketika menempuh pendidikan di sini, termasuk untuk biaya transport. Sebab
perempuan berkerudung itu sangat sadar, bahwa mereka yang sekolah di sini
rata-rata dari keluarga prasejahtera, dimana para orang tuanya bekerja sebagai
ART, tukang ojek, supir angkot, buruh serabutan, pekerjaan kasar lainnya,
bahkan ada juga yang orang tuanya sudah tidak ada.
Untuk itu, istri
dari Mas Hendri ini bertekad agar anak-anak justru bisa sekolah tanpa
memikirkan biaya, maka diramulah program belajar yang bisa langsung
diaplikasikan di dunia kerja secara nyata. Makanya para siswa dibekali dengan
mata pelajaran umum dan keterampilan praktis seperti programming, desain
grafis, komputer MS. Office, broadcasting, dan kewirausahaan.
Sekolah Itaco ajarkan anak-anak
berwirausaha
Sekolah ini
berbeda dengan sekolah pada umunya, para siswa di sini hanya belajar di hari
Jumat, Sabtu dan Minggu saja, sebab mayoritas muridnya kebanyakan sudah bekerja,
seperti jadi pembantu, penjaga toko, dan lain sebagainya.
Dan pada tahun
2013, Mba Susi menghadirkan ekskul Siswa
Wirausaha, dimana ekskul ini menjadi sebuah wadah bagi para siswa untuk
bisa mandiri dengan cara berwirausaha. Dimana ekskul Siswa Wirausaha fokus
memproduksi kebutuhan ibu dan anak, seperti tas, aksesoris, batik anak, kaos,
souvenir, kaos sablon dan lain sebagainya.
Dan kini, Siswa
Wirausaha bisa membuat tas yang
sangat bervariasi seperti backpack, sling, shoulder, dll. Selain itu, para
siswa juga bisa membuat aksesoris seperti
tempat hp, pouch serbaguna, bag organizer, tempat tissue, dll. Selain itu,
Siswa Wirausaha juga menerima pembuatan sablon
kaos untuk berbagai keperluan seperti untuk promosi, gathering, seragam
dll. Bahkan Siswa Wirausaha juga menerima pembuatan souvenir untuk goodie bag, pouch, drawstring dan lain sebagainya
untuk keperluan seminar, promosi atau souvenir pernikahan.
Hingga saat ini,
eskul Siswa Wirausaha sudah berhasil menghadirkan beberapa brand yang bisa
dinikmati oleh masyarakat luas, diantaranya: ada Brand Itaco (Tas dan aksesoris premium), Hade
Bags (Tas dan aksesoris harga lebih ekonomis), Hade Kids (Batik anak), Hade
Preloved (Aksesoris dengan bahan dari pakaian bekas layak pakai) dan Famsignature (Kaos katun combed, seperti
kaos anak, kaos ibu menyusui). Jika ingin lihat koleksi produk Siswa Wirausaha
maka bisa mengujungi langsung websitenya di www.siswawirausaha.com.
Terkait produk Hade Preloved ini, Siswa Wirausaha sangat
senang bila ada masyarakat yang memiliki pakaian bekas yang masih layak pakai untuk
diolah menjadi berbagai produk menarik oleh para siswa. Selain hasilnya bisa
dijual, pengolahan kembali pakaian bekas yang masih layak pakai melalui Produk Hade Preloved ini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi limbah
dari pakaian yang ada.
Jadi semua produk
yang dihasilkan oleh Siswa Wirausaha bisa dipesan dalam jumlah besar atau pun eceran.
Bahkan jika ingin membuat produk yang banyak, Siswa Wirausaha juga bisa membuat
souvenir sesuai dengan budget yang dimiliki pemesan. Maka dengan membeli produk karya anak-anak di Siswa Wirausaha ini berarti kita juga sudah turut membantu anak-anak yang sekolah di sini.
Berbekal ekskul
Siswa Wirausaha ini, Ibu dari si ganteng Abin ini benar-benar membuat sekolah
ini dengan konsep “memberi kail untuk mencari ikan” kepada anak-anak didiknya
dengan mengajarkan anak-anak untuk memiliki keterampilan seperti menjahit dan
langsung bekerja sehingga anak-anak bisa mendapatkan uang dengan upah rata-rata
500rb – 1 juta / bulan. Dimana sebagian dari upah berwirausaha ini diharapkan
mampu membantu perekonomian keluarga siswa dan juga untuk membiayai kebutuhan
siswa itu sendiri.
Dan sejak tahun
2016 silam, di bawah naungan Yayasan Bakti Peduli Mandiri sekolah ini berubah
nama menjadi PKBM Ginus Itaco dan telah mempunyai izin operasional sendiri di bawah
Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Dan setelah sempat berpindah tempat hingga lima
kali, kini akhirnya sekolah ini bisa mengontrak beberapa ruangan di Ginus Itaco
yang berada di kawasan Margahayu, Bekasi Timur.
Perjalanan
panjang dengan perjuangan yang begitu gigih yang sudah dilakukan Mba Susi,
meyakinkan sekaligus membuktikan kepada banyak keraguan, bahwa dengan
kesungguhan usaha dan doa, maka setebal apapun kabut yang terbentang maka
perlahan akan tersibak, dan sinar benderang pasti akan menerangi.
Dan kini, siswa
PKBM Ginus Itaco pun sudah bisa membuktikan dengan prestasi melalui berbagai
lomba yang mereka ikuti. Mereka pernah mendapatkan juara 2 Lomba Wirausaha dari
Guruku Education Festival. Juara Harapan 2 Lomba Web Desain, Juara 1 Lomba Desain
Logo Developer Ilmu Berbagi, dan lain sebagainya. Mereka telah membuktikan
bahwa mereka pun mampu berprestasi setelah berjuang sedemikian sungguh-sungguh.
Selain itu,
hingga kini sudah ada sekitar 40 siswa lulusan PKBM Ginus Itaco ini yang sudah
bekerja dan berwirausaha sendiri bahkan ada juga yang menjadi pengajar di sini.
Dan tahun ini ada sekitar 40 orang siswa yang sedang mengenyam pendidikan di
sekolah ini, bahkan ada juga yang datang dari luar Kota Bekasi.
Semangat dan daya
juang perempuan yang kini tengah mengandung buah cintanya yang kedua ini sungguh
luar biasa. Mba Susi telah berbuat sesuatu yang mampu mengubah kegelapan itu
perlahan cerah, dia memberikan kail dan mengajarkan kepada mereka bagaimana
cara memancing, dan kini tak sedikit anak-anak didiknya telah bisa bangkit dan
berdiri sendiri. Ya keyakinannya bahwa pendidikan akan mampu memutus rantai
kemiskinan kini mulai terbukti.
Namun Mba Susi
sadar bahwa perjuangannya bisa sampai di titik ini bukan kerena kehebatannya
semata, tetapi PKBM Ginus Itaco bisa melangkah sejauh ini tak lepas dari bantun
para donator, orangtua asuh, dan CSR perusahaan. Dan beberapa pihak yang pernah
membantu sekolah ini antara lain: Bank Mandiri, Laznas BSM, Brother Indonesia,
Grab dan OLX.
Sampai saat ini, Sekolah
Itaco dengan tangan terbuka sangat menerima segala uluran tangan donator, orangtua
asuh atau pihak manapun untuk mambantu mereka, semoga semakin banyak lagi
pihak-pihak yang tergerak hatinya untuk membantu sekolah ini agar semakin
banyak anak-anak yang terbantu untuk bisa sekolah gratis di sini. Selain itu,
mereka juga dengan senang hati menerima bantuan tenaga pengajar volunteer yang
bisa membantu mereka untuk mengajar di sini.
Namun Impian Mba Susi
jangka panjang adalah berharap semoga suatu saat nanti sekolah ini mampu
mandiri, benar-benar bisa berdiri di kakinya sendiri tanpa bergantung terus
kepada orangtua asuh atau bantuan pihak lain.
Dan saya pribadi
mendoakan semoga sekolah Itaco ini secepatnya bisa benar-benar mandiri dan
terus mencetak anak-anak yang cerdas dan sukses berwirausaha sehingga semakin
banyak anak-anak yang putus sekolah bisa meraih masa depannya yang lebih cerah.
Aamiin…
Sungguh pengalaman yang sedih, prihatin, senang, bangga, semua campur aduk saat mendengar kisah perjalanan sekolah ini, dan pastinya banyak pelajaran dan hikmah yang bisa saya pribadi dapat dari sini.
Terima kasih banyak Komunitas BDN, C2live dan PKBM Ginus Itaco untuk pengalaman dan pembelajarannya melalui charity visit ini. Sampai jumpa di acara seru lainnya. :)
Terima kasih banyak Komunitas BDN, C2live dan PKBM Ginus Itaco untuk pengalaman dan pembelajarannya melalui charity visit ini. Sampai jumpa di acara seru lainnya. :)
Untuk Informasi lebih detail bisa
kontak berikut ini:
- Website: www.siswawirausaha.com
- Instagram: @siswawirausaha dan @siswawirausaha.katalog
- Twitter: @siswawirausaha
- Facebook: Siswa Wirausaha
- E-mail: suzieicus2207@gmail.com
- Telp/WA: 085711433250 (Susi Sukaesih)
Mendaur ulang pakaian bekas layak pakai menjadi produk Hade Preloved (Aksesoris dengan bahan dari pakaian bekas layak pakai) ini keren banget :)
ReplyDeletemakasih sharingnya mas
Iya Mas Bisot, Salut juga saya dengan ide Hade Preloved ini karena mendaur ulang seperti ini bisa meminimalisir limbah dari pakaian ya.
DeleteSama-sama Mas :)
keren imawan.. lengkap dan foto2ny ciamik.blh minta ga, nanti ak cantumin sumberny.. mksh y ud dtg
ReplyDeleteTerima kasih Mba Susi :)
DeleteBoleh Mba, nanti saya kirimkan ya fotonya :)
Sama-sama Mba, terima kasih sudah berbagi kisah inspiratifnya, tetap semangat untuk terus berjuang ya Mba Susi :)
Sekolah gratis selain PKBM Ginus Itaco ada nggak ya? Sekolah gratis yang cukup lengkap fasilitasnya.
ReplyDeleteSaya belum tahu sekolah gratis selain di Itaco ini, tapi saya pikir sekolah ini layak menjadi pilihan karena selain gratis kita juga diajarkan berwirausaha sehingga siswanya nanti siap kerja ataupun berwirausaha setelah lulus.
DeleteTerima kasih sudah hadir dan support event #DBNCharityVisit, ya. :)
ReplyDeleteSama-sama Dear Blogger :)
DeleteTeerima kasih juga sudah mengajak saya ikut kegiatan yang serat dengan banyak faedah baik ini :)