Seseorang pernah bilang, jika kamu mendengarkan kata-kata yang baik, maka catatlah, pelajarilah dan terapkan dalam hidupmu, karena sejatinya pelajaran bisa datang dari siapa saja dan kapan saja, tapi tidak semua orang bisa mendapatkan pelajaran semacam itu, keculi orang-orang yang bisa mencernanya dengan sangat bijak.
Untuk itu, saya mencoba menuliskan sebuah petuah baik yang saya dapat hari ini. Jadi pada jumatan kali ini saya
mendengarkan khutbah dengan sangat ngantuk sekali di awal-awal khutbah, namun
setelah itu ngantuk saya seketika hilang, kala sang Khotib menjelaskan kenapa
orang itu bisa jahat.
Banyak orang yang sering mendengarkan hal-hal baik, tapi kata-kata baik itu berlalu begitu saja, seolah angin lewat yang tak meninggalkan bekas apapun. Kenapa bisa begitu? konon katanya ada yang salah dengan hati dan pikirannya.
Kata-kata akan menjadi baik dan bernilai baik bagi mereka yang memikirkannya dengan baik, dan begitu juga sebaliknya. Sebaik apapun kata-kata baik itu, akan menjadi buruk bagi mereka yang selalu berpikir buruk.
Semua orang yang dilahirkan di
dunia ini pada dasarnya terlahir suci dan bersih, namun seiring dengan tumbuh
kembangnya waktu, maka pola pendidikan dan pengaruh lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitar bisa membuat seseorang mendadak berubah menjadi jahat.
Emang kenapa orang bisa jahat?
Banyak hal yang melatar belakangi
seseorang menjadi jahat, namun yang membuat orang menjadi jahat adalah ketika hati dan pikiran telah mati,
tidak lagi berfungsi sebagaimana seharusnya. Hati tak lagi mampu menggetarkan
kebaikan, dan otak tak lagi mampu menjernihkan apa yang terpikirkan.
Maka sebaiknya kita bisa menjadi
seperti ikan di lautan, meski hidup di tengah air yang asin, namun daging ikan
tidak ikut asin. Lantas terlontar pertanyaan ini, kenapa daging ikan tidak asin
padahal berada di tengah air garam? Daging ikan tidak pernah akan asin, selama
ia tetap hidup.
Begitu jugalah manusia, jika hati
dan otaknya hidup, maka sebesar apapun pengaruh yang ada di sekitarnya, dia tak
akan pernah terkontaminasi untuk menjadi buruk atau jahat, karena hati dan otak
yang hidup pasti akan bisa berpikir dan menimbang segala sesuatunya dengan
bijak.
Dan bagaimana menjaga hati dan
otak tetap hidup?
Ya terus dekat dengan ajaran
agama, patuh pada petuah dan perintah agama, lalu menjalaninya dengan segenap
hati, karena jika hati dan pikiran selalu bernafaskan agama, maka hati dan otak
akan terus hidup dalam kebaikan.
Tak mudah memang. Untuk itu, memberikan
pendidikan agama yang kuat sebagai pondasi sebaiknya sudah dilakukan pada
anak-anak sejak kecil, yang bisa kita mulai dari lingkungan keluarga, sekolah
dan memilihkan lingkungan pergaulan yang baik buat anak-anak.
Semoga tulisan singkat ini akan
selalu menjadi mengingatkan untuk saya pribadi, atau siapapun yang membacanya,
supaya kita bisa untuk terus menjaga hati dan otak kita agar selalu tetap
hidup, supaya kita pun akan tetap bijak menjalani kehidupan ini.
terima kasih sharingnya, lumayan bermanfaatdan mengena di hati.
ReplyDeleteterima kasih mas atas sarannya. Ini sangat membnatu sekali bagi saya. Karena saya kira saya merasa kurang konsisten dalam berpikir dan mengambil tindakan selama ini. Intinya teguh dengan pendirian ya mas.
ReplyDeletewah inspiratif banget, meski airnya asin tapi dagingnya tidak ikut asin, setuju
ReplyDeleteTerima kasih mas sudah share sedikit tentang info agama seperti ini. Semoga bermanfaat untuk yang share
ReplyDelete