Dinda...
Kutak sanggup melihatmu terpasung jeruji duka,
Bangunlah sekali lagi,
Lawan semua peluh yang melumpuhkan ingatanmu.
Kutak sanggup melihatmu terpasung jeruji duka,
Bangunlah sekali lagi,
Lawan semua peluh yang melumpuhkan ingatanmu.
Dinda...
Bangunlah,
Hidupkan kembali denyut dijantungku,
Jangan larut dalam diammu yang paling luka.
Bangunlah,
Hidupkan kembali denyut dijantungku,
Jangan larut dalam diammu yang paling luka.
Dinda...
Rindu ini menamparku berkali-kali,
Namun kunikmati sakitnya merintihkan namamu,
Kumemendam perihnya dalam diam yang paling bungkam.
Rindu ini menamparku berkali-kali,
Namun kunikmati sakitnya merintihkan namamu,
Kumemendam perihnya dalam diam yang paling bungkam.
Dinda...
Rindu ini benar-benar gila,
Nyaris disemua waktuku hanya kamu,
Warasku kau rampas,
Yang bertahta cuma kamu,
Ya kamu Dinda.
Rindu ini benar-benar gila,
Nyaris disemua waktuku hanya kamu,
Warasku kau rampas,
Yang bertahta cuma kamu,
Ya kamu Dinda.
Dinda...
Bangunlah,
Dengarkan rintihanku yang paling pinta,
Dalam harap yang paling damba,
Teramat kuingin kau kembali,
Dalam wujudmu yang dulu,
Bangunlah,
Dengarkan rintihanku yang paling pinta,
Dalam harap yang paling damba,
Teramat kuingin kau kembali,
Dalam wujudmu yang dulu,
Sangat!
Sangat merindu.
Gafo, 07 Jan 2016 22:00 PM
Note:
Puisi ini akan menjadi bagian dari cerpen untuk serial DINDA bagian kedua, bagian pertama bisa baca disini
No comments:
Post a Comment