Tuesday, August 11, 2015

Catatan Hati Luna (1)

Agustus bersandar diujung minggu ini, aku menapaki kaki disebuah kos-kosan baruku, ya akhirnya aku memutuskan pindah dari kosan lama dan bermukim dikos-kosan dekat kantor, supaya lebih efisien waktu dan juga biaya pastinya.

Aku menempati kamar di lantai dua yang berada diujung depan, bersisian dengan balkon, aku memilih kamar ini karena aku suka dengan pancaran matahari pagi yang akan langsung menyapaku jika membuka jendela.

Aku melangkah masuk di kamar baruku, aroma cat diruangan ini tercium sangat khas, yang menandakan kamar ini baru saja dicat, namun yang jelas catnya sudah kering ketika ku meraba dinding bercat putih itu.

Aku merebahkan tubuhku diatas kasur, namun pintu kamar sengajaku buka separuhnya karena ku masih menunggu Mang Ujang yang pergi membelikanku aqua galon.

Namun akhirnya aku memaksa diriku untuk bangun, ketika kumenatap travel bag-ku yang isinya sama sekali belum aku pindahkan. maka aku bergegas memasukan dan menyusun baju-baju ke lemari dengan rapi. Dan ku-pun mengungsikan travel bag kosongku diatas lemari kayu itu, namun sepertinya ada sesuatu yang mengganjal sehingga travel bag itu terpaksa ku dorong kebelakang dengan keras supaya bisa tersimpan dengan baik.

"BRUUUKK" sebuah benda jatuh dengan keras dibelakang lemari.

Seketika kulihat ada sebuah buku yang tergeletak disana, dan penasaranku akhirnya mendorongku meraih buku tersebut. Dari luar, tampak seperti sebuah diary atau catatan harian, tapi apa mungkin barang pribadi seperti ini ditinggal begitu saja? gumamku lirih.

Dengan ragu akhirnya aku mengusap debu-debu yang bertengger dipermukaannya, tampaknya buku ini masih terbilang baru, terlihat dari sampulnya yang masih lumayan mulus, buku yang didominasi warna putih susu dengan sisi kiri dihiasi sketsa seseorang yang sedang bersandar pada sebatang pohon rindang dengan hamparan rumput hijau disekitarnya ini bertuliskan sebuah nama disudut kanan atasnya "Luna".   

Apakah ini sebuah novel? tanyaku dalam hati, mengingat aku belum pernah melihat sebuah buku harian bersampul seperti ini. biasanya kalo tidak berlambang cinta, binatang, bunga, boneka dan sejenisnya. dan saatku ingin membuka buku tersebut, Handphoneku berdering sangat keras.

Kuletakan kembali buku tersebut, belum bisa dibaca sekarang karena telphone tadi adalah sebuah perintah dari Bosku untuk segera mengirimkan laporan untuk meetingnya besok pagi.

Dan aku sejenak menatap layar laptopku ditemani siluet senja yang mengintip masuk dari jendela kamarku, aku seolah berburu dengan senja yang akan karam, aku sejenak larut bergumul dengan report yang harus segera dituntaskan.

"Done!" gumamku senang karena akhirnya laporannya sudah ku kirim ke Bosku. dan entah mengapa, pikiranku kembali tersita oleh buku tadi, seakan ada suara yang memanggilku untuk membacanya, aku menoleh sekilas pada buku tak bertuan tadi sebelum akhirnya aku harus kembali menatap sebuah pesan yang masuk di handphoneku.

"Sorry, Bisa ga BBMnya biasa saja, Ada yang marah, pesan sama emoticon juga biasa saja, ga usah yang terlalu berlebihan" 

Aku mengerutkan keningku, seolah tidak percaya dengan isi BBM yang lagi ku baca saat ini. Perasaan aku kirim BBM ke dia tidak ada yang berlebihan. Gumamku kecewa sembari mengecek isi BBM yang kukirim sebelumnya pada dia.

Tak ada yang aneh, celotehku geram. Aku hanya menanyakan kabar dan bagaimana aktifitasnya, dan juga mengajaknya ketemuan jika dia ada waktu. apakah ini aneh? racauku kesal setengah mati.

Jujur wajahku sempat memerah saat membaca BBMnya itu, Dadaku sempat bergetar tak karuan, dan akhirnya tanganku mengetik kalimat pendek "Ok, Sorry" untuk membalas BBMnya.

Ku lempar handphoneku ketas kasur, aku sempat termenung sesaat mengingat kata-kata yang ada di BBM tadi, sampai akhirnya pikiranku kembali mengingat buku catatan tadi.

Perlahan aku membuka halaman pertamanya, namun sepertinya ada beberapa lembar kertas yang dirobek disana, dan yang mungkin aku baca ini yang lolos dari robekan itu, dan ini sepertinya sebuah diary yang mencatat suara hati seseorang yang begitu dalam.


13 Jan  
"Dan biarkanlah kisah ini ku urai lewat kata yang tertulis dari dalam jiwa. Mewakili ingin, menyertai rela, dan mengiring lapang. Karena aku tahu, aku dan kamu takkan bisa menjadi kita.
Tapi bukan perkara mudah bagiku untuk melepaskan mu... Air mataku seketika luruh, deras dan tak mampu kebendung kala ku menguntai perasaan ini disini bersama sunyi.
Menangisi akhir cerita kita adalah caraku saat ini mengurai sedih dan luka yang mengoyak batinku, bagaimana mungkin aku bisa merelakan keintiman kasih ini harus berakhir?, sungguh berat bagiku, teramat berat harus menguburmu dalam mimpi-mimpiku.
Airmata ini tak akan pernah mampu menguraikan setiap untain kesedihanku yang teramat luka akan keputusan ini, namun aku bisa apa? aku benar-benar merasa hancur atas keputusan ini, semua impianku berkeping-keping hancur, dan itu sangat sakit!
Aku mencoba menyapa angin, menitipkan resahku ini untuk kau mengerti jua, namun semilir tak menyentak daun-daun bergeming, yang ada sunyi, senyap dan udara membara membakar duan-daun merangkas.
Inikah pertanda bahwa memang semua akan benar-benar harus berakhir?
Aku memang bodoh, masih mempertanyaakannya padahal semua sudah jelas ini sudah usai. Sungguh kerelaan belum mampu kurenggut untuk membasuh airmataku pergi, aku akan mencoba sekali lagi untuk meyakinkan hatiku, bahwa kisah kita memang sudah usai.

Keasyikan aku lebur dalam catatan harian itu seketika buyar kala suara Mang Ujang mengagetkanku.

“Kang ini aquanya” ujarnya sambil tersenyum.

“Terima Kasih Mang” Balasku tersenyum tulus.

Namun sebelum Mang Ujang pergi, aku pun sempat menanyakan siapa yang menempati kamar ini sebelum aku yang mendiaminya saat ini. Ternyata dari bibir Mang Ujang, bahwa yang menempati kamar ini sebelumnya adalah seorang perempuan muda yang biasa dipanggil Neng Luna, tapi alasanya pindah kenapa Mang Ujang juga tidak tahu penyebabnya.

Sebenarnya aku masih pengen melanjutkan membaca diary ini, namun perutku sudah sangat lapar dan aku pun memilih untuk keluar makan dulu sejenak.

B e r s a m b u n g ...


2 comments:

  1. yaaahh terusin dooong....
    penasaraannn hahahhahhah

    ReplyDelete